Migrain saat hamil merupakan keluhan yang umum terjadi selama kehamilan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Nah, dengan mengenali penyebabnya, Bumil pun dapat melakukan langkah-langkah agar terhindar dari migrain.
Migrain merupakan salah satu jenis sakit kepala yang disertai rasa berdenyut dan hanya terjadi pada salah satu sisi kepala. Kondisi ini dapat diderita siapa saja, termasuk ibu hamil.
Selain menimbulkan nyeri dan denyutan di salah satu sisi kepala, migrain juga sering disertai dengan rasa ingin muntah dan mual. Kondisi ini bisa berlangsung selama berjam-jam, bahkan berhari-hari.
Penyebab Migrain Saat Hamil
Migrain saat hamil sering kali menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penderitanya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:
Perubahan hormon
Salah satu penyebab migrain saat hamil yang paling umum terjadi adalah perubahan hormon. Kondisi ini umumnya dialami ibu hamil pada trimester awal kehamilan, ketika kadar hormon estrogen belum stabil.
Konsumsi makanan tertentu
Tanpa disadari, konsumsi makanan atau minuman tertentu, seperti cokelat, keju, makanan yang mengandung MSG, makanan manis, dan minuman berkafein, dapat memicu migrain saat hamil.
Oleh karena itu, Bumil disarankan untuk membuat catatan mengenai makanan apa saja yang dikonsumsi sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mengetahui makanan apa yang bisa memicu migrain saat hamil.
Kurang atau kelebihan tidur
Ibu hamil yang tidur malam kurang dari 6 jam atau justru lebih dari 8,5 jam lebih rentan menderita migrain. Hal ini diduga karena kurang atau kelebihan tidur bisa memicu ketidakseimbangan hormon dan lebih sensitif terhadap rasa nyeri.
Selain itu, penelitian juga mengatakan bahwa ibu hamil yang mengalami gangguan tidur seperti sleep apnea, insomnia, atau tidur berjalan, lebih rentan untuk menderita migrain.
Stres emosional
Selain kurang atau kelebihan tidur, stres emosional selama hamil juga dapat menyebabkan migrain. Tak hanya migrain, stres yang tidak dikelola dengan baik selama hamil juga bisa berdampak buruk terhadap perkembangan janin dalam kandungan.
Selain penyebab migrain saat hamil seperti di atas, kekurangan nutrisi dan peningkatan volume darah selama hamil diduga juga dapat memicu migrain.
Cara Mengatasi Migrain saat Hamil
Karena migrain saat hamil bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dan menganggu aktivitas sehari-hari, ada beberapa cara atau pengobatan sederhana yang bisa Bumil lakukan untuk meredakannya, yaitu:
1. Hindari konsumsi makanan pemicu migrain
Jika migrain disebabkan oleh konsumsi makanan tertentu, hindari konsumsi makanan tersebut atau batasi porsinya. Dengan begitu, risiko Bumil mengalami migrain saat hamil pun dapat ditekan.
2. Perbanyak minum air
Untuk meringankan migrain, perbanyak minum air putih. Banyak minum air putih tidak hanya mampu meredakan migrain, tetapi juga memenuhi kebutuhan cairan tubuh sehingga ibu hamil terhindar dari dehidrasi.
3. Cukupi waktu istirahat
Jika migrain yang Bumil derita terjadi akibat kurang tidur, usahakan untuk cukupi waktu tidur. Bila Bumil sulit tidur, cobalah cari tahu apa penyebabnya. Selain itu, ciptakan suasana ruang tidur yang nyaman dengan meredupkan atau mematikan lampu menjelang waktu tidur.
4. Kelola stres dengan baik
Apabila migrain disebabkan oleh stres, kelolalah stres dengan baik. Anda bisa melakukannya dengan fokus pada hal-hal positif, curhat dengan pasangan atau sahabat, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan.
Dengan melakukan hal-hal tersebut, pikiran Bumil dapat menjadi lebih tenang dan risiko munculnya migrain saat hamil pun dapat diminimalkan.
5. Kompres kepala
Untuk meredakan migrain, Bumil dapat mengompres kepala atau leher bagian belakang dengan kompres hangat maupun dingin. Cara ini cukup ampuh mengurangi keluhan migrain.
Dengan mengetahui penyebab migrain saat hamil dan menghindarinya, Bumil dapat meminimalkan risiko munculnya keluhan ini. Bila migrain muncul, lakukan cara-cara di atas untuk mengatasinya secara mandiri.
Namun, jika migrain saat hamil tidak kunjung membaik atau sering kambuh, segera periksakan kondisi Bumil ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan sesuai dengan penyebabnya.