Obat pneumonia digunakan untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi pneumonia. Pemberian obat pneumonia umumnya disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan pneumonia. Hal ini penting dilakukan agar pengobatan dapat berlangsung efektif.
Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur. Kondisi yang juga dikenal dengan nama paru-paru basah ini ditandai dengan salah satu atau kedua paru-paru terisi oleh cairan atau nanah. Ketika mengalami pneumonia, seseorang dapat merasakan gejala batuk, demam, menggigil, kelelahan, nyeri dada, dan sesak napas.
Pneumonia umumnya lebih berisiko dialami oleh bayi dan anak-anak, lansia, serta orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena efek samping kemoterapi, diabetes, atau HIV/AIDS.
Beberapa Jenis Obat Pneumonia Sesuai Penyebabnya
Pneumonia merupakan penyakit yang perlu ditangani oleh dokter. Ketika merasakan gejala pneumonia, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter agar dokter dapat menentukan jenis obat pneumonia yang tepat untuk Anda.
Dalam mendiagnosis pneumonia dan menentukan penyebab paru-paru basah, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti tes darah, foto Rontgen dada, hingga pemeriksaan dahak atau kultur dahak, jika diperlukan.
Setelah diagnosis pneumonia dipastikan dan penyebabnya diketahui, dokter dapat mengatasi pneumonia dengan obat-obatan berikut ini:
1. Obat antibiotik
Pneumonia paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri dapat diobati dengan pemberian antibiotik, misalnya azithromycin, clarithromycin, levofloxacin, ceftriaxone, penisilin, atau doxycycline.
Pilihan antibiotik yang digunakan perlu disesuaikan dengan jenis kuman yang menjadi penyebab pneumonia. Antibiotik bisa diberikan oleh dokter dalam sediaan obat minum, seperti tablet dan kapsul, atau melalui suntikan.
Untuk mengobati pneumonia berat, dokter umumnya akan menyarankan penderita menjalani perawatan di rumah sakit dan dokter dapat memberikan obat antibiotik dalam bentuk suntik melalui infus.
2. Obat antivirus
Virus influenza adalah penyebab paling umum pneumonia pada orang dewasa. Sementara itu, respiratory syncytial virus (RSV) adalah penyebab paling umum pneumonia pada bayi dan anak-anak. Namun, pada beberapa kasus, pneumonia juga bisa disebabkan oleh infeksi virus Corona (COVID-19).
Pneumonia yang disebabkan infeksi virus biasanya berlangsung lebih singkat dibandingkan pneumonia akibat infeksi bakteri. Pneumonia yang disebabkan oleh virus umumnya bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa hari atau minggu, namun kondisi ini tetap perlu diperiksakan ke dokter.
Untuk menangani pneumonia akibat infeksi virus, dokter mungkin akan menyarankan penderita menjalani perawatan di rumah sakit agar kondisi penderita bisa terpantau dengan baik.
Jika diperlukan, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan antivirus, seperti oseltamivir, zanamivir, ribavirin, atau faviriparis untuk mengobati pneumonia akibat infeksi virus.
3. Obat antijamur
Pneumonia akibat infeksi jamur umumnya terjadi pada seseorang dengan kondisi sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya pada penderita HIV/AIDS atau orang yang menjalani kemoterapi.
Pneumonia akibat infeksi jamur perlu diobati dengan obat pneumonia berupa antijamur, seperti sulfamethoxazole, trimethoprim, voriconazale, atau amphotericin B.
4. Obat batuk
Pneumonia sering kali menyebabkan batuk dan peningkatan cairan atau dahak di paru-paru. Untuk mengatasi keluhan tersebut, dokter dapat meresepkan obat batuk atau pengencer dahak sebagai obat pneumonia.
Dengan meredanya batuk, Anda pun bisa beristirahat dengan lebih nyaman sehingga bisa lebih cepat pulih dari pneumonia.
5. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Ketika terserang pneumonia, seseorang akan mengalami peradangan di paru-parunya. Peradangan tersebut bisa menimbulkan gejala demam dan nyeri dada. Untuk mengatasi keluhan tersebut, dokter dapat meresepkan obat antiradang golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
Jenis obat-obatan OAINS yang dapat digunakan untuk mengatasi gejala demam dan nyeri dada akibat pneumonia adalah paracetamol dan ibuprofen.
Meski demikian, efektivitas dan keamanan obat pneumonia yang satu ini masih perlu diteliti lebih lanjut karena beberapa studi menyebutkan bahwa obat golongan NSAID kurang aman untuk diberikan pada penderita pneumonia.
6. Kortikosteroid
Obat pneumonia ini bukanlah obat yang rutin digunakan untuk mengatasi pneumonia. Kortikosteroid umumnya hanya digunakan dalam jangka pendek untuk mengatasi pneumonia berat.
Beberapa studi mengemukakan bahwa pemberian kortikosteroid pada penderita pneumonia berat dapat menurunkan risiko kematian akibat pneumonia. Akan tetapi, jenis dan dosis obat kortikosteroid yang digunakan harus disesuaikan dengan resep dan anjuran dokter.
7. Terapi oksigen
Pneumonia berat bisa menyebabkan penderitanya mengalami sesak napas dan kekurangan oksigen. Jika sudah demikian, penderita pneumonia berat perlu dirawat di rumah sakit. Saat menjalani perawatan di rumah sakit, dokter akan memberikan obat-obatan pneumonia serta terapi oksigen, jika diperlukan.
Terapi ini dilakukan untuk membantu penderita pneumonia mempertahankan kadar oksigen dalam aliran darahnya. Terapi oksigen dapat diberikan melalui selang atau masker oksigen.
Akan tetapi, pada kasus pneumonia berat ketika penderita sudah tidak bisa bernapas spontan, dokter mungkin akan memberikan bantuan pernapasan melalui ventilator.
Tips Selama Menjalani Pengobatan Pneumonia
Selain mengonsumsi obat-obatan sesuai resep dokter, Anda dapat melakukan saran-saran berikut selama menjalani pengobatan pneumonia:
Minum obat secara teratur sesuai resep dokter
Selama menjalani masa pemulihan di rumah, pastikan Anda menghabiskan obat-obatan pneumonia sesuai petunjuk dari dokter. Hindari menghentikan penggunaan obat paru-paru, meski gejala yang dirasakan sudah membaik.
Jika obat pneumonia digunakan secara tidak tepat atau tidak sesuai dengan petunjuk dokter, hal ini bisa menyebabkan pneumonia kambuh kembali.
Istirahat yang cukup
Selama menjalani pemulihan, perbanyaklah istirahat dan hindari melakukan aktivitas fisik berat hingga kondisi Anda benar-benar pulih dan dinyatakan sembuh oleh dokter. Jangan lupa juga untuk selalu memenuhi kebutuhan cairan dengan cukup minum air putih dan mengonsumsi makanan bernutrisi agar Anda cepat pulih.
Jaga kualitas udara di dalam rumah
Untuk mencegah iritasi dan peradangan yang semakin parah di paru-paru akibat pneumonia, Anda disarankan untuk menjauhi polusi, misalnya asap rokok atau debu. Jaga selalu kebersihan dan kualitas udara di dalam rumah agar Anda dapat bernapas lebih nyaman dan pneumonia yang Anda alami bisa lebih cepat sembuh.
Selain itu, jangan lupa membiasakan diri untuk selalu cuci tangan setelah batuk atau bersin, memakai kamar mandi, dan sebelum atau sesudah makan untuk mencegah penyebaran virus atau bakteri penyebab pneumonia.
Apa pun jenisnya, pneumonia adalah kondisi yang perlu ditangani oleh dokter. Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit pneumonia berisiko menimbulkan komplikasi yang berbahaya, seperti sepsis, gagal napas, atau bahkan kematian.
Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala pneumonia, segera periksakan diri ke dokter agar dokter dapat melakukan tindakan penanganan dan meresepkan obat pneumonia yang tepat untuk Anda.