Keratoconus adalah kondisi ketika kornea menipis dan perlahan berubah bentuk menjadi lebih kerucut dan menonjol ke luar mata. Kondisi ini dapat menyebabkan mata penderitanya mudah merasa silau dan membuat penglihatan menjadi kabur.
Kornea adalah lapisan mata yang transparan dan berbentuk cembung. Lapisan ini berfungsi untuk memfokuskan cahaya masuk ke mata agar bisa ditangkap dan diproses oleh retina dalam proses melihat. Namun, pada keratoconus, kornea menjadi menipis serta menonjol dan berbentuk kerucut sehingga mengganggu penglihatan.
Keratoconus umumnya mulai terjadi pada masa pubertas dan berkembang secara perlahan hingga 10 tahun atau lebih. Jika dibiarkan tidak tertangani, kondisi ini bisa menyebabkan penderitanya mengalami masalah penglihatan atau buta permanen.
Penyebab dan Faktor Risiko Keratoconus
Penyebab keratoconus belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan kondisi ini terkait dengan gangguan produksi kolagen, yaitu protein yang membantu menahan bentuk kornea serta menyusun jaringan kulit.
Ada beberapa faktor lain yang juga dapat meningkatkan risiko terjadinya keratoconus, di antaranya:
- Memiliki keluarga yang pernah menderita keratoconus
- Sering menggosok mata dengan kuat dan kasar
- Menderita alergi atau iritasi pada mata
- Menderita penyakit autoimun, seperti retinitis pigmentosa
- Menderita kelainan pada jaringan ikat, seperti sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos
Gejala Keratoconus
Gejala keratoconus umumnya terjadi pada kedua mata. Namun, kondisi ini juga bisa hanya terjadi pada satu mata. Jika terjadi pada kedua mata, gejala yang muncul bisa berbeda dan berkembang seiring waktu.
Beberapa gejala keratoconus yang dapat muncul adalah:
- Penglihatan kabur dan samar, baik pada jarak dekat maupun jauh
- Penglihatan ganda jika hanya melihat dengan satu mata
- Benda terlihat berubah bentuk, misalnya garis lurus tampak bengkok atau bergelombang
- Terlalu peka terhadap cahaya
- Mata merah
- Mata mudah lelah
- Sulit melihat pada malam hari
Pada sebagian besar kasus, keratoconus yang terjadi pada satu mata akan berkembang pada kedua mata.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala-gejala di atas, terutama jika memburuk dengan cepat. Gejala keratoconus terkadang mirip dengan gejala gangguan mata lain, seperti astigmatisme. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan dini agar mendapatkan diagnosis yang akurat.
Segera ke IGD rumah sakit terdekat jika mengalami kebutaan secara tiba-tiba atau penglihatan terganggu secara signifikan hingga sulit untuk beraktivitas.
Diagnosis Keratoconus
Untuk mendiagnosis keratoconus, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami pasien, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan mata dengan melihat tampilan dan bentuk mata.
Dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang di bawah ini untuk menegakkan diagnosis:
- Uji refraksi mata, untuk mengetahui ketajaman penglihatan pasien sehingga bisa terdeteksi apakah pasien menderita rabun dekat, rabun jauh, atau astigmatisme
- Tes slit lamp, untuk melihat kelainan pada kornea secara lebih jelas dengan mengarahkan cahaya secara langsung pada mata
- Keratometri, untuk mengukur kelengkungan kornea mata
- Topografi kornea, untuk mengetahui bentuk dan ketebalan kornea mata
Pengobatan Keratoconus
Pengobatan keratoconus tergantung pada tingkat keparahan dan seberapa cepat kondisinya berkembang. Pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki penglihatan pasien dan menghentikan perubahan bentuk pada kornea.
Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan:
Penggunaan kacamata atau lensa kontak
Pemakaian kacamata atau lensa kontak merupakan tindakan awal yang dilakukan jika tingkat keparahan keratoconus masih ringan. Langkah ini bertujuan untuk memperbaiki penglihatan pasien.
Jika perubahan bentuk kornea makin parah, dokter mungkin akan mengganti jenis kacamata atau lensa kontaknya.
Beberapa jenis lensa kontak yang biasanya digunakan dokter adalah:
- Lensa kontak kaku, yaitu lensa yang berbahan cukup keras, tetapi baik dalam mempertahankan bentuk kornea
- Lensa kontak campuran (hibrid), yaitu lensa yang di tengahnya lembut tetapi keras di sisi luarnya
- Lensa skleral, yaitu lensa yang digunakan pada bagian putih mata
Operasi
Pada beberapa kasus, pasien tidak bisa lagi menggunakan lensa kontak karena penipisan kornea makin parah atau terbentuk bekas luka di kornea. Dalam kondisi demikian, dokter dapat melakukan operasi.
Metode operasi yang dapat dilakukan dokter adalah:
-
Intrastromal corneal ring segments (ICRS)
Operasi ini umumnya dilakukan pada keratoconus ringan hingga sedang. Pada ICRS, dokter akan memasukkan cincin kecil ke dalam kornea untuk meratakan kornea yang menonjol.
-
Transplantasi kornea
Jika sudah terdapat bekas luka pada kornea atau keratoconus sudah parah, dokter dapat melakukan transplantasi kornea. Pada metode ini, dokter akan mengganti kornea mata yang rusak dengan kornea baru yang masih berfungsi dengan baik.
Komplikasi Keratoconus
Jika tidak ditangani, keratoconus bisa menyebabkan buta atau gangguan penglihatan yang permanen. Selain itu, mata yang mengalami keratoconus juga bisa meninggalkan bekas luka, terutama pada bagian yang menonjol di kornea. Akibat bekas luka tersebut, penglihatan penderita bisa memburuk dan parah.
Pada kasus yang jarang terjadi, keratoconus yang parah juga bisa menyebabkan hidrops kornea, yaitu kondisi ketika bagian dari kornea pecah. Hidrops kornea menyebabkan cairan di mata mengalir ke kornea sehingga menimbulkan nyeri, pembengkakan, serta kebutaan secara tiba-tiba.
Pencegahan Keratoconus
Keratoconus sulit dicegah karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya keratoconus, yaitu:
- Tidak menggosok mata terlalu kuat atau kasar
- Mengenakan kacamata hitam untuk melindungi mata dari paparan cahaya matahari langsung
- Memakai lensa kontak yang sesuai
- Melakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gangguan pada mata, seperti alergi