Hipoglikemia adalah kondisi gula darah yang turun di bawah nilai normal. Selain pada orang dewasa, kondisi ini dapat terjadi pada bayi dengan penyebab yang beragam. Hipoglikemia pada bayi bisa berbahaya jika tidak dikenali dan ditangani dengan cepat dan tepat.
Hipoglikemia sebenarnya normal ditemui pada bayi baru lahir, namun biasanya hanya berlangsung sementara, dan kadar gula darah akan meningkat dengan sendirinya dalam 2-3 jam.
Yang menjadi masalah dan butuh pengawasan adalah ketika hipoglikemia menetap. Hal ini biasanya disebabkan oleh kondisi medis tertentu, dan bisa membahayakan nyawa bayi.
Beragam Penyebab Hipoglikemia pada Bayi
Kekurangan asupan nutrisi selama kehamilan dapat menjadi penyebab terjadinya hipoglikemia pada bayi. Beberapa keadaan lain yang juga dapat menyebabkan kondisi ini adalah:
- Infeksi
- Asfiksia saat lahir
- Penyakit hati
- Penyakit metabolik bawaan
- Terlalu banyak insulin akibat diabetes pada ibu hamil yang tidak terkontrol
- Terlalu banyak insulin akibat tumor pankreas
Pada bayi, gejala hipoglikemia terkadang tidak khas. Namun, ada beberapa gejala umum yang bisa Anda kenali, antara lain bayi terlihat lemas dan tidak mau menyusu. Pada kondisi yang parah, bayi bisa kejang, berhenti bernapas (apnea), dan bibir serta kukunya menjadi kebiruan (sianosis).
Faktor Risiko Hipoglikemia pada Bayi
Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia pada bayi, yaitu:
1. Bayi dari ibu penderita diabetes
Ibu hamil yang mengalami diabetes akan mengalami peningkatan kadar gula dalam darah. Gula darah yang tinggi ini dapat mengalir ke peredaran darah bayi dan memicu produksi insulin dalam tubuh bayi.
Saat bayi lahir, asupan glukosa dari plasenta akan turun, sementara kadar insulin dalam tubuh bayi masih tinggi. Keadaan ini akan menyebabkan hipoglikemia pada bayi baru lahir.
2. Bayi terlalu besar atau kecil selama dalam kandungan
Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK) dan bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) sama-sama berisiko mengalami hipoglikemia saat lahir. Hal ini karena bayi dengan kedua kondisi tersebut biasanya dilahirkan oleh ibu dengan intoleransi glukosa.
3. Bayi prematur atau bayi kurang bulan
Cadangan glikogen biasanya baru terbentuk pada kehamilan trimester ketiga, sehingga bila bayi lahir prematur, maka persediaan glikogen akan lebih sedikit dan lebih cepat habis terpakai. Hal ini bisa meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia pada bayi.
4. Bayi lebih bulan (postmature baby)
Bayi yang lahir lewat waktu, yaitu setelah usia kehamilan 42 minggu, juga lebih berisiko mengalami hipoglikemia. Pada kehamilan di atas 42 minggu, fungsi plasenta akan menurun, sehingga janin menggunakan cadangan glikogennya. Cadangan glikogen yang menurun akan membuat bayi lebih rentang mengalami hipoglikemia.
5. Bayi yang stres selama kehamilan dan persalinan
Janin dan bayi yang mengalami stres memiliki kecepatan metabolisme yang tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi lain. Jika asupan nutrisi tidak mencukupi bayi yang mengalami stres selama kehamilan dan persalinan akan rentan mengalami hipoglikemia.
Selain itu, beberapa kondisi lain, seperti Ibu hamil yang merokok aktif, menjalani pengobatan, seperti terbutalin, propanolol, dan hipoglikemia oral, serta ibu yang mendapat glukosa intravena saat persalinan, juga berisiko melahirkan bayi yang hipoglikemia.
Hipoglikemia pada bayi tidak bisa dianggap remeh. Beberapa penyebab dan faktor risiko terjadinya hipoglikemia pada bayi telah dipaparkan di atas. Untuk mencegah kondisi ini, penting bagi ibu hamil untuk menjaga kesehatan dan selalu rutin melakukan pemeriksaan kehamilan dengan dokter kandungan.