Keputihan merupakan kondisi yang umum dialami wanita, termasuk saat menopause. Namun, keputihan saat menopause memang kerap menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian wanita. Jadi, apakah kondisi tersebut normal atau perlu diwaspadai?
Keputihan umumnya disebabkan oleh perubahan hormon dalam tubuh. Kondisi ini juga terkadang dialami saat menerima rangsangan seksual atau sedang menyusui. Keputihan juga umum dialami oleh wanita yang masih mengalami menstruasi.
Akan tetapi, keluarnya cairan dari vagina juga dapat dialami oleh wanita yang telah menopause. Meski umum terjadi, keputihan pascamenopause patut Anda waspadai, terlebih jika disertai gejala tertentu.
Fakta Seputar Keputihan setelah Menopause
Keputihan setelah menopause bisa saja terjadi. Meski setelah menopause vagina akan kehilangan kelembapannya akibat kadar hormon estrogen yang rendah, lendir dari vagina masih tetap diproduksi walau jumlahnya lebih sedikit.
Lendir tersebut dapat sesekali keluar dan inilah yang dianggap sebagai keputihan. Jika Anda mengalami keputihan setelah menopause, penting untuk mengenali tanda-tanda keputihan yang normal dan tidak normal.
Pasalnya, keputihan yang tidak normal bisa menjadi tanda adanya infeksi. Kondisi ini sangat rentan terjadi di akhir masa menopause, karena vagina tidak lagi menghasilkan lendir yang cukup untuk mencegah iritasi maupun infeksi vagina.
Tanda-Tanda Keputihan setelah Menopause yang Normal
Secara umum, tanda-tanda keputihan setelah menopause yang normal meliputi:
- Warnanya bening, putih, atau krem
- Teksturnya tidak terlalu kental
- Baunya tidak menyengat atau tidak berbau sama sekali
- Jumlahnya sedikit dan terjadi sesekali saja
Selain semua tanda di atas, keputihan yang normal di akhir masa menopause umumnya tidak disertai gejala iritasi vagina, misalnya gatal, kemerahan, atau bengkak di area vagina.
Tanda-Tanda Keputihan setelah Menopause yang Perlu Diwaspadai
Setelah menopause, keputihan yang tidak normal bisa dilihat dari warna dan teksturnya. Kedua hal ini bisa menjadi tanda adanya gangguan di organ intim, seperti:
- Infeksi jamur, ditandai dengan keluarnya cairan putih bertekstur kental dan menggumpal
- Infeksi bakteri atau atrofi vagina, ditandai dengan keputihan berwarna kuning kehijauan
- Gangguan dinding vagina, serviks, atau rahim, ditandai dengan keputihan berwarna merah muda atau cokelat
Selain itu, beberapa tanda keputihan setelah menopause yang tidak normal lainnya meliputi:
- Baunya menyengat atau amis
- Gatal yang parah di vagina hingga memicu iritasi vagina
- Cairan keputihan yang keluar terlalu banyak
- Sensasi terbakar di area vagina
- Sakit saat berhubungan seksual
Meski keputihan abnormal rentan terjadi pascamenopause, kondisi ini sebenarnya bisa dicegah dengan menjaga kebersihan organ intim, menggunakan celana dalam berbahan katun, dan menggunakan pelumas selama berhubungan seksual.
Selain itu, menjaga kesehatan tubuh setelah menopause juga penting dilakukan, yaitu dengan berolahraga secara rutin, mengonsumsi makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran, serta membatasi asupan tinggi garam, gula, dan lemak.
Nah, dapat disimpulkan bahwa keputihan pascamenopause memang normal dan umum terjadi. Namun, jika Anda mengalami tanda-tanda keputihan setelah menopause yang tidak normal, segeralah periksakan diri ke dokter agar dapat diberikan penanganan yang tepat dan sesuai penyebabnya.