Wanita yang melahirkan secara caesar acap kali dianggap gagal menjadi seorang ibu sejati lantaran tidak merasakan sakitnya proses melahirkan secara normal. Padahal, operasi Caesar juga tidak lepas dari perjuangan dan rasa sakit. Lagipula, apa pun itu, metode melahirkan tentunya dipilih karena cara itulah yang terbaik untuk ibu hamil dan Si Kecil.
Operasi caesar adalah metode melahirkan dengan mengeluarkan bayi melalui operasi pada perut dan rahim. Operasi ini bisa terjadi pada ibu hamil mana pun, bahkan pada ibu yang tadinya sudah direncanakan untuk melahirkan secara normal.
Stigma Masyarakat dan Alasan Medis tentang Operasi Caesar
“Makanya banyak olahraga, biar bisa melahirkan normal, nggak caesar!”
“Curang, ya, kamu caesar. Dulu saat aku kontraksi mau melahirkan, rasanya tuh setengah mati!”
“Enak dong, Miss V kamu tetap utuh kalau caesar.”
Percaya atau tidak, cibiran menyakitkan seperti di atas masih banyak didengar oleh para ibu yang melahirkan secara caesar. Bahkan mungkin Anda sendiri juga tidak asing dengan kalimat seperti ini.
Hal ini membuat timbulnya pertanyaan di masyarakat, khususnya para ibu yang sedang hamil dan sedang merencanakan persalinan. “Apakah melahirkan caesar memang seburuk itu?”, “Apakah semua ibu wajib melahirkan secara normal?“, atau “Bagaimana saya tahu kalau saya butuh caesar atau tidak?”.
Melahirkan secara normal tentunya adalah kondisi yang ideal. Namun saat dokter memutuskan seseorang harus melahirkan secara caesar, tentunya ada alasan logis yang mendasarinya. Berikut ini adalah beberapa faktor yang membuat seorang wanita harus melahirkan secara caesar:
- Bukaan tidak bertambah, sehingga persalinan tidak kunjung terjadi
- Bukaan sudah lengkap tapi bayi tidak kunjung turun
- Tidak ada kontraksi sama sekali, padahal kondisi bayi sudah kritis karena tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup, sehingga harus dilahirkan secepatnya
- Perdarahan yang luar biasa banyak
- Bayi dalam posisi sungsang atau tidak berada di posisi siap lahir
- Ukuran bayi terlalu besar atau bayi kembar
- Panggul yang sempit
- Bayi terlilit tali pusar
- Menderita infeksi tertentu, seperti herpes genital atau HIV
- Adanya risiko (preeklamsia) akibat tekanan darah tinggi
- Miom atau kista yang menutupi jalan lahir
- Risiko rahim robek jika melahirkan secara normal
- Hamil saat usia terlalu muda (< 19 tahun) atau terlalu tua (> 35 tahun)
Risiko di Balik Operasi Caesar
Melahirkan secara normal ataupun caesar sama-sama memiliki risiko. Namun tentunya, apa pun metode yang dipilih memiliki keuntungan yang lebih besar untuk ibu dan anaknya. Dokter pun akan mengantisipasi semua risiko sejak awal dan mencegahnya terjadi.
Adapun risiko yang bisa terjadi saat operasi caesar, antara lain:
- Kehilangan banyak darah
- Infeksi rahim (endometritis)
- Rahim robek
- Efek samping pembiusan
- Infeksi luka bekas operasi
- Penyumbatan pembuluh darah di paru-paru yang bisa menyebabkan kematian
Efek samping operasi caesar tidak hanya bisa dialami ibu. Bayi yang dilahirkan melalui prosedur ini juga berisiko mengalami gangguan pernapasan, terutama yang lahir sebelum usia 39 minggu, serta luka gores yang tidak disengaja selama operasi berlangsung. Selain itu, bayi yang lahir dengan operasi caesar pun berisiko lebih tinggi mengalami alergi dibandingkan bayi yang lahir secara normal.
Tidak ada satu orang pun yang berhak menilai seorang ibu sempurna atau tidak berdasarkan cara ia melahirkan. Baik persalinan normal atau caesar, keduanya sama-sama mempertaruhkan nyawa.
Malahan, melahirkan secara caesar cenderung membutuhkan keberanian yang tinggi lantaran pasien harus menghadapi operasi sendirian, tanpa ditemani oleh sang suami.
Dengan mengetahui informasi di atas, kini Anda tidak perlu sedih dan merasa bersalah telah melahirkan secara caesar. Yakinlah bahwa Anda tetap merupakan pahlawan bagi buah hati Anda.
Selain itu, Anda masih punya kesempatan untuk melahirkan secara normal setelah caesar, kok. Anda mungkin pernah mendengar kabar bahwa seorang ibu yang sudah pernah menjalani caesar harus tetap menjalani caesar di persalinan selanjutnya. Namun, hal ini tidak benar, ya.
Operasi caesar juga tidak ditentukan oleh berapa kali Anda pernah melahirkan normal sebelumnya. Jadi, bila anak pertama dan kedua dilahirkan secara normal, anak ketiga pun bisa juga dilahirkan secara normal, dengan catatan ibu tidak memiliki alasan caesar seperti yang telah dipaparkan di atas.
Untuk mengetahui apakah Anda bisa melahirkan secara normal, Anda sebenarnya bisa mencari tahu sendiri terlebih dahulu melalui tool tes potensi caesar. Tool ini akan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar kondisi fisik dan kehamilan Anda.
Setelah itu, jawaban Anda akan diolah untuk mendapatkan seberapa besar kemungkinan Anda perlu melahirkan secara caesar. Tool ini sudah terverifikasi dan hasilnya pun sangat personalized, sesuai dengan kondisi Anda.
Saat waktunya kontrol, Anda bisa membawa hasil dari tes potensi caesar ini ke dokter kandungan Anda. Dokter bisa menggunakan hasil tes ini sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan mengenai metode persalinan yang terbaik untuk Anda nanti.