Demam dengue adalah demam akibat infeksi virus dengue. Kondisi ini sering disamakan dengan demam berdarah dengue, padahal keduanya berbeda, terutama dari tingkat keparahan gejala dan penanganan yang akan dilakukan.
Demam dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kondisi ini bisa menimbulkan gejala yang bervariasi, mulai dari tanpa gejala, hingga demam tinggi, sakit kepala, tidak enak badan, mual, atau muncul ruam. Sementara itu, demam berdarah dengue adalah demam dengue tingkat lanjut.
Ini Perbedaan Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
Pertama harus diketahui dulu bahwa demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue. Masa inkubasi atau timbulnya gejala setelah gigitan nyamuk kedua penyakit ini juga sama-sama 4–10 hari. Gejalanya pun bisa berlangsung selama 2–7 hari.
Meski memiliki sejumlah kesamaan, demam dengue dengan demam berdarah dengue tidak sepenuhnya sama, ya. Perbedaannya bisa dilihat dari gejala, tingkat keparahan, hingga penanganan yang harus dilakukan. Supaya lebih paham, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Gejala demam dengue
Hampir 80% kasus demam dengue tidak bergejala. Namun, pada sebagian kasus, penyakit ini menimbulkan beberapa gejala, antara lain:
- Demam tinggi > 40ºC
- Sakit kepala berat
- Sakit di belakang mata
- Kelenjar getah bening bengkak
- Nyeri sendi dan otot
- Mual dan muntah
Nah, saat infeksi virus dengue memberat dan muncul tanda-tanda perdarahan, maka namanya akan berubah menjadi demam berdarah dengue (DBD). Demam dengue yang disertai tanda dan gejala perdarahan ini bisa muncul 3–7 hari setelah munculnya gejala awal.
Gejala demam berdarah dengue
Beberapa tanda yang menandakan demam dengue berubah menjadi demam berdarah dengue adalah:
- Demam atau riwayat demam selama 2–7 hari
- Mimisan
- Ruam merah yang tidak hilang dengan penekanan (petekie), gusi berdarah, atau urine berdarah
- Rendahnya kadar trombosit (trombositopenia) < 100.000/mm3.
Jika semakin memberat, akan muncul perdarahan dari vagina, BAB hitam seperti aspal, dan perdarahan di dalam otak.
Nah, jika dilihat dari pola demam dengue yang bentuknya khas, seperti pelana kuda, yaitu demam dengan pola naik-turun-naik. Demam berdarah dengue ini rentan terjadi di fase di mana demam sedang turun, sehingga sering disalahartikan sebagai kondisi yang membaik.
Padahal di momen inilah fase kritis dari demam dengue. Hal ini karena jumlah keping darah bisa turun drastis, kadar hematokrit meningkat, kadar protein dan albumin menurun, serta terlihat tanda penumpukan cairan di rongga pembatas paru dengan tulang rusuk (efusi pleura) dan rongga perut (asites).
Gejala dengue shock syndrome (DSS)
Jika dibiarkan, perdarahan dan kebocoran plasma darah bisa yang menyebabkan syok, dan akhirnya demam berdarah dengue berubah menjadi dengue shock syndrome dengan tanda dan gejala berikut:
- Tekanan darah rendah (hipotensi)
- Jari tangan dan jari kaki terasa dingin
- Lelah dan lemas yang semakin berat
- Denyut nadi lemah dan cepat
Jika sudah sampai tahap ini, risiko terjadinya komplikasi yang berat hingga kematian akan lebih tinggi.
Penanganan demam dengue
Karena sangat berbahaya, pasien demam dengue wajib mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Jika dinyatakan mengalami demam dengue, untuk mencegah terjadinya demam berdarah dengue dan dengue syok syndrome, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pasien, yaitu:
- Minum banyak air putih
- Istirahat cukup
- Konsumsi obat antidemam
- Jika pasien sulit makan dan minum, akan dilakukan pemasangan infus, sehingga kebutuhan cairan tetap terpenuhi
Pemeriksaan darah lengkap akan dilakukan untuk melihat kadar hematokrit dan trombosit. Pasien dengan jumlah trombosit rendah dan hematokrit tinggi wajib dirawat supaya kondisinya bisa dipantau secara berkala.
Itulah informasi tentang perbedaan demam dengue dan deman berdarah dengue. Jika kamu mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.