Apakah Anda sering merasa lelah meski sudah tidur atau beristirahat cukup sepanjang hari? Jika iya, bisa jadi hal tersebut menandakan suatu kondisi yang disebut sindrom kelelahan kronis.
Sindrom kelelahan kronis atau chronic fatigue syndrome (CFS) adalah kondisi yang ditandai dengan rasa lelah sepanjang waktu. Hal ini tentu akan mengurangi kualitas hidup penderitanya, karena keluhan lelah yang terus-menerus akan membuat penderita CFS merasa tidak bertenaga untuk bekerja atau melakukan aktivitas lainnya.
Berbeda dengan kelelahan karena menjalani aktivitas fisik berat atau sedang tidak fit, sindrom kelelahan kronis bahkan bisa menimbulkan rasa lelah yang cukup berat hingga membuat penderitanya sulit beranjak dari tempat tidur (malaise). Rasa lelah ini juga masih bisa muncul saat bangun tidur, meski sudah cukup tidur. Bukan hanya pada orang dewasa, kondisi ini juga bisa terjadi pada anak-anak.
Gejala Sindrom Kelelahan Kronis
Sindrom kelelahan kronis dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung tingkat keparahan dari kondisi yang dialami setiap penderita. Seseorang dikatakan mengalami sindrom kelelahan kronis jika ia sering atau terus-menerus merasa lelah selama lebih dari 6 bulan tanpa penyebab yang jelas.
Selain kelelahan, gejala yang dapat muncul akibat gangguan kesehatan ini adalah:
- Nyeri otot dan sendi.
- Sakit kepala.
- Sulit berkonsentrasi.
- Gangguan tidur, misalnya menjadi sulit tidur, semakin sering tidur, atau sering terbangun saat tertidur.
- Pusing saat duduk atau berdiri karena tekanan darah menurun.
- Masalah psikologis, seperti emosi tidak terkendali, sering panik, dan cemas.
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Sakit tenggorakan.
Selain beberapa gejala di atas, penderita sindrom kelelahan kronis juga bisa merasakan gejala lain, seperti menggigil dan berkeringat di malam hari, gangguan pencernaan, dada berdebar, serta mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu.
Penyebab Sindrom Kelelahan Kronis
Hingga saat ini, penyebab pasti sindrom kelelahan kronis masih belum diketahui. Namun, beberapa faktor berikut diduga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena sindrom ini:
- Kelemahan pada sistem kekebalan tubuh.
- Penyakit autoimun.
- Gangguan hormon, misalnya akibat penyakit tiroid.
- Stres berlebihan.
- Gangguan psikologis, seperti depresi dan gangguan cemas.
- Penyakit kanker.
- Infeksi virus dan bakteri.
- Penyakit jantung.
Untuk memastikan apakah seseorang menderita sindrom kelelahan kronis, maka perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Dalam menentukan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menelusuri riwayat keluhan yang dirasakan oleh pasien.
Dokter juga akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mendeteksi apakah terdapat beberapa faktor risiko di atas. Setelah memastikan diagnosis dan faktor risikonya, dokter akan memberikan penanganan yang sesuai.
Pengobatan Sindrom Kelelahan Kronis
Sejauh ini, memang belum ada metode pengobatan yang sepenuhnya efektif untuk menyembuhkan sindrom kelelahan kronis. Namun, beberapa langkah penanganan bisa diupayakan untuk meringankan gejala sindrom kelelahan kronis dan membantu penderita untuk dapat kembali bekerja dan beraktivitas dengan lancar.
Setelah diketahui apa faktor risiko yang dapat menjadi pencetus gejala sindrom kelelahan kronis pada penderita, maka dokter akan menangani faktor resiko tersebut. Berikut ini adalah bentuk penanganan yang bisa dilakukan untuk mengatasi sindrom kelelahan kronis:
1. Pemberian obat-obatan
Dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi gangguan yang diduga menjadi pemicu sindrom kelelahan kronis.
Misalnya, jika gejala sindrom kelelahan kronis muncul akibat depresi, maka dokter akan memberikan obat antidepresan untuk mengatasi depresi tersebut. Obat ini juga bisa digunakan untuk membantu pasien tidur lebih nyaman.
Selain itu, dokter juga dapat meresepkan obat pereda nyeri atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen dan aspirin, untuk mengobati keluhan nyeri yang dirasakan penderita.
Beberapa riset pun menyebutkan bahwa kondisi ini bisa diobati dengan bantuan obat herbal, seperti ginseng merah. Namun, efektivitas dan keamanannya masih perlu diteliti lebih lanjut.
2. Psikoterapi
Selain mengonsumsi obat-obatan, dokter juga akan menyarankan psikoterapi untuk membantu menenangkan pikiran penderita sindrom kelelahan kronis. Selain itu, metode ini juga bisa digunakan untuk menggali lebih lanjut penyebab sindrom kelelahan kronis, jika kondisi ini dicurigai muncul karena masalah psikologis.
Salah satu bentuk psikoterapi yang sering digunakan untuk membantu penderita sindrom kelelahan kronis adalah terapi kognitif perilaku.
3. Terapi fisik
Meski merasa lelah, penderita CFS tetap perlu rutin berolahraga. Hal ini karena melakukan olahraga ringan ternyata terbukti efektif untuk meringankan gejala sindrom kelelahan kronis.
Untuk meningkatkan stamina tubuh penderita sindrom kelelahan kronis, dokter bisa menyarankan terapi fisik berupa graded exercise, yaitu latihan fisik yang diawali dengan intensitas rendah, lalu ditingkatkan secara bertahap sesuai kemampuan pasien.
Di samping pengobatan medis, penderita sindrom kelelahan kronis juga disarankan untuk memperbaiki pola hidup menjadi lebih sehat. Beberapa perubahan yang dapat dilakukan adalah:
- Membatasi asupan minuman berkafein dan beralkohol.
- Berhenti merokok.
- Mengurangi stres dengan melakukan relaksasi.
- Beristirahat dengan cukup. Usahakan untuk tidur 7-8 jam setiap malam.
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
- Berolahraga secara rutin sesuai rekomendasi dokter.
Jika Anda terus-menerus merasa lelah atau tidak bertenaga, sampai membuat Anda sering tidak masuk kerja atau tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari, maka sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui apakah Anda mengalami sindrom kelelahan kronis dan mencari tahu apa penyebabnya.