Kleptomania adalah gangguan yang membuat penderitanya sulit menahan diri dari keinginan untuk mencuri. Penderita kleptomania kerap mencuri di tempat-tempat umum, tetapi ada juga yang mengutil dari rumah teman-temannya.
Kleptomania termasuk ke dalam kelompok gangguan kendali impulsif, yaitu gangguan yang menyebabkan penderitanya sulit mengendalikan emosi dan perilaku. Biasanya, kleptomania muncul di masa remaja, tetapi juga bisa terjadi setelah dewasa.
Kleptomania dapat membuat penderitanya terganggu secara emosional. Jika terus dibiarkan, penderita kleptomania bisa mengalami gangguan mental serius, terjerat hukum, hingga berpikir untuk bunuh diri.
Penyebab Kleptomania
Penyebab kleptomania belum diketahui secara pasti, tetapi ada dugaan kondisi ini terkait dengan gangguan pada senyawa kimia di otak, seperti:
- Penurunan kadar serotonin, yaitu senyawa kimia otak yang berfungsi mengatur emosi dan suasana hati (mood)
- Ketidakseimbangan sistem opioid otak yang menyebabkan keinginan untuk mencuri tidak bisa ditahan
- Gangguan pelepasan dopamin, yaitu senyawa kimia otak yang menimbulkan rasa senang dan ketagihan
Faktor risiko kleptomania
Kleptomania termasuk gangguan emosi dan perilaku yang jarang terjadi. Meski begitu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami kleptomania, yaitu:
- Memiliki keluarga dengan riwayat kleptomania, kecanduan alkohol, atau penyalahgunaan narkoba
- Menderita gangguan mental lain, seperti depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan, atau gangguan kepribadian
Gejala Kleptomania
Kleptomania berbeda dengan pencurian yang dilandasi motif kriminal. Sejumlah gejala dan tanda yang menjadi karakteristik kleptomania adalah:
1. Tidak dapat menolak dorongan untuk mencuri
Penderita kleptomania biasanya tidak bisa menolak dorongan untuk mencuri meskipun barang yang dicuri merupakan sesuatu yang tidak berharga atau tidak dibutuhkan oleh penderita. Hal ini berbeda dengan pencurian kriminal yang mencuri barang berharga dan bernilai tinggi, yang bertujuan untuk kepentingan pribadi.
2. Merasa cemas saat mencuri
Penderita juga biasanya merasa cemas dan tegang saat hendak melakukan pencurian. Setelah berhasil mencuri, penderita akan merasa senang dan puas, tetapi juga merasa bersalah, menyesal, malu, dan takut tertangkap. Meski begitu, penderita tetap tidak bisa menahan diri untuk mengulangi perbuatannya.
3. Mencuri secara spontan
Kerap kali penderita kleptomania mencuri seorang diri secara spontan. Berbeda dengan pencurian kriminal yang sebagian besar melibatkan orang lain dan menyusun rencana sebelum melakukan pencurian.
4. Tidak menggunakan barang yang dicuri
Penderita kleptomania jarang bahkan cenderung tidak menggunakan barang yang dicuri untuk dirinya sendiri. Penderita biasanya membuang barang curian tersebut atau memberikannya ke teman atau keluarga.
5. Tidak mencuri karena balas dendam
Pencurian yang dilakukan penderita tidak berhubungan dengan delusi atau halusinasi. Penderita juga bukan mencuri karena luapan kemarahan atau balas dendam.
6. Mencuri di tempat umum
Penderita kleptomania cenderung memilih untuk mencuri di tempat-tempat umum, seperti toko atau supermarket. Pada sebagian kasus, penderita kleptomania juga bisa mencuri di tempat ramai dari teman atau kenalannya, seperti ketika sedang berada di suatu pesta.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala di atas. Meski kebanyakan penderita kleptomania enggan mencari pengobatan karena takut diproses secara hukum, Anda sebaiknya tidak perlu khawatir. Dokter tidak akan melaporkan Anda ke pihak berwenang, tetapi justru membantu Anda mengatasi masalah yang dihadapi.
