Makanan penyebab asam lambung naik adalah jenis makanan yang perlu dihindari penderita sakit maag ataupun gastroesophageal reflux disease (GERD). Hal ini penting untuk mencegah kambuhnya gejala dan munculnya komplikasi.
Naiknya asam lambung pada sakit maag dan penyakit asam lambung (GERD) dapat menyebabkan mulut terasa pahit atau asam, rasa nyeri pada ulu hati, serta gejala lainnya yang sangat mengganggu. Rasa tidak nyaman ini bisa berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam.
Oleh karena itu, untuk mencegah asam lambung naik (refluks), penting bagi Anda untuk mengatur pola makan dengan sebaik-baiknya, termasuk memperhatikan makanan apa saja yang Anda konsumsi dan menghindari makanan penyebab asam lambung naik.
Hindari Makanan Penyebab Asam Lambung Ini
Berikut ini adalah beberapa jenis makanan penyebab asam lambung naik yang sebaiknya dihindari:
1. Gorengan
Gorengan termasuk dalam makanan penyebab asam lambung naik karena kadar lemaknya yang tinggi. Makanan yang mengandung banyak lemak dapat memicu produksi hormon kolesistokinin.
Salah satu efek yang ditimbulkan hormon ini adalah melemasnya otot sfingter antara lambung dan kerongkongan yang berguna untuk menahan makanan tetap berada di dalam lambung. Jika otot ini terbuka, asam lambung bisa naik ke kerongkongan.
2. Makanan asam
Hindarilah buah maupun makanan-makanan yang rasanya asam, termasuk jeruk, lemon, stroberi, atau makanan yang mengandung cuka. Kandungan asam pada makanan ini dapat memicu nyeri ulu hati yang terasa perih seperti terbakar, apalagi jika makanan dikonsumsi ketika perut dalam keadaan kosong.
3. Makanan pedas
Makanan pedas juga termasuk ke dalam makanan penyebab asam lambung naik. Kandungan capsaicin pada makanan pedas diketahui dapat memperlambat pengolahan makanan di lambung, sehingga lambung menjadi penuh dalam waktu yang lebih lama. Hal ini dapat memicu kambuhnya nyeri ulu hati.
Selain itu, makanan pedas juga dapat mengiritasi dinding lambung. Pada penderita maag, terutama maag kronis, dinding lambung sudah mengalami peradangan. Makanan pedas tentu bisa memperparah kondisi ini. Oleh karena itu, kurangi atau hindarilah makanan yang mengandung cabai atau lada.
4. Makanan berlemak
Seperti yang telah dijelaskan di awal, makanan berlemak dapat memicu naiknya asam lambung. Ini mencakup makanan-makanan yang secara alami kaya akan lemak, misalnya daging sapi, daging kambing, susu full cream, dan produk olahan susu, seperti keju, yogurt, dan butter.
Makanan-makanan ini juga diolah lebih lama di dalam perut sehingga meningkatkan risiko terjadinya refluks. Oleh karena itu, konsumsi makanan-makanan ini perlu dibatasi, terutama pada penderita maag dan GERD.
5. Cokelat
Sayang sekali, makanan enak ini juga harus dihindari jika Anda tidak ingin asam lambung naik. Cokelat mengandung kokoa, lemak, kafein, dan teobromine yang semuanya dapat memicu refluks.
Jika tetap ingin makan cokelat, Anda bisa mengonsumsi cokelat hitam (dark chocolate). Cokelat jenis ini mengandung lebih sedikit zat-zat penyebab refluks tersebut, sehingga risiko terjadinya refluks lebih rendah. Meski begitu, konsumsinya tetap harus dibatasi.
Selain beberapa jenis makanan di atas, ada pula minuman yang sebaiknya dihindari, misalnya minuman bersoda dan minuman berkafein. Hal ini karena minuman-minuman ini bersifat asam. Gelembung gas dalam minuman soda juga bisa menyebabkan asam lambung naik.
Untuk mengurangi risiko naiknya asam lambung, perbanyaklah minum air putih dan batasi asupan kafein Anda, misalnya dengan mengganti kopi dengan teh chamomile yang bebas kafein.
Selain itu, konsumsilah makanan ramah lambung, misalnya sayuran, oatmeal, putih telur, serta makanan yang mengandung lemak sehat, seperti alpukat, kacang kenari, minyak wijen, dan minyak zaitun.
Menghindari makanan penyebab asam lambung naik mungkin tidak mudah, apalagi jika makanan tersebut sudah menjadi makanan favorit Anda. Namun, ingat bahwa memprioritaskan kesehatan lebih penting ketimbang kenikmatan makanan yang sementara.
Seperti yang telah dikatakan di atas, pola makan penderita maag atau GERD yang tidak dijaga dapat memicu terjadinya komplikasi yang serius. Bila perlu, konsultasi ke dokter untuk mengetahui pola makan dan jenis makanan apa yang terbaik untuk kondisi Anda.