Dysgeusia dan ageusia merupakan gangguan indra pengecapan. Perbedaan dysgeusia dan ageusia ini dapat dilihat dari kemampuan lidah untuk mengenali rasa tertentu. Simak artikel berikut untuk mengetahui lebih dalam mengenai perbedaan di antara keduanya.
Saat mengunyah makanan, sel pengecap dirangsang dan mengirim pesan ke otak. Nantinya, pesan ini diidentifikasi oleh otak sebagai rasa makanan. Sel pengecap dapat mengenali lima jenis rasa, yaitu manis, asam, pahit, asin, dan umami. Jika sel pengecap terganggu, maka seseorang dapat mengalami dysgeusia atau ageusia.
Gangguan pada lidah, baik dysgeusia atau ageusia, memberikan efek negatif bagi kualitas hidup seseorang. Saat seseorang mengalami gangguan indra pengecap, makanan yang masuk ke dalam mulut mungkin saja tidak memiliki rasa apa pun, sehingga menurunkan selera makan.
Ketika selera makan menurun, nutrisi yang masuk ke dalam tubuh mungkin tidak tercukupi. Jika kekurangan nutrisi terjadi secara berkepanjangan, maka malnutrisi mungkin terjadi, terutama pada mereka yang menderita penyakit kronis, seperti diabetes, stroke, maupun gangguan saluran pencernaan.
Perbedaan Dysgeusia dan Ageusia
Meski sama-sama merupakan gangguan pada indra pengecap, dysgeusia dan ageusia memiliki perbedaan yang signifikan. Berikut adalah penjelasannya:
Dysgeusia
Seseorang yang menderita dysgeusia umumnya akan mengeluhkan rasa logam, pahit, asin, manis, atau rasa tidak enak di mulut saat mengonsumsi makanan dan minuman. Bahkan, rasa tidak enak ini bisa muncul saat Anda tidak sedang mengonsumsi apa pun.
Kondisi dysgeusia ini tentu saja dapat memengaruhi kenikmatan saat makan, yang juga akan memengaruhi masuknya nutrisi ke dalam tubuh. Selain itu, dysgeusia juga umumnya disertai beberapa gejala, seperti hidung tersumbat, bau mulut, mual, sakit perut, sakit kepala, mulut kering, demam, dan sakit tenggorokan
Penyebab dysgeusia pun beragam, salah satunya adalah infeksi penyakit, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Bahkan, gangguan pada indra pengecap ini menjadi salah satu gejala dari infeksi COVID-19. Tak hanya infeksi penyakit, dysgeusia juga bisa terjadi karena beberapa kondisi berikut ini:
- Kekurangan vitamin dan mineral, biasanya terjadi pada seseorang yang mengalami defisiensi vitamin B dan zinc
- Sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan, antibiotik, pelemas otot, antihipertensi, obat tiroid, dan obat-obatan kemoterapi
- Mengalami penyakit kronis, seperti penyakit Parkinson, demensia, diabetes, stroke, dan kerusakan saraf
- Sedang hamil, biasanya disebabkan karena perubahan kadar hormon
- Mengalami peradangan pada lidah
- Terpapar zat kimia yang dapat merusak indra perasa, seperti pestisida, kosmetik, deterjen, dan bahan kimia industri
- Perokok aktif, karena produk tembakau mengandung bahan kimia yang dapat memengaruhi indra perasa
Pengobatan dysgeusia berbeda-beda, tergantung penyebabnya. Jika dysgeusia yang Anda alami disebabkan oleh kehamilan, biasanya akan hilang setelah trimester pertama berlalu. Sementara itu, jika disebabkan oleh kekurangan vitamin dan mineral, maka konsumsi suplemen tertentu dapat membantu mengatasi dysgeusia.
Kondisi dysgeusia tentunya memengaruhi rasa makanan yang masuk ke mulut. Agar nutrisi yang diperlukan tubuh tetap terpenuhi tanpa merasa tersiksa, hindari konsumsi makanan yang terdiri dari banyak rasa, serta hindari makanan pedas, manis, dan berpengawet.
Ageusia
Jika penderita dysgeusia mengeluhkan rasa pahit atau rasa tidak enak pada indra pengecap, penderita ageusia justru tidak dapat merasakan rasa apa pun atau hilangnya fungsi indra pengecap secara total.
Kondisi ini dapat dialami oleh semua kelompok usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa yang berusia di atas 50 tahun.
Selain kehilangan fungsi pengecap sehingga tidak bisa merasakan apa pun, ageusia juga dapat disertai berbagai gejala, mulai dari tekanan darah tinggi (hipertensi), reaksi alergi, gangguan kesehatan mulut, hingga hidung tersumbat.
Ageusia merupakan kasus yang jarang terjadi dan tidak mengancam jiwa. Namun, kondisi ini dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti malnutrisi, penurunan berat badan tanpa disengaja, depresi, kehilangan selera makan, dan gangguan sistem imun.
Ada beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya ageusia, di antaranya:
- Influenza
- Infeksi sinus
- Cedera pada lidah
- Infeksi, termasuk COVID-19
- Radang tenggorokan
- Obesitas
- Diabetes
- Penyakit Alzheimer
- Penyakit multiple sclerosis
Tak hanya penyakit tertentu, ageusia juga bisa disebabkan karena konsumsi obat-obatan, seperti antibiotik, obat kemoterapi, antihistamin, obat kardiovaskular, antijamur, dan antivirus.
Sama seperti dysgeusia, penanganan ageusia juga tergantung pada penyebabnya. Jadi, pastikan Anda berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu jika mengalami ageusia, untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Karena pada beberapa kondisi, ageusia juga bisa sembuh dengan sendirinya.
Untuk mencegah terjadinya dysgeusia maupun ageusia, Anda dapat melakukan beberapa langkah berikut ini:
- Hindari penggunaan produk tembakau, seperti merokok
- Sikat gigi secara teratur setiap hari
- Konsumsi air putih yang cukup
- Cegah infeksi dengan menjalani pola hidup sehat dan menjaga kebersihan tubuh
- Kunjungi dokter gigi secara rutin untuk dilakukan pemeriksaan gigi
Nah, setelah mengenali perbedaan dysgeusia dan ageusia, Anda dapat mewaspadai berbagai gejala penyerta dan penyakit yang mungkin timbul akibat kondisi ini.
Jadi, jika mengeluhkan gangguan indra pengecap, seperti munculnya rasa logam atau rasa tidak enak pada mulut, dan bahkan hilangnya kemampuan merasakan makanan atau minuman, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.