Jika teman atau keluarga Anda diduga menderita kleptomania, jangan menghakimi atau menyalahkan mereka. Sebaliknya, yakinkan mereka bahwa perilaku tersebut termasuk gangguan mental dan ajak mereka untuk berkonsultasi dengan dokter.
Diagnosis Kleptomania
Dokter akan bertanya terkait dorongan mencuri yang dirasakan pasien, serta apa yang dirasakan pasien sebelum, sesaat, dan sesudah mencuri. Dokter juga akan menanyakan situasi apa saja yang bisa memicu munculnya dorongan untuk mencuri.
Diagnosis kleptomania dibuat berdasarkan keterangan yang disampaikan langsung atau melalui kuesioner yang diisi oleh pasien. Namun, dokter juga dapat melakukan tes darah, serta CT scan atau MRI kepala, untuk memastikan gejala pada pasien tidak disebabkan oleh cedera kepala atau kelainan otak.
Pengobatan Kleptomania
Kleptomania tidak bisa diatasi seorang diri dan akan berlangsung terus-menerus jika tidak ditangani secara medis. Untuk menangani gangguan ini, dokter dapat menggunakan psikoterapi, pemberian obat-obatan, atau kombinasi keduanya. Berikut ini adalah penjelasannya:
Psikoterapi
Jenis psikoterapi yang biasanya digunakan untuk menangani kleptomania adalah terapi perilaku kognitif. Melalui terapi ini, pasien akan diberikan gambaran terkait perbuatan yang dilakukan dan akibat yang mungkin diterima, termasuk berurusan dengan pihak berwajib.
Dengan begitu, pasien diharapkan bisa menyadari bahwa pencurian adalah tindakan yang salah sehingga pasien semakin termotivasi untuk tidak mencuri lagi. Pasien juga akan diajarkan cara bagaimana melawan keinginan kuatnya untuk mencuri, misalnya dengan teknik relaksasi.
Obat-obatan
Untuk obat-obatan, dokter dapat meresepkan obat antidepresan jenis selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Obat ini membuat serotonin bekerja lebih efektif sehingga dapat menstabilkan emosi pasien. Pemberian obat ini biasanya dilakukan bersamaan dengan terapi.
Dokter juga bisa memberikan obat antagonis opioid yang berfungsi menurunkan dorongan untuk mencuri dan rasa senang yang timbul setelah mencuri.
Kleptomania harus ditangani secara berkelanjutan agar tidak kambuh. Jika gejala sudah membaik tetapi timbul keinginan untuk mencuri lagi, segera temui dokter.
Komplikasi Kleptomania
Jika dibiarkan tanpa penanganan, kleptomania bisa menimbulkan banyak masalah pada kehidupan penderitanya, baik dalam lingkup keluarga maupun pekerjaan.
Selain itu, penderita kleptomania dapat merasa bersalah, malu, bahkan membenci dirinya sendiri. Perasaan tersebut muncul dari kesadaran bahwa mencuri adalah tindakan yang salah, tetapi dia tidak bisa menahan dorongan untuk mencuri.
Kondisi lain yang diduga dapat timbul akibat kleptomania meliputi:
- Depresi
- Kecanduan alkohol
- Penyalahgunaan narkoba
- Gangguan kecemasan
- Gangguan kepribadian
- Gangguan bipolar
- Gangguan impulsif lainnya, seperti kecanduan berjudi
- Gangguan makan
- Percobaan bunuh diri
Pencegahan Kleptomania
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyebab kleptomania belum diketahui secara pasti. Oleh sebab itu, belum diketahui juga bagaimana cara untuk mencegah gangguan perilaku ini. Namun, pengobatan yang dilakukan sedini mungkin dapat mencegah kleptomania memburuk dan mengurangi risiko timbulnya dampak negatif.