Skrining hipertensi adalah pemeriksaan untuk mendeteksi tekanan darah tinggi atau hipertensi. Pemeriksaan ini berguna untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi serius akibat hipertensi, seperti serangan jantung dan stroke.
Hipertensi merupakan salah satu kondisi kesehatan yang umum terjadi di Indonesia. Menurut penelitian, 34,1% orang Indonesia menderita hipertensi.
Seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan sistoliknya di atas 130 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 80 mmHg secara terus-menerus.
Saat ini, alat pemeriksa tekanan darah atau tensimeter sudah dirancang lebih modern dan otomatis. Oleh karena itu, selain dapat dilakukan oleh dokter atau tenaga medis lain di rumah sakit, skrining hipertensi juga dapat dilakukan secara mandiri di rumah.
Indikasi Skrining Hipertensi
Pada dasarnya, skrining hipertensi dianjurkan untuk dilakukan secara rutin, terutama pada orang dengan kondisi tertentu. Berikut ini adalah penjelasan mengenai anjuran skrining hipertensi berdasarkan usia dan kondisi seseorang:
- Berusia di atas 18 tahun dengan tekanan darah normal: 2–5 tahun sekali
- Berusia di atas 40 tahun dengan tekanan darah normal: 1 tahun sekali
- Memiliki faktor risiko hipertensi, seperti obesitas: 1 tahun sekali
- Sedang hamil: setiap memeriksakan diri ke dokter kandungan
- Menderita hipertensi atau penyakit kronis, seperti penyakit jantung: setiap hari secara mandiri dan setiap melakukan kunjungan ke dokter
Selain untuk memantau tinggi rendahnya tekanan darah, skrining hipertensi pada penderita hipertensi atau penyakit kronis tertentu juga dapat membantu dokter dalam meresepkan obat-obatan dan memantau efektivitas pengobatan yang telah diberikan.
Peringatan Skrining Hipertensi
Skrining hipertensi adalah prosedur yang cepat, aman, dan tidak menimbulkan nyeri. Selama pemeriksaan, manset pada tensimeter akan mengembang sehingga dapat meremas dan menekan lengan. Hal ini dapat membuat sebagian orang merasa tidak nyaman selama beberapa detik, tetapi tidak berbahaya.
Skrining hipertensi sebaiknya tidak dilakukan di lengan yang memiliki saluran abnormal (fistula), bengkak akibat penyumbatan kelenjar getah bening (limfadema), atau sedang diinfus. Pada kondisi tersebut, skrining hipertensi dapat dilakukan di lengan lain atau anggota tubuh bagian bawah.
Sebelum menjalani pemeriksaan, pasien juga perlu memberitahu dokter jika sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu. Hal ini karena beberapa obat-obatan dapat memengaruhi tekanan darah pasien sehingga hasil skrining bisa menjadi tidak akurat.
Sebelum Skrining Hipertensi
Tidak ada persiapan khusus sebelum menjalani skrining hipertensi. Akan tetapi, pasien dapat mempersiapkan pertanyaan yang ingin diajukan ke dokter agar mendapatkan informasi yang lengkap.
Selain itu, pasien juga perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Tidak berolahraga, mengonsumsi minuman berkafein, atau merokok, selama 30 menit sebelum skrining hipertensi
- Mengenakan baju lengan pendek atau baju yang mudah dilipat ke atas, agar manset tekanan dapat lebih mudah dipasang di lengan
- Bersikap tenang dan menghindari pikiran yang memicu stres, setidaknya selama 5 menit sebelum pemeriksaan
Bagi orang yang melakukan skrining hipertensi secara mandiri, skrining sebaiknya dilakukan di waktu yang sama, misalnya tiap pagi atau sore hari. Selain itu, disarankan untuk mencatat setiap hasil skrining hipertensi, guna dijadikan acuan ketika melakukan pemeriksaan ke dokter.
Prosedur Skrining Hipertensi
Skrining hipertensi hanya memerlukan waktu sekitar 1 menit. Umumnya, prosedur ini dilakukan dalam posisi duduk.
Sebelum skrining, dokter akan meminta pasien untuk mengulurkan lengan dan menyejajarkannya dengan posisi jantung pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan beberapa proses berikut:
- Melilitkan manset tensimeter di lengan bawah pasien, tepatnya di atas siku
- Menempatkan stetoskop di atas lengan pasien untuk mendengarkan denyut nadi dan aliran darah, jika mengukur dengan alat manual
- Memompa manset secara perlahan dengan pompa kecil di tangan sehingga aliran darah pasien akan terhenti sejenak
- Melepaskan pompa agar manset menyusut secara perlahan sehingga aliran darah dapat kembali lancar
- Mendengarkan aliran darah dan denyut nadi, serta mengukur tekanan darah pasien seiring dengan menyusutnya manset
Jika skrining hipertensi dilakukan dengan alat otomatis, manset akan mengembang dengan sendirinya. Dokter juga tidak memerlukan stetoskop untuk mengukur denyut nadi dan aliran darah. Hal ini karena tekanan darah telah diukur oleh mesin secara otomatis.
Skrining hipertensi dapat dilakukan secara mandiri di rumah dengan alat otomatis. Namun, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter terkait jenis alatnya, cara penggunaan, pembacaan, dan pencatatan, serta waktu yang tepat untuk melakukan skrining hipertensi.
Setelah Skrining Hipertensi
Setelah skrining hipertensi dilakukan, dokter akan menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien. Hasil pemeriksaan ini meliputi tekanan sistolik dan tekanan diastolik.
Tekanan sistolik menunjukkan tekanan darah setelah jantung berdenyut, sedangkan tekanan diastolik menunjukkan tekanan darah saat jantung dalam kondisi rileks setelah berdenyut.
Berikut ini adalah kategori tekanan darah berdasarkan hasil pengukurannya:
- Normal, yaitu ketika tekanan sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg
- Prahipertensi, yaitu ketika tekanan sistolik 120–129 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg
- Hipertensi derajat 1, yaitu ketika tekanan sistolik berkisar 130–139 mmHg dan tekanan diastolik antara 80–89 mmHg
- Hipertensi derajat 2, yaitu ketika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih
- Hipotensi, yaitu ketika tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg, dan tekanan diastolik kurang dari 60 mmHg
Jika hasil menunjukkan bahwa tekanan darah pasien terlalu tinggi, skrining hipertensi perlu dilakukan 3 kali dalam jarak waktu setidaknya 1 minggu sejak skrining terakhir. Selain itu, dokter akan menganjurkan pasien untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, seperti:
- Mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang dan memperbanyak asupan sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan buah-buahan
- Membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak
- Menghindari konsumsi minuman beralkohol
- Menurunkan berat badan atau menjaga berat badan agar tetap ideal
- Tidak merokok
- Berolahraga secara teratur
- Beristirahat yang cukup
Jika hasil skrining menunjukkan tekanan darah tetap tinggi, dokter akan memberikan obat untuk mengontrol tekanan darah. Bila terdapat gejala lain, dokter akan merujuk pasien ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Komplikasi Skrining Hipertensi
Umumnya, skrining hipertensi tidak menimbulkan komplikasi yang berarti. Akan tetapi, sebagian orang dapat mengalami rasa tidak nyaman di lengan yang diperiksa. Meski demikan, kondisi tersebut hanya berlangsung sesaat.
Pada orang yang mengonsumsi obat antiplatelet, skrining hipertensi bisa menimbulkan komplikasi berupa ruam dan bintik merah, akibat pecahnya pembuluh kapiler di lengan.