Laringomalasia adalah kelainan bawaan ketika pembentukan laring belum sempurna saat bayi dilahirkan. Gangguan ini bisa menutupi sebagian jalan napas bayi sementara waktu. Meski begitu, sebagian besar kasus laringomalasia tidak berbahaya dan bisa ditangani dengan pengobatan.

Laringomalasia umumnya ditandai dengan napas cepat yang disertai dengkuran. Keluhan ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya saat bayi berusia 18–20 bulan. Selain umum dialami oleh bayi baru lahir, sebagian kecil kasus laringomalasia terjadi pada orang dewasa. 

Laringomalasia, Kenali Penyebab, Gejala, dan Penanganannya - Alodokter

Penyebab Laringomalasia

Laringomalasia terjadi karena struktur laring bayi masih lunak, lemah, dan mudah jatuh. Ketika bayi menghirup udara, jaringan lunak tersebut dapat menyumbat sebagian jalan napas. Hal ini menyebabkan napas bayi berbunyi, terutama saat bayi dalam posisi terlentang.

Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan laringomalasia. Namun, kondisi ini mungkin saja disebabkan oleh tidak berkembangnya laring atau kotak suara selama bayi berada di dalam kandungan.

Selain itu, terdapat dugaan bahwa laringomalasia terjadi karena adanya gangguan neurologis yang memengaruhi saraf pita suara. Gangguan ini membuat otot-otot yang mendukung pita suara tidak terkoordinasi dengan baik saat bernapas. 

Gejala Laringomalasia

Laringomalasia pada bayi ditandai dengan gejala yang beragam, mulai dari yang bersifat ringan hingga berat, tergantung pada tingkat keparahannya. Gejala ringan laringomalasia yang sering ditemui, yaitu:

  • Terdengar bunyi “ngik” saat bernapas (stridor)
  • Sering mendengkur saat tidur
  • Napasnya terlihat cepat

Gejala tersebut biasanya akan lebih terlihat saat bayi berbaring, makan, menangis, dan tidur. Selain itu, orang tua juga perlu memperhatikan gejala lain yang menandakan jika kondisi ini sudah cukup parah. Berikut ini adalah gejala berat laringomalasia:

  • Susu atau makanan sering keluar kembali dari mulut atau hidung saat makan karena sulit menelan
  • Tarikan napas lebih cepat atau dangkal karena sulit bernapas
  • Kulit berubah warna menjadi kebiruan (sianosis)
  • Pertumbuhan berat badan yang tidak sesuai

Jika Si Kecil mengalami gejala-gejala berat di atas, ia perlu diberikan pengobatan oleh dokter agar terhindar dari komplikasi yang bisa mengganggu tumbuh kembangnya.

Laringomalasia dan Penanganannya

Laringomalasia biasanya bersifat ringan dan akan membaik dengan sendirinya tanpa penanganan khusus. Namun, jika kelainan ini disertai dengan gejala berat, laringomalasia bisa berkembang menjadi berbagai komplikasi, seperti sleep apnea, GERD, dan aspirasi (masuknya makanan ke paru-paru).

Untuk mengatasi laringomalasia yang parah, dokter biasanya akan menyarankan agar bayi menjalani operasi supraglottoplasty. Prosedur ini dilakukan dengan cara menghilangkan jaringan laring bagian atas yang berlebih agar tidak kembali menutupi jalan napas. Dengan begitu, bayi bisa bernapas dengan lebih baik.

Supraglottoplasty merupakan prosedur yang relatif aman dan singkat. Pelaksanaannya pun hanya memerlukan waktu 1 jam dan proses pemulihannya relatif singkat. Bayi biasanya akan benar-benar membaik sekitar 2 minggu setelah operasi.

Perlu diingat, meski laringomalasia umumnya tidak berbahaya, tetapi Anda tetap perlu memerhatikan perkembangan gejala yang terjadi pada Si Kecil. Hal ini penting agar Si Kecil terhindar dari komplikasi yang bisa menghambat tumbuh kembangnya.

Apabila Anda mendapati gejala laringomalasia yang berat pada Si Kecil, sebaiknya jangan tunda untuk memeriksakannya ke dokter. Dokter akan memberikan penanganan yang sesuai dengan kondisi Si Kecil sehingga komplikasinya dapat dihindari.