Operasi turun berok adalah prosedur bedah untuk mengatasi hernia, terutama hernia yang berukuran besar dan menimbulkan nyeri. Operasi turun berok bisa dilakukan dengan dua metode, yaitu bedah terbuka dan laparoskopi.
Hernia adalah kondisi ketika organ dalam tubuh menonjol keluar melalui dinding otot yang lemah. Jenis hernia yang umum ditemui adalah hernia inguinalis atau yang dikenal juga dengan turun berok. Hernia jenis ini terjadi ketika usus halus menonjol ke selangkangan.
Operasi hernia dilakukan dengan cara mendorong organ yang menonjol keluar agar kembali ke tempatnya. Jaringan otot yang lemah juga akan ditambal dan diperkuat pada operasi ini. Dengan penambalan, dinding otot dapat menahan organ dalam tubuh dengan lebih baik sehingga risiko hernia untuk kambuh berkurang.
Jenis Operasi Turun Berok
Operasi turun berok dapat dilakukan dengan metode bedah terbuka atau laparoskopi. Metode operasi akan disesuaikan dengan ukuran dan lokasi benjolan, usia, kondisi kesehatan, serta keputusan pasien.
Berikut ini adalah metode-metode operasi hernia beserta penjelasannya:
-
Bedah terbuka
Metode ini yang paling umum dilakukan untuk mengatasi hernia. Bedah terbuka dapat menggunakan bius lokal atau bius total. Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan di kulit, kemudian mendorong kembali atau memotong bagian yang menonjol.
-
Laparoskopi
Dibandingkan dengan bedah terbuka, sayatan yang dibuat pada laparoskopi lebih kecil. Sayatan tersebut sebagai akses masuk alat dan selang berkamera yang digunakan untuk memperbaiki hernia. Prosedur ini didahului dengan pemberian bius total.
Indikasi Operasi Turun Berok
Tidak semua kasus turun berok atau hernia perlu dioperasi. Hernia yang berukuran kecil, tidak menimbulkan gejala, dan masih bisa dikembalikan ke dalam perut dengan dorongan jari umumnya tidak membutuhkan operasi.
Sementara itu, hernia yang perlu ditangani dengan operasi adalah:
- Hernia yang membesar
- Hernia yang disertai nyeri atau sakit yang makin parah
- Hernia yang menyebabkan kesulitan saat melakukan aktivitas sehari-hari
Operasi turun berok atau operasi hernia juga perlu segera dilakukan pada pasien yang mengalami komplikasi hernia berupa:
- Hernia inkarserata, yaitu ketika organ di dalam perut terjepit di dinding perut
- Hernia strangulata, yaitu ketika jaringan terjepit hingga aliran atau pasokan darah terhambat sehingga dapat menyebabkan kerusakan permanen, atau kematian jaringan (gangrene)
Pasien yang mengalami komplikasi hernia di atas dapat mengalami gejala-gejala sebagai berikut:
- Benjolan yang tadinya bisa didorong menjadi tidak dapat didorong kembali dengan jari
- Demam
- Nyeri yang hebat pada benjolan hernia
- Mual dan muntah
- Benjolan berubah warna menjadi kehitaman
- Detak jantung lebih cepat
Peringatan Operasi Turun Berok
Untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi, pasien perlu menginformasikan kepada dokter jika memiliki kondisi berikut sebelum menjalani operasi turun berok:
- Infeksi kulit
- Infeksi saluran pernapasan atas
- Diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol
- Alergi pada obat bius atau alat-alat medis
- Gangguan pembekuan darah
Perlu diketahui bahwa ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko hernia kembali kambuh walaupun sudah menjalani operasi. Kondisi tersebut antara lain:
- Sirosis, karena pasien dapat mengalami penimbunan cairan dalam perut (asites) yang bisa meningkatkan tekanan dalam perut dan membuat hernia kambuh
- Pembesaran prostat atau sembelit kronis, karena kondisi ini dapat membuat pasien harus mengejan saat berkemih atau buang air besar yang berujung pada meningkatnya tekanan dalam perut
- Riwayat radioterapi pada area selangkangan, karena dapat memperlambat penyembuhan operasi turun berok
- Batuk kronis, karena batuk akan meningkatkan tekanan di dalam perut
Untuk pasien dengan kondisi di atas, operasi turun berok mungkin tidak dianjurkan atau perlu ditunda, kecuali jika pasien sudah mengalami komplikasi.
