Post-holiday blues merupakan perasaaan sedih saat liburan berakhir. Seseorang yang mengalami post-holiday blues mungkin akan mengalami depresi, stres, cemas, dan bahkan tidak bersemangat saat kembali menjalani aktivitas sehari-hari setelah liburan.
Penelitian menunjukkan bahwa liburan bermanfaat dalam memulihkan energi dan meningkatkan semangat. Namun, tidak semua orang merasa bahagia setelah liburan. Orang yang mengalami post-holiday blues justru merasa depresi dan mengalami penurunan suasana hati (mood) saat liburan berakhir.
Depresi akibat post-holiday blues biasanya berlangsung dalam hitungan hari. Namun, kondisi ini dapat menurunkan energi dan konsentrasi saat bekerja atau menjalani kegiatan sehari-hari. Jika Anda merasa sedih atau depresi setelah liburan, ketahui cara mencegah dan mengatasi post-holiday blues berikut ini.
Ciri-Ciri Post-Holiday Blues
Penderita post-holiday blues mungkin mengalami gejala yang berbeda-beda. Namun, ada beberapa ciri-ciri umum dari post-holiday blues, yaitu:
- Merasa sedih saat liburan berakhir
- Merasa stres dan cemas saat kembali menjalani aktivitas
- Kehilangan motivasi dan fokus
- Mengalami insomnia
- Suasana hati menjadi buruk
- Sering melamun
- Merasa kosong dan lelah
- Mudah marah dan frustasi
- Rasa percaya diri menurun
Penyebab Post-Holiday Blues
Liburan biasanya penuh dengan momen menyenangkan dan membahagiakan. Namun, sesaat setelah liburan berakhir, semua rasa senang yang dialami juga berakhir. Yang tertinggal hanya rasa sepi dan kosong.
Nah, saat merasa kosong, kenangan akan hal-hal buruk yang pernah dialami di masa lalu mungkin bermunculan. Kondisi inilah yang memicu munculnya rasa sedih, depresi, dan bad mood saat liburan berakhir atau post-holiday blues.
Rasa sedih yang dirasakan setelah menghabiskan waktu liburan tersebut adalah valid dan bisa terjadi pada siapa saja. Anda tidak perlu merasa bersalah atau malu jika mengalaminya.
Cara Mencegah Post-Holiday Blues
Agar tidak mengalami post-holiday blues, Anda bisa mempersiapkan langkah-langkah pencegahan berikut ini:
1. Beristirahat setelah liburan
Banyak orang yang baru pulang ke rumah pada hari terakhir liburan. Hal ini dapat memicu post-holiday blues karena Anda tidak memiliki cukup waktu untuk beristirahat usai berlibur. Oleh karena itu, dianjurkan untuk pulang ke rumah sekitar 1 atau 2 hari sebelum kembali beraktivitas.
Selain itu, pastikan rumah dalam keadaan bersih dan rapi sebelum ditinggal berlibur, agar tidak menambah beban pekerjaan saat Anda pulang nanti.
2. Membuat rencana liburan yang menarik
Agar liburan menjadi berkesan, Anda dapat merencanakan berbagai aktivitas liburan yang menarik. Sisipkan juga waktu istirahat di setiap aktivitas liburan agar Anda tidak terlalu lelah saat nanti kembali bekerja.
3. Merencanakan liburan selanjutnya
Post-holiday blues juga dapat dicegah dengan merencanakan perjalanan untuk liburan selanjutnya. Dengan begitu, semangat kerja setelah liburan akan meningkat karena Anda punya sesuatu yang dinanti-nantikan.
4. Mendokumentasikan momen liburan
Mendokumentasi liburan dalam bentuk foto, video, maupun jurnal bisa membantu Anda mengingat hal-hal menyenangkan selama liburan dan mencegah munculnya rasa sedih. Oleh karena itu, pastikan momen liburan Anda terdokumentasikan dengan baik, ya.
Cara Mengatasi Post-Holiday Blues
Jika langkah pencegahan di atas tidak bisa membuat Anda terhindar dari post-holiday blues, ada beberapa untuk cara mengatasi kondisi ini, yaitu:
- Memulai obrolan dengan keluarga atau sahabat, baik melalui telepon atau tatap muka, dan ceritakan tentang apa yang Anda rasakan
- Melakukan olahraga yang Anda sukai. Olahraga dapat melepaskan hormon endorfin yang membuat Anda bahagia
- Menonton film yang lucu dan menghibur untuk mengurangi stres
- Beristirahat yang cukup
- Mengonsumsi ikan, coklat, teh hijau, atau biji-bijian utuh untuk mengurangi stres
- Berjalan ke luar rumah untuk menghirup udara segar
- Menyapa tetangga di lingkungan tempat tinggal Anda
Post-holiday blues normal terjadi pada siapa saja. Namun, jika post-holiday blues yang Anda alami tidak kunjung membaik, bahkan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya konsultasikan dengan psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.