Terapi oksigen hiperbarik adalah metode pengobatan dengan cara memberikan oksigen murni di dalam ruangan bertekanan tinggi. Peningkatan tekanan udara di dalam ruangan hiperbarik ini membuat paru-paru pasien menyerap oksigen lebih banyak dari biasanya sehingga dapat membantu penyembuhan penyakit.
Terapi oksigen hiperbarik dilakukan di dalam tabung atau ruangan khusus yang dapat meningkatkan tekanan udara 2–3 kali daripada tekanan udara normal. Pada kondisi ini, pasien dapat menghirup lebih banyak oksigen murni daripada ketika berada di ruangan bertekanan normal.
Terapi oksigen hiperbarik bertujuan untuk membantu tubuh dalam memperbaiki sel-sel yang rusak akibat penyakit tertentu. Pasien dapat direkomendasikan oleh dokter untuk menjalani terapi oksigen hiperbarik selama beberapa kali, tergantung pada penyakit yang diderita pasien.
Tujuan dan Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik dapat dilakukan untuk mengatasi beberapa kondisi atau penyakit berikut ini:
-
Penyakit dekompresi
Penyakit dekompresi terjadi akibat perubahan tekanan air atau udara yang terlalu cepat. Akibatnya, timbul gelembung udara di dalam pembuluh darah (emboli). Penyakit ini banyak terjadi pada penyelam, pendaki, dan pekerja di dalam pesawat terbang -
Keracunan karbon monoksida
Keracunan karbon monoksida dapat terjadi ketika gas karbon monoksida terhirup dalam jumlah yang banyak. Kondisi ini menyebabkan darah kesulitan mengikat dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. -
Ulkus dekubitus
Ulkus dekubitus umumnya terjadi pada pasien dengan penyakit tertentu, seperti diabetes, stroke, atau kelumpuhan. Untuk menanganinya, pasien bisa menjalani terapi oksigen hiperbarik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan suplai oksigen ke bagian tubuh yang terkena ulkus dekubitus. -
Cangkok kulit
Pada penderita penyakit yang memengaruhi peredaran darah, misalnya diabetes, cangkok kulit mungkin tidak dapat merekat dengan baik. Terapi oksigen hiperbarik dapat dilakukan untuk membantu agar cangkok dapat merekat sehingga proses pemulihan bisa lebih maksimal.
Selain kondisi di atas, terapi oksigen hiperbarik dapat dilakukan untuk menangani luka, baik akibat cedera maupun operasi, sindrom kompartemen, osteomielitis berulang, dan anemia.
Terapi oksigen hiperbarik juga dapat dilakukan untuk tujuan di bawah ini:
- Membantu penyembuhan luka, terutama pada gangrene, dengan cara memberikan oksigen dosis tinggi pada sel-sel tubuh yang luka
- Membersihkan tubuh dari radikal bebas
- Menghambat racun dari beberapa jenis bakteri dan meningkatkan kemampuan sel darah putih untuk membunuh bakteri
- Merangsang pembentukan pembuluh darah baru
Peringatan Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik tidak dapat diberikan kepada semua pasien. Pada penderita pneumothorax, terapi oksigen hiperbarik tidak dianjurkan sama sekali karena dapat menimbulkan komplikasi meliputi emboli gas dan penumpukan udara di rongga dada (pneumomediastinum).
Pasien yang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti cisplatin, bleomycin, disulfiram, dan doxorubicin, juga tidak dapat menjalani terapi oksigen hiperbarik.
Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan pasien perlu mendapatkan pengawasan khusus ketika menjalani terapi oksigen hiperbarik. Beberapa kondisi tersebut adalah:
- Asma
- Demam
- Kelainan bawaan pada bentuk sel darah merah (congenital spherocytosis)
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
- Fobia terhadap ruangan sempit atau tertutup (klaustrofobia)
- Gangguan pada saluran penghubung telinga dan tenggorokan (tuba eustachius)
- Infeksi saluran pernapasan bagian atas
- Kejang
Belum diketahui efek samping terapi oksigen hiperbarik terhadap kehamilan. Akan tetapi, terapi ini dapat dilakukan untuk menangani keadaan gawat darurat pada ibu hamil, misalnya keracunan karbon monoksida, dengan disertai pengawasan ketat.
