Operasi usus buntu dengan laparoskopi adalah prosedur pengangkatan usus buntu (apendektomi) yang mengalami infeksi, dengan metode laparoskopi. Apendektomi dengan laparoskopi merupakan metode alternatif dari bedah terbuka pada usus buntu.
Usus buntu (apendiks) adalah organ sepanjang 5–10 cm dengan bentuk menyerupai kantung yang menempel pada usus besar. Fungsi dari usus buntu belum diketahui secara pasti, tetapi organ ini dipercaya dapat membantu tubuh dalam mengatasi diare, peradangan, dan infeksi di usus kecil dan usus besar.
Usus buntu dapat mengalami peradangan atau infeksi. Kondisi ini disebut dengan penyakit usus buntu (apendisitis). Jika apendisitis tidak segera diobati, usus buntu dapat pecah dan menyebabkan bakteri masuk ke dalam rongga perut. Hal ini bisa menyebabkan kondisi serius yang disebut peritonitis.
Metode penanganan apendisitis adalah apendektomi atau operasi pengangkatan usus buntu. Apendektomi bisa dilakukan dengan teknik bedah terbuka atau teknik laparoskopi. Laparoskopi itu sendiri dilakukan dengan menggunakan laparoskop, yaitu alat berupa selang panjang yang dilengkapi kamera dan lampu di ujungnya.
Operasi usus buntu dengan metode laparoskopi memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan metode bedah terbuka, yaitu:
- Nyeri setelah operasi yang lebih ringan
- Risiko infeksi yang lebih kecil
- Masa pemulihan yang lebih cepat
- Bekas luka yang lebih kecil
Indikasi Operasi Usus Buntu dengan Laparoskopi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada dua metode operasi untuk mengatasi penyakit usus buntu, yaitu operasi usus buntu dengan bedah terbuka dan laparoskopi. Dari dua pilihan tersebut, dokter akan memilih metode operasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien.
Operasi usus buntu dengan laparoskopi biasanya dilakukan pada pasien usus buntu yang sedang hamil, memiliki berat badan berlebih, berusia lanjut, atau masih anak-anak.
Kontraindikasi Operasi Usus Buntu dengan Laparoskopi
Meskipun memiliki sejumlah kelebihan jika dibandingkan dengan bedah terbuka, operasi usus buntu dengan laparoskopi tidak disarankan pada sejumlah kondisi. Dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk menjalani bedah terbuka jika memiliki kondisi berikut:
- Kondisi pasien tidak stabil
- Telah terjadi peritonitis yang menyeluruh
- Terdapat robekan di usus buntu
- Memiliki riwayat perdarahan berat pada operasi
- Terdapat jaringan parut (bekas luka) dari operasi perut sebelumnya
- Menderita obesitas morbid
Peringatan Operasi Usus Buntu dengan Laparoskopi
Bagi Anda yang berencana menjalani operasi usus buntu dengan laparoskopi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
- Beri tahu dokter jika memiliki riwayat alergi terhadap bahan-bahan yang terkandung di dalam obat anestesi.
- Beri tahu dokter jika menderita diabetes, penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, stroke, atau memiliki riwayat gangguan pembekuan darah.
- Beri tahu dokter jika memiliki kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, atau menyalahgunakan NAPZA.
- Beri tahu dokter mengenai obat, suplemen, vitamin, dan produk herbal yang sedang dikonsumsi, terutama jika sedang menggunakan obat pengencer darah.
- Beri tahu dokter jika sedang hamil.
Sebelum Operasi Usus Buntu dengan Laparoskopi
Sebelum operasi, dokter akan melakukan beberapa persiapan terlebih dahulu. Persiapan yang akan dilakukan antara lain:
- Menanyakan riwayat kesehatan pasien secara menyeluruh, seperti riwayat alergi, riwayat operasi sebelumnya, dan obat-obatan atau produk herbal apa yang sedang dikonsumsi saat ini
- Melakukan pemeriksaan fisik
- Melakukan pemeriksaan penunjang, seperti tes darah atau tes pencitraan, tergantung kondisi pasien
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan dilakukan pasien sebelum menjalani operasi usus buntu dengan laparoskopi, yaitu:
- Berpuasa selama kurang lebih 8 jam
- Mengajak keluarga atau rekan untuk mendampingi dan mengantarkan pulang ke rumah, karena pengaruh obat anestesi tidak memungkinkan pasien untuk menyetir kendaraan sendiri
- Mengenakan pakaian yang longgar dan nyaman, serta memakai sendal atau sepatu yang dapat dilepas pasang tanpa harus membungkuk, di hari saat operasi
- Tidak memakai perhiasan, serta tidak mengenakan makeup dan cat kuku
- Mengganti pakaian yang dikenakan dengan gaun operasi
Sebelum operasi dimulai, dokter akan menjelaskan berbagai hal terkait prosedur operasi dan risiko yang mungkin terjadi. Setelah pasien memahami hal-hal yang telah dijelaskan, dokter atau perawat akan memberikan surat pernyataan untuk ditandatangani.
