Kernikterus adalah kerusakan otak pada bayi yang disebabkan oleh tingginya kadar bilirubin dalam darah. Kondisi ini terjadi ketika penyakit kuning tidak segera ditangani sehingga kadar bilirubin terus meningkat dan menyebabkan kerusakan pada otak.
Bilirubin adalah limbah yang dihasilkan secara alami saat tubuh mendaur ulang sel darah merah. Kadar bilirubin yang melebihi nilai normal umumnya wajar terjadi pada bayi yang baru lahir. Hal ini karena tubuh bayi masih beradaptasi untuk membuang bilirubin.
Kernikterus umumnya terjadi pada bayi karena penyakit kuning memang sering dialami oleh bayi. Sementara itu, kernikterus pada orang dewasa biasanya hanya terjadi akibat kelainan genetik yang berdampak pada proses pengolahan bilirubin.
Meski termasuk kondisi yang jarang terjadi, kernikterus sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan cedera pada otak atau lumpuh otak (cerebral palsy). Selain itu, kernikterus juga dapat menimbulkan masalah pada gigi, gangguan pada penglihatan dan pendengaran, serta keterbelakangan mental.
Penyebab Kernikterus
Kernikterus disebabkan oleh tingginya kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia) yang ditandai dengan tubuh menguning. Kondisi yang disebut dengan penyakit kuning ini diperkirakan dialami oleh 60% bayi.
Umumnya, kadar bilirubin akan tinggi pada 3–5 hari setelah bayi dilahirkan. Namun, kadar bilirubin akan menurun dan kembali normal secara bertahap dalam waktu 2–3 minggu. Dengan begitu, kuning pada bayi juga akan hilang dengan sendirinya.
Namun, penyakit kuning bisa berkembang menjadi kernikterus jika kadar bilirubin terus meningkat. Kondisi ini sangat berbahaya karena bilirubin bisa menyebar hingga ke otak dan menyebabkan kerusakan otak permanen.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kernikterus adalah:
- Kelainan sel darah merah, misalnya thalasemia
- Inkompatibilitas rhesus (rhesus darah bayi dan ibu tidak sama)
- Perdarahan di bawah kulit kepala (cephalohematoma) yang terbentuk saat bayi dilahirkan
- Kadar sel darah merah yang tinggi, yang umum dialami bayi kembar atau bayi dengan berat lahir rendah
- Kekurangan enzim yang menyebabkan sel darah merah lebih mudah pecah
- Kondisi medis yang memengaruhi hati atau saluran empedu, seperti hepatitis dan cystic fibrosis
- Kekurangan oksigen (hipoksia)
- Infeksi yang terjadi sejak di dalam kandungan atau saat lahir, seperti sifilis atau rubella
Faktor Risiko Kernikterus
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kernikterus pada bayi, yaitu:
-
Kelahiran prematur
Organ hati pada bayi yang kurang dari 37 minggu di dalam kandungan tidak berkembang sempurna dan lebih lambat membuang bilirubin.
-
Golongan darah O atau rhesus negatif
Bayi yang terlahir dari ibu dengan golongan darah O atau rhesus negatif lebih berisiko memiliki kadar bilirubin tinggi.
-
Riwayat penyakit kuning dalam keluarga
Risiko terjadinya kernikterus pada bayi akan lebih tinggi jika keluarganya memiliki riwayat penyakit kuning yang diturunkan. Contoh penyakit kuning yang diturunkan adalah defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
-
Kurang asupan ASI
Bilirubin dibuang bersama feses. Oleh sebab itu, kurangnya asupan ASI dapat membuat pembuangan feses lambat. Hal ini dapat meningkatkan kadar bilirubin di dalam tubuh.
Gejala Kernikterus
Gejala utama kernikterus adalah penyakit kuning, yaitu menguningnya kulit dan sklera (bagian putih mata). Penyakit kuning umumnya muncul 3 hari setelah bayi lahir dan akan hilang setelah 2–3 minggu.
Namun, bila berlangsung lebih lama dan tidak ditangani, penyakit kuning dapat berkembang menjadi kernikterus, yang ditandai dengan keluhan berikut:
- Demam
- Mudah mengantuk
- Suara yang melengking saat menangis
- Tidak mau menyusu
- Lemas atau lesu
- Gerakan mata yang tidak normal
- Kaku di seluruh tubuh
- Otot menegang atau malah melemah
- Gerak tubuh yang tidak biasa
- Gangguan pendengaran
- Kejang
Kapan harus ke dokter
Seperti telah disebutkan di atas, penyakit kuning umum terjadi pada bayi dan akan hilang dengan sendirinya. Namun, pemeriksaan ke dokter harus segera dilakukan jika:
- Penyakit kuning belum membaik setelah lebih dari 5 hari
- Penyakit kuning disertai demam, lesu, atau gejala lain di atas
- Kulit bayi terlihat sangat kuning (kuning terang)
Di rumah sakit, bayi yang baru lahir umumnya akan diamati setiap 8–12 jam selama 2 hari pertama sejak dilahirkan. Pemeriksaan ulang juga akan dilakukan sebelum bayi berusia 5 hari.
