Banyak orang yang belum mengetahui tanda dan cara mengatasi shopaholic. Padahal, perilaku kecanduan belanja ini umum terjadi. Jika dibiarkan, shopaholic bisa menimbulkan beragam masalah dalam kehidupan penderitanya, baik secara ekonomi maupun sosial.
Kecanduan belanja atau shopaholic termasuk salah satu jenis gangguan kontrol impuls dalam membeli sesuatu. Kondisi ini diakui sebagai gangguan mental di awal abad ke-20, dan hingga kini penderitanya semakin meningkat sering dengan perkembangan belanja online.
Orang yang tergolong sebagai shopaholic menjadikan belanja sebagai cara utama untuk mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan. Meski begitu, kesenangan yang didapat hanya bersifat sementara.
Tanda-Tanda Shopaholic
Shopaholic sering kali dialami bersamaan dengan gangguan mental lain, seperti gangguan cemas, depresi, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), atau binge eating disorder. Biasanya shopaholic mulai terlihat di akhir masa remaja dan awal masa dewasa (di bawah usia 30 tahun).
Kesulitan atau bahkan ketidakmampuan dalam mengontrol hasrat untuk membeli barang secara berlebihan adalah ciri utama seorang shopaholic. Sedangkan tanda atau karakteristik lainnya adalah:
1. Memiliki self-esteem yang rendah
Seorang shopaholic biasanya memiliki self-esteem yang rendah, sehingga dia sering melihat dirinya kekurangan akan sesuatu. Oleh karena itu, penderita shopaholic biasanya berbelanja dengan tujuan untuk merasa lengkap dan meningkatkan harga diri mereka.
2. Merasakan kegembiraan yang intens setelah belanja
Seperti halnya semua jenis kecanduan, seorang shopaholic sering kali menggunakan belanja sebagai cara untuk meredam emosi yang tidak menyenangkan dan mengisi kekosongan emosional.
Biasanya, suasana hati yang buruk yang diakibatkan oleh pertengkaran, stres, atau frustrasi memicu keinginan untuk belanja.
Ketika melihat barang yang disuka dan membelinya, seorang shopaholic bisa merasa bahagia dan puas, kemudian melupakan masalah-masalahnya. Perasaan bahagia ini membuatnya ketagihan sehingga terus berulang, terutama jika ada pemicu.
3. Merasa menyesal karena belanja berlebihan, tetapi terus melakukannya
Meski merasa sangat senang setelah belanja, tidak lama kemudian seorang shopaholic biasanya akan merasa kecewa dan menyesali perbuatannya. Di sisi lain, ketika tidak bisa belanja, dia cenderung akan marah, frustrasi, kesal, tidak bisa menikmati hidup, bahkan jatuh ke dalam depresi.
Jadi, meski menyadari bahwa perilaku belanjanya yang berlebihan dan bahkan merugikan adalah suatu masalah yang harus dihentikan, seorang shopaholic akan tetap melakukannya di kemudian hari.
4. Belanja secara diam-diam
Perkembangan belanja online yang semakin pesat bisa mendukung dan mempermudah shopaholic untuk menyembunyikan pembeliannya. Hal ini biasanya dilakukan karena dia merasa bersalah atas perilakunya tersebut.
Seorang shopaholic juga cenderung lebih memilih untuk belanja sendiri daripada membuat dirinya malu dengan belanja bersama orang lain.
5. Pengelolaan keuangan yang buruk
Sama halnya dengan kecanduan lain, masalah keuangan juga akan muncul akibat belanja yang tidak terkontrol. Seorang shopaholic merasa dirinya tidak bisa menghentikan pengeluaran dan akan tetap akan menghabiskan lebih banyak uang untuk belanja, bahkan hingga terjebak utang.
6. Mengalami masalah dengan orang lain karena perilaku belanjanya
Biasanya orang-orang di sekitar shopaholic akan merasakan kejanggalan pada perilakunya, misalnya terlalu sering membeli barang-barang yang tidak penting, memaksakan membeli barang yang di luar kemampuannya, atau sering meminjam uang untuk berbelanja.
Meski tidak bermaksud untuk menipu atau merugikan orang di sekitarnya, shopaholic bisa saja dikucilkan akibat perilakunya. Orang-orang terdekatnya pun akan merasa lelah karena teguran atau bahkan pertengkaran tidak dapat menghentikan kebiasaan buruknya.
Selain yang telah disebut di atas, tanda-tanda lain yang dimiliki oleh seorang shopaholic adalah cenderung menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk belanja, serta merencanakan atau memikirkan pembelian barang secara terus-menerus.
Cara Mengatasi Shopaholic
Berhenti belanja saja tidak mampu mengatasi kecanduan belanja yang dialami oleh seorang shopaholic. Penanganan kecanduan belanja biasanya dilakukan sesuai dengan tingkat keparahan dan sumber masalahnya.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk meredakan kecanduan belanja:
- Sadari dan akui bahwa perilaku ini dapat merugikan Anda dan harus segera dihentikan.
- Bicarakan masalah Anda dan apa saja pemicunya kepada orang-orang terdekat yang bisa Anda percaya.
- Mintalah bantuan keluarga untuk mengambil alih kendali atas pengeluaran dana.
- Temukan cara alternatif untuk mengalihkan waktu senggang yang biasanya digunakan untuk belanja, misalnya dengan menonton film atau membaca.
- Lakukan relaksasi ketika terdapat pemicu yang membuat Anda merasa frustrasi karena sangat ingin membeli atau tidak bisa membeli sesuatu.
- Hindari penggunaan kartu kredit dan simpanlah uang tunai hanya dalam jumlah kecil agar tidak bisa membeli secara impulsif.
- Belanjalah hanya dengan teman atau anggota keluarga yang pandai berhemat dan mengontrol pengeluaran.
Anda mungkin tidak menyadari bahwa perilaku keluarga Anda atau bahkan Anda sendiri termasuk shopaholic. Oleh karena itu, pahami tanda-tandanya. Jika tidak segera diatasi, shopaholic bisa menimbulkan masalah finansial yang besar.
Terutama di masa pandemi ketika kegiatan sangat terbatas di rumah saja, banyak orang yang melakukan pelarian dengan berbelanja untuk mengatasi rasa bosan atau kekosongan. Jika Anda atau orang terdekat memiliki tanda-tanda shopaholic, jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.