Sariawan di vagina adalah luka terbuka yang muncul di area vagina. Kondisi ini bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur, hingga kanker vulva. Oleh karena itu, cara mengatasi sariawan di vagina harus disesuaikan dengan penyebabnya.
Kematian jaringan kulit di sekitar vagina akibat peradangan akan menimbulkan sariawan di vagina. Setiap wanita yang aktif secara seksual maupun tidak, bisa mengalami kondisi ini. Namun, sariawan vagina tergolong jarang terjadi pada remaja dan wanita muda.
Gejala Sariawan di Vagina
Sariawan di vagina bisa menimbulkan berbagai gejala berikut:
- Vagina terasa gatal dan nyeri
- Keluar cairan dari luka di vagina
- Sulit atau sakit saat buang air kecil
- Pembesaran kelenjar getah bening
- Demam
Namun, terkadang sariawan di vagina tidak menyebabkan gejala sama sekali.
Penyebab Sariawan di Vagina
Sariawan di vagina bisa disebabkan oleh infeksi maupun noninfeksi. Berikut ini adalah beberapa penyebab sariawan di vagina:
Infeksi
Infeksi merupakan penyebab umum terjadinya sariawan di vagina. Infeksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu infeksi menular nonseksual dan infeksi menular seksual.
Infeksi menular nonseksual yang kerap menimbulkan sariawan di vagina adalah:
- Infeksi bakteri, seperti bakteri streptococcus tipe A atau bakteri mycoplasma
- Infeksi virus, seperti virus Epstein-Barr, cytomegalovirus, atau virus varicella-zoster penyebab herpes zoster dan cacar air
- Infeksi jamur, seperti jamur Candida albicans penyebab kandidiasis vulvovaginal (infeksi jamur vagina)
Sementara itu, infeksi menular seksual (IMS) yang bisa menyebabkan sariawan di vagina adalah:
- Herpes genital, yaitu IMS yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
- Sifilis, yaitu IMS yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidium. Sariawan di vagina sebagai gejala sifilis pada wanita tidak menimbulkan rasa sakit
- Lymphogranuloma venereum (LGV), yaitu IMS yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis serotipe L1 dan L2
Namun, perlu diingat, tidak semua kasus sariawan di vagina disebabkan oleh infeksi menular seksual. Anda perlu mewaspadai sariawan di vagina jika merasakan gejalanya, meskipun Anda tidak aktif secara seksual.
Penyakit akibat peradangan dan autoimun
Beberapa penyakit akibat peradangan dan autoimun juga dapat memicu terbentuknya sariawan di vagina. Penyakit-penyakit tersebut adalah:
- Pemfigus maupun pemfigoid bulosa
- Vasculitis (LUPUS)
- Penyakit Behcet
- Sindrom Stevens-Johnson
- Lichen sclerosus
- Erupsi obat (fixed drug eruption) yang biasanya disebabkan oleh obat antiinflamasi nonsteroid, paracetamol, sulfonamid, dan tertasiklin
- Pyoderma gangrenosum
Kanker vulva
Salah satu gejala kanker vulva adalah munculnya sariawan di vagina yang disertai rasa gatal. Kanker ini bisa terjadi pada wanita di segala usia, tetapi lebih sering diderita oleh lansia.
Selain sariawan di vagina, kanker vulva juga dapat ditandai dengan munculnya rasa sakit pada kulit yang luka, perdarahan di luar siklus menstruasi, sakit saat buang air kecil, hingga perubahan warna kulit di area vagina yang terkena kanker.
Selain beberapa penyakit di atas, terbentuknya sariawan di vagina juga bisa disebabkan oleh iritasi kulit akibat menggaruk vagina atau penggunaan produk perawatan tubuh yang berbahan keras, infeksi virus penyebab diare, atau tonsilitis.
Cara Mengatasi Sariawan di Vagina
Sebelum memberikan pengobatan, dokter akan memastikan penyebab sariawan di vagina dengan memeriksa riwayat kesehatan Anda. Dokter mungkin juga akan menanyakan riwayat hubungan seksual atau obat-obatan apa saja yang sedang maupun telah dikonsumsi dalam beberapa bulan terakhir.
Untuk menguatkan hasil diagnosis, dokter juga dapat merekomendasikan beragam tes berikut ini:
- Tes darah
- Tes usap, untuk memeriksa adanya bakteri atau virus
- Tes urine
- Biopsi, jika sariawan di vagina tak kunjung membaik meski telah mendapat perawatan atau tampak mencurigakan dan mengarah pada kanker vulva
Setelah hasil pemeriksaan keluar, dokter dapat merekomendasikan pengobatan sesuai penyebab yang mendasari terjadi sariawan di vagina.
Jika sariawan di vagina disebabkan oleh infeksi, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik atau antivirus berikut ini:
- Acyclovir, famciclovir, atau valaciclovir oral, untuk sariawan di vagina yang disebabkan oleh herpes simpleks atau herpes zoster
- Suntik penicilin G procain, untuk mengobati sariawan di vagina yang disebabkan oleh sifilis
- Doxycycline oral, untuk mengobati sariawan di vagina akibat lymphogranuloma venereum (LVG)
Sementara itu, sariawan di vagina yang bukan disebabkan oleh infeksi dapat diobati dengan obat-obatan berikut ini:
- Kortikosteroid
- Antihistamin
- Obat imunomodulator, seperti methotrexate
Untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang muncul akibat sariawan di vagina, berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan:
- Mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti acetaminophen
- Mengompres bagian tubuh yang sakit dengan kompres dingin
- Mengoleskan anestesi topical, seperti lidocaine
- Menghindari penggunaan sabun dengan kandungan komposisi yang keras dan celana dalam yang ketat
- Berendam dengan air garam epsom
Pencegahan Sariawan di Vagina
Berikut adalah beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah sariawan di vagina:
- Melakukan seks aman dengan menggunakan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan
- Membersihkan vagina secara teratur dengan air mengalir
- Menghindari penggunaan sabun berpewangi dan berbahan keras untuk vagina
- Memenuhi kebutuhan cairan setiap harinya guna mencegah dehidrasi
- Membiasakan diri untuk buang air kecil setelah berhubungan seksual
- Menghindari penggunaan celana dan pakaian dalam yang ketat
Jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter jika Anda mengalami luka seperti sariawan di vagina, terutama jika disertai dengan rasa sakit yang tak tertahankan, gatal, perdarahan, demam, atau perubahan ukuran luka yang signifikan. Semakin cepat sariawan di vagina ditangani oleh dokter, semakin kecil pula risiko terjadinya komplikasi.