Tes hematokrit merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah sel darah merah di dalam darah. Jika hasil tes menunjukkan level hematokrit rendah atau di bawah rentang normal, kondisi ini menandakan bahwa jumlah sel darah merah di dalam tubuh sedang berkurang.
Pemeriksaan hematokrit sering kali dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan darah lengkap atau hitung darah lengkap. Anda mungkin akan disarankan oleh dokter untuk menjalani pemeriksaan ini sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin (medical check up).
Namun, pada kasus tertentu, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan ini untuk menentukan apakah Anda menderita penyakit tertentu, contohnya anemia.
Nilai Hematokrit Normal
Nilai hematokrit diukur dalam satuan persentase (%). Setiap orang memiliki level hematokrit yang berbeda-beda, tergantung jenis kelamin dan usianya. Berikut ini adalah nilai hematokrit normal berdasarkan usia dan jenis kelamin seseorang:
- Pria dewasa: 42–54%.
- Wanita dewasa: 38–46%.
- Anak-anak: 30–40 %
Nilai hematokrit normal juga dapat berbeda antara satu laboratorium dengan yang lainnya. Namun, perbandingan angka tersebut biasanya tidak akan melebih 7%. Jika kadar hematokrit dalam tubuh Anda kurang dari rentang angka di atas, itu berarti level hematokrit Anda rendah.
Rendahnya nilai hematokrit perlu diwaspadai apabila disertai adanya keluhan atau gejala tertentu, seperti lemas, pucat, mudah lelah, dan sering pusing.
Penyebab dan Penanganan Hematokrit Rendah
Hematokrit rendah sering kali merupakan pertanda anemia. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Kehilangan darah
Kehilangan darah secara berlebihan akibat kecelakaan, prosedur operasi, perdarahan, atau menstruasi berat dapat membuat level hematokrit rendah. Jika hematokrit rendah disebabkan oleh beberapa penyebab di atas, maka dokter perlu mencari sumber perdarahan dan menghentikannya.
Kehilangan darah yang sudah berat hingga menyebabkan syok perlu ditangani dengan pemberian transfusi darah.
2. Kekurangan nutrisi
Anemia atau hematokrit rendah bisa disebabkan oleh kekurangan zat besi (anemia defisiensi zat besi), folat (anemia defisiensi folat), atau vitamin B12 (anemia pernisiosa).
Untuk mengatasi kondisi tersebut, biasanya dokter akan merekomendasikan Anda untuk mengonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung zat besi, folat, dan vitamin B12.
3. Gangguan atau kerusakan sumsum tulang
Kerusakan pada sumsum tulang akibat racun, radiasi, kemoterapi, infeksi, atau efek samping obat-obatan tertentu dapat membuat level hematokrit menjadi rendah.
Begitu pula halnya dengan penyakit pada sumsum tulang, seperti anemia aplastik, sindrom mielodisplasia, atau kanker, seperti leukemia, limfoma, atau kanker dari organ tubuh lain yang menyebar ke sumsum tulang (metastasis).
4. Penyakit ginjal
Penyakit ginjal yang parah atau sudah berlangsung lama dapat menyebabkan anemia dan menurunnya hematokrit. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah hormon pembentuk sel darah merah (eritropoietin) yang dihasilkan di ginjal.
Anemia atau hematokrit rendah yang disebabkan oleh penyakit ginjal kronis biasanya dapat diobati dengan pemberian obat epoetin alfa atau darbepoetin alfa melalui suntikan.
5. Penurunan kadar hemoglobin
Hemoglobin atau Hb merupakan protein di dalam sel darah merah yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jumlah hemoglobin yang tidak cukup dapat menyebabkan bentuk sel darah merah menjadi tidak normal, sehingga lebih rentan hancur. Hal ini dapat membuat kadar hematokrit menjadi rendah.
Berkurangnya jumlah hemoglobin sering kali disebabkan oleh anemia. Namun, selain anemia, rendahnya jumlah Hb juga bisa disebabkan oleh beberapa penyakit lain, di antaranya:
Thalasemia
Thalasemia adalah penyakit genetik yang membuat penderitanya tidak dapat menghasilkan hemoglobin dalam jumlah yang cukup.
Thalasemia yang bersifat ringan biasanya tidak memerlukan penanganan khusus. Namun, thalasemia yang tergolong berat harus ditangani melalui transfusi darah setiap beberapa minggu sekali.
Selain itu, penanganan juga dapat dilakukan dengan terapi untuk menghilangkan kelebihan zat besi dalam darah hingga transplantasi sumsum tulang.
Anemia hemolitik
Penyakit anemia hemolitik terjadi ketika banyak sel darah merah di dalam tubuh yang hancur melebihi jumlah sel darah merah yang diproduksi oleh tubuh.
Penanganan terhadap kondisi ini bervariasi dan disesuaikan dengan penyebabnya, mulai dari transfusi darah, obat kortikosteroid, perawatan untuk memperkuat atau melemahkan sistem kekebalan tubuh, hingga operasi pengangkatan limpa.
Anemia sel sabit
Sel darah merah normalnya berbentuk bulat pipih dan bergerak dengan mudah di pembuluh darah. Namun, pada penderita anemia sel sabit, sel darah merah di dalam tubuhnya berbentuk seperti bulan sabit serta kaku dan mudah menggumpal.
Bentuk sel darah merah yang abnormal membuat sel darah merah mudah hancur dan tersangkut di pembuluh darah kecil. Akibatnya, aliran darah dan oksigen ke tubuh menjadi terhambat.
Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk mengatasi anemia sel sabit. Penanganan hanya dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah komplikasi. Adapun penanganan anemia sel sabit, antara lain dengan antibiotik penisilin, obat pereda nyeri, obat hydroxyurea, dan tranplantasi sumsum tulang.
Selain berbagai kondisi di atas, kadar hematokrit rendah juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor lain, seperti, transfusi darah, penyakit autoimun, atau bertempat tinggal di dataran tinggi.
Untuk menentukan diagnosis penyakit yang membuat hematokrit rendah dokter akan melakukan pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan lain, seperti tes darah, aspirasi sumsum tulang, dan pemeriksaan radiologis, seperti Rontgen dan CT- scan.
Jika kadar hematokrit menurun sedikit tanpa disertai adanya gejala, maka kondisi ini mungkin bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. Namun, apabila Anda memiliki gejala atau riwayat penyakit tertentu dan hasil pemeriksaan darah menunjukkan bahwa hematokrit Anda rendah, maka kondisi ini sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan dokter guna mendapatkan penanganan yang sesuai.