Kolesistitis adalah peradangan di kantong empedu akibat terperangkapnya cairan empedu di dalam kantung empedu. Bila tidak segera diatasi, kondisi ini bisa mengakibatkan kantong empedu pecah sehingga membahayakan jiwa penderitanya.
Kantong empedu merupakan organ tempat penyimpanan cairan empedu, yaitu cairan yang berperan penting dalam pencernaan lemak di dalam tubuh. Jika saluran kantong empedu tersumbat atau tidak bisa mengeluarkan cairan empedu, maka kolesistitis bisa terjadi.
Kolesistitis dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau bertahap dalam jangka panjang (kronis). Sebagian besar kasus kolesistitis akut disebabkan oleh batu empedu yang menyumbat saluran kantong empedu, sedangkan kolesistitis kronis merupakan kolesistitis akut yang terjadi secara berulang.
Penyebab Kolesistitis
Kolesistitis paling sering terjadi akibat penyumbatan di saluran empedu sehingga cairan empedu terperangkap di dalam kantong empedu. Penyumbatan saluran empedu dapat disebabkan oleh kondisi atau penyakit, seperti:
- Batu empedu
- Penyakit infeksi, seperti HIV/AIDS
- Gangguan di pembuluh darah, biasanya akibat diabetes
- Jaringan parut di saluran empedu atau terjepitnya saluran empedu
- Tumor di saluran empedu
Penyumbatan tersebut memicu terjadinya peradangan dan pembengkakan di kantong empedu. Pada beberapa kasus, kantong empedu yang membengkak juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri.
Selain penyebab di atas, ada faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kolesistitis, yaitu:
- Jenis kelamin perempuan
- Sedang hamil
- Usia lebih dari 50 tahun
- Menderita obesitas
- Berat badan naik atau turun terlalu cepat
- Memiliki kolesterol atau trigliserida tinggi
Gejala Kolesistitis
Gejala utama kolesistitis adalah nyeri parah di perut bagian kanan atas yang menjalar hingga bahu kanan. Umumnya, rasa nyeri tersebut bertahan lebih dari 30 menit dan memburuk bila penderita mengonsumsi makanan berlemak.
Selain nyeri perut, kolesistitis juga dapat disertai dengan gejala-gejala berikut:
- Sakit perut yang terasa menusuk dan memburuk saat menarik napas panjang
- Mual, muntah, kembung, dan nafsu makan hilang
- Demam lebih dari 38ºC
- Kulit dan bagian putih mata menjadi kuning
- Tinja berwarna seperti tanah liat atau pucat
- Benjolan di perut saat diraba
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala di atas. Penanganan kolesistitis perlu dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Segera ke dokter jika Anda mengalami sakit perut yang parah, mual, muntah, dan demam, serta warna kulit dan bagian putih mata berubah menguning.
Diagnosis Kolesistitis
Untuk mendiagnosis kolesistitis, dokter akan melakukan tanya jawab terkait keluhan yang dialami dan riwayat penyakit pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang disebut Murphy’s sign.
Pada Murphy’s sign, pasien diminta untuk menarik napas dalam-dalam, kemudian dokter akan menekan perut pasien, tepatnya di bawah tulang rusuk kanan. Jika pasien menderita kolesistitis, akan muncul nyeri di area yang ditekan saat ia menarik napas lebih dalam.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeiksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Pemeriksaan tersebut meliputi:
- Tes darah, untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi empedu dan memeriksa fungsi hati
- Pemindaian dengan USG, foto Rontgen, CT scan, atau MRI, untuk memeriksa pembengkakan dan peradangan di kantong dan saluran empedu
Pengobatan Kolesistitis
Jika pasien dinyatakan menderita kolesistitis, dokter akan menyarankan rawat inap di rumah sakit. Hal ini diperlukan agar kondisi pasien dapat lebih terpantau. Beberapa metode pengobatan yang bisa diberikan oleh dokter meliputi:
- Pengaturan pola makan rendah lemak atau berpuasa, untuk mengurangi beban kerja kantong empedu
- Pemberian cairan melalui infus untuk menghindari dehidrasi
- Pemberian obat-obatan, seperti obat antinyeri dan antibiotik, untuk mengatasi infeksi
Dokter dapat menganjurkan operasi pengangkatan kantong empedu (kolesistektomi) bila pasien mengalami kolesistitis akut. Operasi ini bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi dan mencegah kambuhnya kolesistitis.
Ada dua metode kolesistektomi yang bisa dilakukan untuk menangani kolesistitis, di antaranya:
- Kolesistektomi laparoskopik, yaitu operasi pengangkatan kantong empedu dengan metode lubang kunci (laparoskopi)
- Kolesistektomi terbuka, yaitu operasi pengangkatan kantong empedu dengan membuat sayatan yang lebih besar di perut
Setelah menjalani kolesistektomi, pasien bisa makan atau minum seperti biasa, karena organ hati masih terus memproduksi cairan empedu. Meski demikian, beberapa orang mungkin mengalami keluhan, seperti perut kembung atau diare, setelah mengonsumsi makanan tertentu.
Komplikasi Kolesistitis
Kolesistitis yang tidak segera ditangani berpotensi memicu komplikasi serius, seperti:
- Kantong empedu membengkak dan pecah
- Infeksi rongga perut akibat pecahnya kantong empedu (peritonitis)
- Penumpukan nanah (abses) di dalam kantong empedu
Pencegahan Kolesistitis
Kolesistitis sulit dicegah, terutama kolesistitis akut. Namun, risiko terjadinya kolesistitis bisa dikurangi dengan melakukan beberapa upaya berikut:
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, serta memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan
- Membatasi asupan makanan tinggi lemak
- Menjaga berat badan ideal
- Menurunkan berat badan secara bertahap
- Berolahraga secara rutin