Bed rest merupakan salah satu cara untuk mendukung proses pemulihan saat sakit. Di sisi lain, ada berbagai dampak bed rest yang dapat terjadi bila berlangsung terlalu lama, misalnya pembekuan darah. Namun, risiko ini dapat dihindari dengan berbagai cara.
Bed rest atau tirah baring merupakan kondisi yang mengharuskan seseorang berbaring atau beristirahat, sehingga ia harus membatasi aktivitas fisiknya selama beberapa waktu.
Bed rest dalam waktu lama biasanya diperlukan oleh orang dengan kondisi medis tertentu, misalnya cedera kepala berat, cedera tulang belakang, serangan jantung, stroke, kanker stadium akhir, perdarahan berat, atau koma.
Meski memiliki manfaat terhadap pemulihan kondisi kesehatan, bed rest yang berkepanjangan dapat menimbulkan dampak kesehatan lain. Akan tetapi, berbagai dampak tersebut dapat dicegah melalui beberapa cara.
Berbagai Dampak Bed Rest yang Dapat Terjadi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seseorang yang menjalani bed rest selama beberapa waktu umumnya harus membatasi aktivitas fisiknya. Namun, bila berkepanjangan, hal ini bisa mengakibatkan tubuh mengalami penurunan fungsi.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat timbul sebagai dampak dari bed rest terlalu lama:
1. Pembekuan darah
Ada beragam hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami pembekuan darah, salah satunya bed rest yang lama. Hal ini terjadi karena saat menjalani bed rest, aliran darah dalam tubuh akan melambat dan darah dapat menumpuk di suatu tempat, khususnya bagian tungkai.
Akibatnya, darah yang terbendung dalam satu tempat berisiko membentuk gumpalan. Tidak hanya itu, tubuh juga menghasilkan lebih sedikit plasma darah sehingga darah menjadi lebih kental.
Untuk mencegah pembekuan darah selama menjalani bed rest yang terlalu lama, pasien dapat menggunakan stoking kompresi guna melancarkan aliran darah dalam tubuh. Selain itu, dokter juga akan memberikan obat antikoagulan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah.
2. Ulkus dekubitus
Berada dalam satu posisi di tempat tidur untuk waktu lama dapat memberikan tekanan secara terus-menerus di bagian tubuh. Tekanan ini dapat menghambat aliran darah ke kulit dan dapat merusak permukaan kulit. Akibatnya, tubuh akan mengalami luka yang disebut juga dengan ulkus dekubitus.
Ulkus dekubitus biasanya terjadi pada area punggung bagian bawah, tulang ekor, tumit, siku, atau pinggul.
Selain itu, luka ini juga bisa timbul akibat inkontinensia urine, yaitu kondisi ketika seseorang sulit menahan buang air kecil sehingga mudah mengompol. Bila terjadi terus-menerus, kulit yang terpapar urine dapat mengalami iritasi sehingga berisiko menimbulkan luka.
3. Sembelit
Saat seseorang menjalani bed rest, kerja sistem pencernaan dapat melambat sehingga menurunkan frekuensi buang air besar. Selain itu, efek samping dari obat yang dikonsumsi juga bisa membuat pasien mengalami sembelit atau konstipasi.
Untuk mencegah hal ini terjadi, pasien sebaiknya mengonsumsi lebih banyak air putih dan makanan tinggi serat, tetapi takaran pastinya perlu sesuai anjuran dokter. Bila diperlukan, pasien juga dapat mengonsumsi suplemen serat agar tinja lebih lunak sehingga lebih mudah dikeluarkan.
4. Depresi
Seseorang yang harus menjalani bed rest dalam jangka waktu lama juga berisiko tinggi mengalami depresi. Ini karena saat menjalani perawatan, pasien menjadi lebih jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Selain itu, menderita penyakit berat dan merasa tidak ada harapan untuk sembuh juga dapat berkontribusi terhadap depresi pada pasien yang menjalani bed rest. Untuk mencegah hal tersebut, peran keluarga dalam mendukung kesembuhan pasien sangatlah berpengaruh besar.
Bahkan, apabila diperlukan, pasien juga dapat memperoleh penanganan psikologis dari psikolog maupun psikiater serta terapi paliatif guna meningkatkan kualitas hidupnya.
5. Tulang dan otot melemah
Menjalani istirahat terlalu lama di tempat tidur juga bisa membuat otot dan sendi melemah akibat kurangnya aktivitas fisik. Lambat laun, massa otot dapat menyusut, sendi menjadi kaku, bahkan bentuknya berubah secara permanen. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah atrofi otot.
Untuk mencegah terjadinya dampak yang ditimbulkan akibat bed rest terlalu lama, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
- Ubah posisi pasien, seperti miring ke kanan atau kiri, secara bergantian setiap 2 jam.
- Bantu gerakkan lengan dan kaki pasien secara berkala.
- Atur posisi duduk pasien dari 0˚ menjadi 90˚ secara bertahap.
- Lakukan latihan pernapasan guna mengurangi kekakuan otot.
Itulah beragam kondisi yang dapat terjadi sebagai dampak bed rest terlalu lama. Bila memiliki anggota keluarga atau kerabat dekat yang mengalami keluhan akibat berbaring terlalu lama karena kondisi tertentu, Anda bisa bertanya ke dokter untuk mengetahui langkah perawatan yang tepat.