Sebelum Terapi Oksigen Hiperbarik
Sebelum menjalani terapi oksigen hiperbarik, ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh pasien. Pasien dianjurkan untuk mandi terlebih dahulu dan tidak menggunakan parfum, deodoran, atau hair spray. Selain itu, pasien tidak boleh menggunakan perhiasan atau rambut palsu ketika memasuki ruangan.
Jika pasien adalah perokok aktif, dokter akan meminta pasien untuk berhenti merokok selama menjalani terapi. Hal ini karena kandungan di dalam rokok dapat menghambat kemampuan darah dalam mensuplai oksigen ke seluruh tubuh.
Selain hal-hal di atas, pasien tidak dianjurkan untuk membawa benda-benda yang dapat memicu kebakaran, seperti pemantik api dan baterai.
Prosedur Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik dilakukan di tabung khusus atau ruang hiperbarik. Secara umum, ada dua jenis ruang hiperbarik, yaitu:
- Monoplace hyperbaric chamber, yang dapat digunakan untuk satu orang dalam sekali waktu terapi
- Multiple hyperbaric chamber, yang bisa digunakan untuk menampung hingga 20 orang
Terapi oksigen hiperbarik tidak memerlukan rawat inap. Langkah-langkah yang akan dilakukan oleh dokter pada terapi ini akan disesuaikan dengan jenis ruangan hiperbarik yang digunakan. Namun, tahapan dalam terapi oksigen hiperbarik yang dilakukan oleh dokter umumnya adalah sebagai berikut:
- Meminta pasien untuk berganti pakaian dengan jubah khusus rumah sakit
- Meminta pasien untuk menempati monoplace atau multiple hyperbaric chamber
- Meminta pasien untuk berbaring atau duduk selama menjalani prosedur terapi oksigen hiperbarik
- Menaikkan tekanan udara ruang hiperbarik secara perlahan hingga mencapai tekanan yang diperlukan
- Menghentikan alat jika terapi sudah selesai dilakukan
Terapi oksigen hiperbarik umumnya berlangsung selama 2 jam. Jika sudah selesai, pasien akan diminta beristirahat terlebih dahulu sebelum kembali beraktivitas seperti biasa. Bila diperlukan, dokter dapat menganjurkan pasien untuk menjalani terapi oksigen hiperbarik selama beberapa kali.
Setelah Terapi Oksigen Hiperbarik
Pasien dapat merasa letih atau pusing usai menjalani sesi terapi oksigen hiperbarik. Namun, rasa letih tersebut akan hilang dan pasien dapat kembali beraktivitas setelah beristirahat beberapa saat.
Perlu diketahui bahwa sebagian besar kondisi yang dapat ditangani dengan terapi oksigen hiperbarik memerlukan beberapa kali terapi agar hasilnya lebih maksimal. Jumlah terapi yang diperlukan bisa berbeda-beda untuk masing-masing kondisi atau penyakit.
Sebagai contoh, keracunan karbon monoksida umumnya hanya memerlukan 3 kali terapi. Sementara itu, sesi terapi untuk penyembuhan luka mungkin perlu dilakukan sebanyak 40 kali.
Terapi oksigen hiperbarik dapat diberikan sebagai metode pengobatan tunggal. Terapi ini juga bisa dikombinasikan dengan metode pengobatan lain agar kesembuhan pasien dapat dicapai secara maksimal.
Efek Samping dan Komplikasi Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik dapat menimbulkan efek samping dan komplikasi berupa:
- Cedera telinga
- Cedera mata
- Paru-paru mengempis (kolaps) dan tidak bisa mengembang
- Kadar gula rendah (hipoglikemia)
- Gangguan pada sinus
- Keracunan oksigen
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami sejumlah gejala berikut setelah menjalani terapi oksigen hiperbarik:
- Demam
- Mual dan muntah parah
- Sesak napas berat
- Kejang
- Penurunan kesadaran