Sebelum Operasi Turun Berok
Sebelum operasi turun berok, pasien perlu melakukan beberapa hal, yaitu:
- Tidak merokok selama beberapa hari sebelum operasi
- Tidak mengonsumsi obat pengencer darah, seperti aspirin atau warfarin, sesuai dengan anjuran dokter
- Puasa makan dan minum sesuai waktu yang ditentukan dokter
- Menjalani pemeriksaan penunjang, seperti tes darah, urine, EKG, dan foto Rontgen untuk persiapan operasi
- Meminta keluarga atau teman untuk mengantar dan mendampingi sampai selesai operasi
Prosedur Operasi Turun Berok
Operasi turun berok dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu bedah terbuka dan laparoskopi. Kedua prosedur ini umumnya memerlukan waktu 30–45 menit. Penjelasan lengkapnya sebagai berikut:
Prosedur bedah terbuka
Operasi turun berok dengan metode bedah terbuka dibagi menjadi herniotomi dan herniorafi atau hernioplasti. Sebelum operasi dimulai, dokter bedah bisa memberikan bius total, bius lokal pada lokasi operasi, atau bius setengah badan ke bawah.
Tahap-tahap yang akan dilakukan dokter pada operasi turun berok dengan metode bedah terbuka adalah:
- Membuat sayatan sepanjang 6–8 cm pada area hernia
- Mendorong organ yang keluar agar masuk kembali ke rongga perut atau memotong hernia (herniotomi) jika sudah ada jaringan usus yang rusak
- Memperkuat dinding perut tempat keluarnya organ dengan menjahitnya, atau yang disebut dengan prosedur herniorafi
- Menjahit jaring sintetis (mesh) jika lubang di dinding perut cukup besar, atau disebut juga dengan prosedur hernioplasti
Setelah tahapan di atas selesai, dokter akan menutup area bekas sayatan di perut pasien dengan jahitan atau perekat khusus bedah.
Prosedur laparoskopi
Operasi hernia dengan laparoskopi menggunakan alat khusus berupa selang tipis berkamera yang disebut laparoskop. Pasien akan diberikan bius total agar tertidur dan tidak merasakan nyeri selama prosedur ini berlangsung.
Setelah obat bius bekerja, dokter akan melakukan laparoskopi dengan tahap-tahap sebagai berikut:
- Membuat tiga sayatan kecil di perut pasien
- Memasukkan laporoskop melalui sayatan, untuk menampilkan kondisi bagian dalam perut pada monitor
- Memasukkan alat lain untuk melakukan operasi dari kedua lubang lainnya
- Menyalurkan gas ke dalam rongga perut sehingga perut pasien menggembung dan area operasi bisa terlihat dengan jelas
- Mengembalikan jaringan yang keluar ke tempatnya
- Menjahit dan menutup jaringan otot atau jaringan ikat yang lemah dengan jaring sintetis (mesh)
- Mengeluarkan laparoskop kemudian mengempiskan kembali rongga perut
Setelah tahapan di atas selesai, dokter akan menutup dan menjahit sayatan pada kulit.
Setelah Operasi Turun Berok
Umumnya, pasien diperbolehkan pulang setelah operasi tanpa harus menjalani rawat inap. Akan tetapi, pasien dianjurkan untuk beristirahat mandiri selama 6 minggu setelah bedah terbuka atau 1–2 minggu sesudah operasi turun berok dengan laparoskopi.
Untuk mempercepat proses penyembuhan sekaligus mencegah komplikasi, pasien dianjurkan untuk melakukan beberapa hal berikut:
- Mengompres dingin area yang bengkak selama 15 menit setiap beberapa jam
- Mengonsumsi obat, seperti paracetamol, yang dosisnya telah disesuaikan oleh dokter untuk meredakan nyeri
- Menghindari olahraga berat selama 4 minggu bagi pasien yang menjalani operasi hernia dengan laparoskopi, dan 6 minggu bagi pasien yang menjalani bedah terbuka
- Melakukan aktivitas ringan, seperti beranjak dari kasur dan berjalan, 2–3 jam sekali untuk mencegah pembekuan darah
- Mencuci tangan sebelum dan setelah menyentuh luka operasi, untuk mencegah terjadinya infeksi
Komplikasi Operasi Turun Berok
Operasi turun berok umumnya aman untuk dilakukan. Meski demikian, bukan berarti prosedur ini tidak memiliki risiko sama sekali. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi setelah operasi turun berok:
- Perdarahan atau infeksi luka operasi, terutama pada bedah terbuka
- Infeksi pada jaring sintetis
- Hematoma atau penggumpalan darah
- Cedera saraf di sekitar hernia
- Mati rasa pada kulit
- Kerusakan pada organ dalam perut atau organ kelamin pria, seperti testis atau saluran sperma
- Hernia kembali kambuh
- Reaksi alergi obat bius
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala berikut:
- Demam tinggi yang terus-menerus
- Nyeri atau sakit yang tidak membaik atau malah lebih berat di area pembedahan
- Mual dan muntah secara terus-menerus
- Menggingil
- Sulit bernapas
- Sulit buang air kecil
- Kemerahan pada area kulit yang dibedah