Jika bayi tidak dilahirkan bayi di dokter atau di rumah sakit, bawalah bayi ke dokter untuk pemeriksaan menyeluruh. Dokter akan memeriksa tanda penyakit kuning dalam 3 hari setelah lahir.
Diagnosis Kernikterus
Diagnosis kernikterus dilakukan berdasarkan keluhan yang terjadi pada bayi. Selain mengamati kulit dan sklera bayi, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar bilirubin darah. Pada bayi dengan kernikterus, kadar bilirubin bisa lebih dari 25 mg/dL.
Pengobatan Kernikterus
Pengobatan kernikterus bertujuan untuk mengurangi kadar bilirubin dalam darah dan mencegah terjadinya kerusakan otak bayi.
Salah satu cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan tetap memberikan asupan ASI atau susu formula yang cukup. Pemberian ASI atau susu formula yang cukup dapat menjaga kadar cairan tubuh dan membantu pembuangan bilirubin melalui urine dan tinja.
Jika diperlukan, dokter dapat melakukan tindakan medis berikut ini:
Fototerapi
Fototerapi atau blue light therapy bertujuan untuk menurunkan kadar bilirubin dalam darah menggunakan sinar khusus. Fototerapi umumnya dilakukan selama 30 menit setiap 3–4 jam sekali. Dalam jeda tersebut, ibu bisa menyusui dan mengganti popok bayi.
Bila bayi belum membaik setelah menjalani terapi ini, dokter akan menyarankan fototerapi intensif yang menggunakan lebih dari satu sumber sinar, misalnya dengan selimut serat optik yang juga bisa mengeluarkan sinar UV.
Selama fototerapi, kadar bilirubin akan dicek tiap 4–6 jam. Apabila kadarnya menurun, frekuensi pemeriksaan akan dikurangi menjadi setiap 6–12 jam. Umumnya, perlu waktu 2–3 hari hingga kadar bilirubin turun dan mencapai level yang aman.
Transfusi tukar (Exchange transfusion)
Bila kadar bilirubin pada bayi masih tinggi walaupun sudah menjalani fototerapi, dokter akan menyarankan transfusi tukar. Pada prosedur ini, darah bayi akan diganti dengan darah pendonor yang tidak mengandung bilirubin.
Transfusi tukar membutuhkan waktu beberapa jam. Setelah menjalani transfusi, kadar bilirubin bayi akan diperiksa tiap 2 jam. Jika kadar bilirubin masih tinggi, transfusi tukar akan diulang kembali.
Intravenous Immunoglobulins (IVIG)
Metode IVIG digunakan pada kernikterus yang disebabkan oleh faktor imunologis, seperti perbedaan golongan darah rhesus antara ibu dan anak. IVIG dilakukan dengan memberikan immunoglobulin sehat kepada anak melalui infus.
IVIG biasanya hanya dilakukan jika fototerapi tidak efektif dalam menurunkan kadar bilirubin dalam darah, atau bila kadar bilirubin terus meningkat meski telah dilakukan fototerapi.
Perlu diketahui bahwa kerusakan otak akibat kernikterus tidak dapat diperbaiki. Namun, pengobatan dapat mencegah kerusakan otak yang lebih parah. Itulah sebabnya bayi yang baru lahir harus dipantau dengan ketat. Selain sebagai bentuk pencegahan, pemantauan bisa dilanjutkan dengan penanganan dini bila kadar bilirubin meningkat dengan cepat.
Komplikasi Kernikterus
Sejumlah komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan kernikterus adalah:
- Athetoid cerebral palsy, yaitu gangguan bergerak akibat kerusakan otak
- Gangguan pergerakan mata, misalnya mata tidak bisa melirik ke atas
- Gangguan pendengaran hingga tuli
- Hambatan perkembangan kognitif bayi
- Koma
Pencegahan Kernikterus
Pencegahan kernikterus adalah dengan menangani penyakit kuning sejak dini. Hal ini bisa diupayakan dengan:
- Memerhatikan tanda penyakit kuning pada bayi baru lahir
- Segera memeriksakan anak ke dokter jika ditemukan tanda penyakit kuning
- Menepati jadwal kontrol ke dokter setelah keluar dari rumah sakit
- Mengikuti saran dokter untuk mengatasi penyakit kuning dan tidak melakukan penanganan mandiri yang tidak dianjurkan oleh dokter