Hamil dengan bayi kembar dalam kandungan merupakan suatu anugerah bagi banyak pasangan. Namun, di balik penantian dan kegembiraan tersebut, kehamilan kembar juga dapat meningkatkan risiko terjadinya beberapa komplikasi.
Banyak ibu hamil merasa khawatir karena mengandung bayi kembar. Hal ini sangat wajar terjadi karena hamil dengan bayi kembar dalam kandungan memiliki beberapa risiko komplikasi. Namun, kekhawatiran ini sebaiknya tidak disikapi dengan rasa panik yang berlebihan.
Untuk meminimalkan risiko komplikasi, Bumil perlu mengetahui berbagai kondisi yang dapat terjadi serta pencegahannya. Dengan begitu, Bumil dapat lebih waspada menjaga kesehatan diri sendiri maupun janin, sehingga kehamilan bayi kembar dalam kandungan bisa berjalan lancar sampai waktu persalinan tiba.
Berbagai Kondisi yang Bisa Terjadi saat Mengandung Bayi Kembar
Ibu yang hamil dengan bayi kembar bisa menjalani kehamilan dengan lancar sampai melahirkan. Namun, tidak sedikit ibu yang mengandung bayi kembar mengalami keluhan atau komplikasi selama kehamilan.
Berikut ini adalah beberapa keluhan atau kondisi yang bisa dialami oleh ibu hamil dengan bayi kembar dalam kandungan:
1. Mual dan muntah hebat
Saat hamil bayi kembar, Bumil mungkin mengalami mual dan muntah yang lebih parah pada trimester pertama daripada dengan kehamilan tunggal. Hal ini terjadi karena kehamilan kembar membuat kadar hormon human chorionic gonadotropin (HCG) menjadi lebih tinggi.
Namun, Bumil tidak perlu khawatir karena masa-masa mual dan muntah ini biasanya hanya berlangsung selama 3–4 bulan.
2. Berat badan naik secara signifikan
Ibu yang hamil dengan bayi kembar dalam kandungan umumnya akan mengalami kenaikan berat badan yang lebih banyak daripada ibu hamil bayi tunggal. Kondisi ini dapat terjadi karena ibu hamil mengandung 2 bayi, memiliki cairan ketuban yang lebih banyak, serta membutuhkan porsi makan yang bertambah.
Meski demikian, Bumil tetap perlu berkonsultasi dengan dokter mengenai penambahan berat badan yang normal selama kehamilan.
3. Gerakan bayi pada masa awal kandungan
Bila bayi kembar dalam kandungan adalah kehamilan pertama, biasanya pergerakan atau tendangan janin akan mulai terasa pada usia kehamilan 18–20 minggu, sama seperti pada kehamilan dengan bayi tunggal.
Namun, Bumil mungkin dapat merasakan pergerakan bayi lebih awal bila sudah pernah hamil sebelumnya. Hal ini karena pada kehamilan kedua atau seterusnya, Bumil lebih peka dalam membedakan pergerakan janin dengan pergerakan saluran cerna.
4. Risiko mengalami preeklampsia
Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berbahaya dan perlu segera ditangani. Preeklampsia ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan pembengkakan pada tangan serta kaki, bahkan dapat menyebabkan kejang dan membahayakan nyawa ibu maupun janin.
Salah satu faktor yang meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia saat hamil adalah kehamilan dengan bayi kembar. Untuk mencegah komplikasi akibat preeklampsia, Bumil dengan bayi kembar dalam kandungan disarankan untuk rutin memeriksakan kehamilan.
5. Lebih sering mengalami flek
Mengandung bayi kembar bisa membuat Bumil mengeluarkan bercak atau flek darah lebih sering selama trimester pertama. Namun, Bumil tetap perlu waspada bila flek yang keluar disertai dengan gumpalan darah, darah sangat banyak seperti saat haid, dan disertai dengan kram perut. Hal ini bisa menjadi tanda awal keguguran.
6. Risiko mengalami diabetes gestasional
Diabetes gestasional merupakan diabetes yang terjadi selama masa kehamilan, dan berlangsung hingga proses melahirkan. Ibu yang memiliki bayi kembar dalam kandungan 2 kali lebih rentan mengalami diabetes gestasional daripada ibu hamil dengan bayi tunggal.
Bila mengalami diabetes gestasional, Bumil dianjurkan untuk mengonsumsi obat pengontrol kadar gula darah yang diresepkan dokter, mengubah pola makan, serta rutin melakukan kontrol gula darah bersama kontrol kehamilan.
7. Pertumbuhan janin terhambat
Pada kehamilan bayi kembar dalam kandungan, risiko terjadinya keguguran maupun “janin menghilang” lebih besar akibat ketidakseimbangan asupan nutrisi pada satu bayi dibandingkan bayi yang lain.
Bayi kembar identik lebih sering mengalami kondisi ini karena mendapatkan nutrisi dari satu plasenta yang sama. Pada beberapa kasus, ibu hamil bisa mengalami twin to twin transfusion syndrome (TTTS) yang menyebabkan salah satu janin tumbuh lebih lambat daripada janin yang lain.
8. Melahirkan dengan operasi caesar
Pendapat tentang kehamilan bayi kembar dalam kandungan pasti akan melahirkan secara caesar, merupakan hal yang keliru. Faktanya, hampir 40% ibu hamil dengan kehamilan kembar dapat melahirkan secara normal.
Meski demikian, operasi caesar mungkin disarankan oleh dokter ketika ada kondisi medis tertentu, seperti salah satu bayi dalam posisi sungsang atau letak plasenta rendah.
Setelah mengetahui berbagai risiko hamil bayi kembar, Bumil harus lebih mewaspadai kondisi yang berbahaya dan segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat bila mengalaminya.
Selain itu, ibu hamil dengan bayi kembar wajib mengonsumsi makanan bergizi, mencukupi kebutuhan air minum setidaknya 8 gelas per hari, dan melakukan aktivitas fisik yang sesuai kondisi masing-masing.
Untuk meminimalkan berbagai risiko komplikasi karena memiliki bayi kembar dalam kandungan sekaligus memastikan kehamilan berjalan dengan lancar, Bumil juga disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter dengan melakukan kontrol kehamilan secara rutin..