Antisosial merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku menyimpang dari norma-norma sosial dan mengarah pada perbuatan yang merugikan orang lain. Untuk menanganinya, diperlukan terapi yang tepat dari seorang profesional kesehatan mental.
Banyak orang yang menganggap bahwa antisosial berarti kepribadian introvert yang sulit bergaul dengan orang lain. Padahal, kepribadian antisosial adalah salah satu gangguan kesehatan mental. Orang dengan kepribadian ini akan dengan sengaja membuat orang lain marah atau memperlakukan orang lain dengan kejam tanpa ada rasa penyesalan.
Gejala Gangguan Kepribadian Antisosial
Orang dengan gangguan kepribadian antisosial biasanya sengaja melanggar hukum dan tidak segan-segan melakukan tindakan kriminal. Ia mungkin sering berbohong, agresif, berperilaku kasar, mudah marah, serta menyalahgunakan narkoba dan alkohol.
Selain itu, beberapa tanda lain dari gangguan kepribadian antisosial adalah:
- Sering mengabaikan dan melanggar hak orang lain
- Berbohong atau menipu untuk mengambil keuntungan dari orang lain
- Tidak memiliki empati atau rasa kasihan pada orang lain
- Tidak mawas diri
- Merasa lebih hebat dari orang lain
- Manipulatif
- Tidak merasa bersalah setelah merugikan orang lain
- Melakukan hal-hal berbahaya tanpa peduli dengan keselamatan diri sendiri dan orang lain
- Kesulitan mempertahankan pekerjaan
Seseorang bisa dikategorikan mengalami gangguan antisosial setelah berusia di atas 18 tahun. Namun, pemberian label gangguan kepribadian antisosial diberikan hanya jika gejala sudah muncul sebelum berusia 15 tahun.
Penyebab Seseorang Bersikap Antisosial
Ciri kepribadian seseorang umumnya ditentukan dari perpaduan antara emosi, pola pikir, dan perilakunya. Untuk mengetahui mengapa seseorang menderita gangguan kepribadian antisosial tidaklah mudah.
Penyebab gangguan tersebut sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, interaksi dalam lingkungan, pola asuh, atau adanya kelainan pada fungsi otak di bagian tertentu.
Beberapa faktor risiko yang mungkin bisa menyebabkan sikap antisosial adalah:
- Melewatkan masa kanak-kanak dengan ditelantarkan atau dieksploitasi
- Berasal dari keluarga yang mengalami gangguan kepribadian antisosial, gangguan kepribadian lainnya, atau gangguan mental
- Memiliki riwayat gangguan perilaku di masa kecilnya
- Masa kecil berada di lingkungan keluarga yang tidak harmonis atau sering menjadi korban tindakan kekerasan
Penanganan Kepribadian Antisosial
Sampai saat ini belum ada obat atau metode terapi khusus yang dapat menyembuhkan orang dengan gangguan kepribadian antisosial.
Langkah penanganan pada gangguan kepribadian antisosial bertujuan untuk mencegah perilaku atau perbuatan yang dapat membahayakan orang lain atau diri sendiri, serta mendorong dan membimbing penderita antisosial agar dapat hidup bermasyarakat dengan baik.
Berikut ini adalah beberapa perawatan untuk gangguan kepribadian antisosial:
1. Psikoterapi
Psikoterapi atau terapi perilaku bisa dilakukan secara individu atau berkelompok. Terapi ini dapat mencakup pengendalian amarah, perawatan terhadap penyalahgunaan alkohol atau zat tertentu, dan perawatan untuk kondisi kesehatan mental lainnya.
2. Obat-obatan
Jika ditemukan adanya gejala gangguan mental dan emosional tertentu, seperti cemas, sulit meredam emosi, atau dorongan untuk melakukan hal yang tidak baik, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan penstabil mood, obat penenang, atau antipsikotik.
3. Rawat inap di rumah sakit
Rawat inap menjadi pilihan terbaik untuk mengendalikan penyalahgunaan zat atau obat-obatan terlarang yang mungkin dialami oleh penderita gangguan kepribadian antisosial. Namun, rawat inap untuk menangani kasus ini masih menjadi perdebatan karena dianggap dapat mengganggu kehidupan di rumah sakit.
Karena penyembuhan kepribadian antisosial relatif kompleks, orang-orang yang berada di sekitar penderita gangguan ini sebaiknya juga turut memberikan dukungan.
Satu hal yang menjadi kunci penanganan pada kepribadian antisosial adalah rutin berkonsultasi ke psikiater. Meski tidak langsung bisa menyembuhkan, keterampilan yang diajarkan dapat membantu penderita memahami kondisinya, sehingga bisa melindungi diri sendiri dan tidak melakukan hal-hal yang merugikan.