Kolestasis adalah kondisi ketika aliran empedu melambat atau terhambat. Kolestasis umumnya menimbulkan gejala berupa kulit menguning (jaundice) dan gatal-gatal meskipun tidak muncul ruam. Jika tidak segera ditangani, kolestasis berisiko menyebabkan kerusakan pada hati.
Empedu adalah cairan yang diproduksi oleh hati dan disimpan di kantung empedu. Cairan empedu berfungsi untuk membantu saluran pencernaan dalam memecah lemak dan menyerap vitamin. Dalam sehari, hati bisa memproduksi sekitar 800–1.000 ml cairan empedu.
Pada cairan empedu, terdapat zat berwarna kuning kecokelatan yang disebut bilirubin. Normalnya, bilirubin akan dialirkan bersama cairan empedu ke saluran pencernaan, kemudian dikeluarkan melalui tinja dan urine.
Kolestasis terjadi ketika aliran empedu terhambat sehingga bilirubin akan keluar dari saluran empedu dan masuk ke aliran darah. Akibatnya, bilirubin akan menumpuk dalam aliran darah, kemudian menimbulkan gejala, seperti kulit dan bagian putih mata yang menguning.
Penyebab Kolestasis
Kolestasis dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi. Berikut ini adalah beberapa penyebab kolestasis sekaligus penjelasannya:
Penyebab intrahepatik
Kolestasis bisa disebabkan oleh gangguan pada hati, seperti:
- Hepatitis akut
- Sirosis hati akibat virus hepatitis B atau C
- Penyakit hati terkait alkohol
- Peradangan pada saluran empedu
- Kelainan genetik, seperti sindrom Dubin-Johnson atau sindrom Rotor
- Kanker hati atau penyebaran kanker ke hati
Penyebab ekstrahepatik
Selain gangguan pada hati, kolestasis juga bisa disebabkan oleh gangguan dari luar hati, antara lain:
- Batu empedu
- Kanker saluran empedu
- Penyempitan saluran empedu
- Peradangan pada pankreas (pankreatitis)
- Kanker pankreas
Efek samping obat-obatan
Hati bisa membantu menghilangkan zat-zat beracun dalam obat-obatan. Akan tetapi, ada beberapa obat-obatan yang lebih sulit diserap oleh hati sehingga racunnya dapat berbahaya bagi hati. Beberapa obat-obatan tersebut adalah:
- Antibiotik, seperti amoxicillin dan penisilin
- Analgesik, seperti paracetamol dan aspirin
- Antipsikotik, seperti phenotiazine
- Obat gangguan jantung, seperti amiodarone
- Obat lain, seperti pil KB dan estrogen
Pada kasus yang jarang terjadi, kolestasis juga bisa dialami oleh ibu hamil. Kondisi ini dikenal sebagai intrahepatic cholestasis of pregnancy (ICP) atau kolestasis obstetrik.
Gejala Kolestasis
Pada beberapa kasus, kolestasis tidak menimbulkan gejala, terutama pada penderita dewasa yang telah menderita kolestasis dalam jangka panjang. Meski demikian, ada beberapa gejala umum yang dapat muncul akibat kolestasis, yaitu:
- Kulit dan bagian putih mata menguning (jaundice)
- Urine berwarna gelap seperti teh
- Tinja berwarna pucat
- Gatal yang tidak tertahankan
- Kelelahan yang ekstrem
- Nyeri perut bagian kanan atas
- Hilang nafsu makan
- Mual dan muntah
Kapan harus ke dokter
Segera ke dokter jika Anda merasakan gatal yang tidak kunjung hilang, atau kulit dan bagian putih mata Anda menguning. Kedua gejala tersebut merupakan tanda khas dari kolestasis sehingga perlu segera diperiksakan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Diagnosis Kolestasis
Dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala dan riwayat kesehatan, serta obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk melihat kulit dan bagian putih mata yang menguning.
Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, serta mengukur kadar bilirubin, alkaline fosfatase (AFP), dan gamma glutamyl transpeptidase (GGT)
- USG dan CT scan perut, untuk mendeteksi penyebab terhambatnya aliran empedu, seperti kista
- MRCP (magnetic resonance cholangiopancreatography), untuk melihat kondisi saluran empedu dan pankreas dengan membuat cairan di dalam saluran terlihat lebih terang
- Biopsi hati, untuk mengetahui penyebab yang mendasari kolestasis
- ERCP (endoscopic retrograde cholangiopancreatography), untuk melihat kondisi saluran empedu dan pankreas dengan menggunakan kamera kecil (endoskop)
Pengobatan Kolestasis
Pengobatan kolestasis disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Jika kolestasis terjadi akibat obat-obatan tertentu, dokter akan meminta pasien untuk menghentikan penggunaan obat tersebut.
Beberapa contoh pengobatan lain yang disesuaikan dengan penyebabnya adalah:
- Operasi, untuk mengatasi penyumbatan di saluran empedu
- Pemberian vitamin K, untuk mengatasi terjadinya pembekuan darah
- Operasi pengangkatan kantung empedu (kolesistektomi), untuk mengangkat kantung empedu
- Pemasangan stent di saluran empedu, untuk membuka saluran yang menyempit
Selain untuk mengatasi penyebabnya, dokter juga dapat meresepkan cholestyramine, untuk meredakan gatal-gatal di kulit.
Komplikasi Kolestasis
Jika tidak ditangani, kolestasis dapat menimbulkan beberapa komplikasi, yaitu:
- Kerusakan hati
- Masalah kulit yang parah
- Gangguan tulang, seperti osteopenia, osteporosis, dan osteomalacia, akibat terganggunya penyerapan lemak
- Gangguan pembekuan darah
Pencegahan Kolestasis
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya kolestasis, yaitu:
- Lakukan vaksinasi hepatitis A dan B.
- Hindari konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
- Jangan menyalahgunakan NAPZA, terutama yang menggunakan jarum suntik.
- Cuci tangan secara rutin, terutama setelah makan dan menggunakan toilet.
- Hindari melakukan perilaku seks bebas.
- Jangan berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seksual.
- Gunakan alat pelindung diri (APD) jika bekerja sebegai petugas medis.