Keracunan obat adalah kondisi yang disebabkan oleh kesalahan dalam penggunaan obat, baik dosis yang berlebihan maupun kesalahan dalam mengombinasikan obat. Gejala dan cara mengatasi keracunan obat dapat berbeda tergantung pada jenis obat yang dikonsumsi.
Keracunan obat biasanya terjadi pada pasien yang mengonsumsi lebih dari satu jenis obat sehingga mengalami efek interaksi obat atau pada pasien lansia, anak-anak, dan orang yang memiliki masalah kejiwaan. Keracunan obat juga dapat terjadi jika seseorang minum obat disertai minuman atau makanan yang dapat membuat obat tersebut menjadi senyawa beracun, misalnya alkohol.
Selain itu, beberapa orang juga mungkin lebih sensitif terhadap zat tertentu yang ada di dalam obat, sehingga dosis normal pun sudah dapat mengakibatkan keracunan.
Gejala Keracunan Obat
Gejala keracunan obat bisa berbeda-beda, tergantung pada jenis dan dosis obat yang dikonsumsi, serta kondisi kesehatan orang tersebut ketika mengonsumsi obat. Gejala keracunan obat juga sering kali berupa efek samping obat tersebut, tetapi dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi.
Beberapa gejala umum yang dapat muncul pada seseorang yang mengalami keracunan obat adalah sebagai berikut:
- Gangguan pencernaan, seperti mual, muntah atau muntah darah, sakit perut, diare, dan perdarahan pada saluran cerna
- Nyeri dada
- Detak jantung lebih cepat (dada berdebar)
- Sulit bernapas atau sesak napas
- Pusing atau sakit kepala
- Kejang
- Penurunan kesadaran, bahkan hingga koma
- Kulit atau bibir kebiruan
- Hilang keseimbangan
- Kebingungan atau gelisah
- Halusinasi
Seperti yang dikatakan sebelumnya, gejala keracunan obat dapat berbeda, sesuai jenis obat yang menyebabkan keracunan. Sebagai contoh, seseorang yang keracunan obat opioid akan mengalami gejala dan tanda klinis seperti pupil mata mengecil, napas melambat, lemas, mual, muntah, perubahan detak jantung, dan menjadi kurang waspada.
Sementara itu, keracunan paracetamol dapat menimbulkan gejala mengantuk, kejang, sakit perut, mual, muntah, kerusakan hati, hingga koma. Kelebihan dosis paracetamol sangat berbahaya dan biasanya baru muncul tiga hari setelah obat dikonsumsi.
Pertolongan Pertama pada Keracunan Obat
Jika seseorang mengalami keracunan obat, segeralah hubungi ambulans atau bawa ke rumah sakit terdekat agar dapat diberikan penanganan secepatnya. Sambil menunggu bantuan medis datang, hal-hal yang dapat Anda lakukan adalah:
- Cek denyut nadi, pola napas, dan saluran pernapasannya, lalu bila penderita tidak merespons ketika dipanggil, tidak terdengar detak jantung, serta tidak teraba denyut nadi, lakukan resusitasi jantung paru atau RJP, yaitu dengan memberikan napas buatan dan penekanan pada dada
- Jangan biarkan atau menyuruh penderita muntah, kecuali petugas medis menyarankan demikian
- Jika penderita muntah dengan sendirinya, segera bungkus tangan Anda dengan kain, lalu bersihkan jalan napas , yaitu tenggorokan dan mulut, orang tersebut dari muntahan
- Sebelum paramedis datang, baringkan tubuh penderita menghadap ke kiri, dan buatlah penderita berada pada posisi yang cukup nyaman
- Jangan memberikan penderita makanan atau minuman apapun yang dianggap mampu menetralisir racun, seperti cuka, susu, atau jus lemon
- Jika penderita tidak sadarkan diri, jangan memberikan atau memasukkan apa pun ke dalam mulutnya
Penting bagi Anda untuk memerhatikan cara mengatasi keracunan obat dan menghindari beberapa hal yang dilarang di atas agar tidak memperburuk kondisi penderita keracunan obat.
Setelah bantuan medis datang, jelaskan kepada dokter atau petugas medis mengenai obat yang diminum dan gejala yang timbul setelah penderita mengalami keracunan.
Penanganan keracunan obat perlu dilakukan oleh dokter di rumah sakit. Penderita keracunan obat sering kali membutuhkan rawat inap agar kondisinya dapat terus dipantau.
Jika Anda secara tidak sengaja salah atau terlalu banyak meminum obat, dan khawatir mengalami keracunan obat, jangan tunggu sampai gejala muncul. Segera pergi ke instalasi gawat darurat di rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.