Hal lain yang akan dilakukan dokter sebelum melakukan prosedur ini adalah:
- Memberikan antibiotik untuk mengurangi risiko terjadinya peritonitis, perforasi (robekan) usus, serta nyeri karena peradangan yang dapat muncul saat operasi
- Memberikan cairan serta obat pencegah mual dan muntah melalui infus
Setelah persiapan selesai dilakukan dan dokter memastikan kondisi pasien stabil, pasien akan dibawa ke ruang operasi.
Prosedur Operasi Usus Buntu dengan Laparoskopi
Prosedur operasi usus buntu dengan laparoskopi umumnya berlangsung kurang lebih 1 jam. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh dokter dalam operasi usus buntu dengan laparoskopi:
- Meminta pasien berbaring di meja operasi dalam posisi telentang
- Mencukur rambut di area sayatan akan dibuat
- Memasang selang infus di lengan pasien untuk menyalurkan obat dan cairan
- Menyuntikkan bius total melalui infus, agar pasien tertidur selama prosedur berlangsung
- Membuat 1–3 sayatan kecil di sekitar pusar, sebagai akses masuk alat yang akan digunakan
- Memasukkan selang kecil ke salah satu sayatan yang telah dibuat untuk menyalurkan gas karbon dioksida, agar perut pasien mengembang dan organ dalam perut menjadi lebih jelas terlihat
- Memasukkan laparoskop melalui sayatan yang lain dan memeriksa kondisi organ dalam perut
- Mengarahkan laparoskop ke usus buntu, mengevaluasi keadaan usus buntu, dan melakukan persiapan untuk memotong usus buntu
- Mengikat usus buntu dengan dibantu alat bedah lain, kemudian memotong dan mengangkatnya
- Mengeluarkan gas karbon dioksida, laparoskop, dan alat bedah lain yang digunakan pada prosedur ini usai usus buntu diangkat
- Menutup luka bekas sayatan dengan jahitan atau staples bedah, kemudian menutupnya dengan perban atau plester bedah
Setelah Operasi Usus Buntu dengan Laparoskopi
Setelah operasi selesai, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan. Di ruangan ini, dokter akan memantau tanda-tanda vital pasien, meliputi tekanan darah, denyut jantung, dan laju napas pasien. Usus buntu yang telah diangkat akan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
Jika kondisi pasien stabil, dokter dapat mengizinkan pasien pulang setelah operasi. Namun, pada beberapa kasus, dokter akan menganjurkan pasien menjalani rawat inap di rumah sakit.
Setelah operasi, ada beberapa keluhan yang mungkin dialami oleh pasien. Kendati demikian, keluhan ini normal terjadi dan akan hilang dalam beberapa hari. Beberapa keluhan tersebut adalah:
- Mual dan kembung
- Nyeri di area bekas sayatan
- Nyeri di bahu atau leher
- Sakit tenggorokan
- Kram di perut
Perlu diketahui, lama waktu pemulihan dapat berbeda pada setiap pasien. Hal tersebut tergantung pada kondisi pasien secara keseluruhan dan reaksi tubuh pasien terhadap tindakan operasi.
Selama masa pemulihan, pasien wajib mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, seperti antibiotik dan obat pereda nyeri. Pasien juga harus melakukan beberapa hal di bawah ini untuk mempercepat proses penyembuhan:
- Beristirahat yang cukup
- Menjaga luka operasi tetap bersih dan kering
- Tetap bergerak, misalnya dengan berjalan santai selama 10–15 menit, 4–5 kali sehari
- Mengonsumsi air hangat untuk meredakan kembung
- Menghindari aktivitas berlebihan, seperti mengangkat beban berat, setidaknya selama 3–5 hari
- Mencuci tangan sebelum dan setelah menyentuh area bekas operasi
- Mengenakan pakaian yang longgar dan berbahan lembut
- Melakukan pemeriksaan sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh dokter
Pasien yang telah menjalani operasi usus buntu dengan laparoskopi umumnya pulih dalam 1–2 minggu. Namun, untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi, tanyakan kepada dokter kapan waktu yang tepat untuk mulai beraktivitas.
Risiko Operasi Usus Buntu dengan Laparoskopi
Setiap prosedur operasi memiliki risiko, begitu juga dengan operasi usus buntu dengan laparoskopi. Beberapa risiko yang mungkin muncul setelah menjalani prosedur ini adalah:
- Perdarahan
- Infeksi luka operasi
- Cedera pada organ di sekitar area operasi, seperti usus kecil, saluran kemih, dan kandung kemih
Segera ke dokter atau rumah sakit terdekat jika mengalami keluhan di bawah ini:
- Demam
- Menggigil
- Batuk yang tidak kunjung sembuh
- Sesak napas
- Perut sangat kembung atau sakit tak tertahankan
- Kemerahan, pembengkakan, atau perdarahan di area bekas sayatan
- Mual atau muntah secara terus-menerus
- Tidak bisa buang air kecil sampai 8–10 jam setelah operasi
- Diare atau konstipasi (sembelit) lebih dari 3 hari
- Keluar nanah dari area bekas sayatan
- Perdarahan dari anus