Kasus penyimpangan seksual tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Hal tersebut tentu dapat menimbulkan trauma berat pada anak yang mengalaminya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengambil langkah untuk melindungi anak dari pelaku penyimpangan seksual.
Penyimpangan seksual atau parafilia adalah perilaku seksual yang melibatkan aktivitas, situasi, subjek, atau objek yang tidak lazim dan umumnya tidak menimbulkan dorongan seksual pada orang lain.
Hingga saat ini, penyebab penyimpangan seksual belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu perilaku ini, seperti faktor genetik atau trauma masa kecil akibat pelecehan seksual.
Siapa pun, termasuk anak-anak, bisa mengalami penyimpangan seksual. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenal jenis-jenis penyimpangan seksual dan menerapkan langkah-langkah untuk melindungi anak dari pelakunya.
Jenis-Jenis Penyimpangan Seksual yang Perlu Diketahui
Ada beberapa jenis penyimpangan seksual yang penting untuk diketahui, yaitu:
1. Pedofilia
Pedofilia adalah jenis penyimpangan seksual yang menjadikan anak-anak sebagai objek seksual. Sebagian besar anak-anak yang menjadi korbannya berusia kurang dari 13 tahun.
Seseorang dengan kelainan seksual ini kerap mengajak anak untuk melihatnya melakukan masturbasi, membuka pakaian anak, menyentuh alat kelamin anak, bahkan sampai memaksa anak untuk melakukan aktivitas seksual dengannya.
2. Froteurisme
Froteurisme merupakan salah satu jenis penyimpangan seksual yang ditandai dengan kecenderungan untuk menggesekkan organ kelaminnya pada tubuh orang yang tidak dikenalnya.
Pelaku kelainan seksual ini sering kali melakukan aksinya tanpa mengenal tempat dan biasanya dilakukan di tempat umum atau pusat keramaian.
3. Eksibisionisme
Eksibisionisme adalah perilaku seksual yang dilakukan dengan memperlihatkan alat kelaminnya pada orang asing. Seseorang dengan kelainan seksual ini akan merasa puas saat melihat orang lain kaget atau takut dengan tindakannya. Tak jarang pelakunya sampai melakukan masturbasi di tempat umum.
4. Voyeurisme
Penderita voyeurisme memiliki kecenderungan mengintip atau mengamati orang yang sedang berganti pakaian, mandi, atau melakukan hubungan intim untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Orang dengan penyimpangan seksual ini umumnya tidak tertarik berhubungan seksual dengan korbannya, tetapi hanya mencari kepuasan seksual dengan melakukan masturbasi.
5. Masokisme
Seseorang dengan penyimpangan seksual masokisme akan mendapatkan kepuasan seksual saat dirinya disakiti atau dilecehkan oleh pasangannya.
Penderita kelainan seksual ini biasanya juga melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang memiliki perilaku sadistis, yaitu jenis penyimpangan seksual ketika seseorang mendapatkan kepuasan seksual dengan cara menyakiti pasangannya secara verbal atau nonverbal.
6. Zoofilia
Seseorang dengan penyimpangan seksual zoofilia akan mendapatkan kepuasan seksual dengan melakukan hubungan intim dengan hewan.
Penderitanya meyakini bahwa berhubungan seksual dengan hewan lebih nikmat dan berkualitas daripada dengan manusia, karena hewan memiliki ciri-ciri fisik yang dapat membangkitkan gairah, misalnya bulu yang lebat.
Selain beberapa jenis penyimpangan seksual di atas, ada pula jenis kelainan seksual lainnya, seperti ketertarikan seksual pada mayat (nekrofilia), kecenderungan seksual terhadap feses (coprophilia), dan kepuasan seksual melalui percakapan telepon (skatologia).
Cara Melindungi Anak dari Pelaku Penyimpangan Seksual
Mencegah anak agar tidak berinteraksi dengan pelaku penyimpangan seksual tidaklah mudah, karena umumnya penderita penyimpangan seksual sulit dikenali dan terlihat seperti orang dengan orientasi seksual normal.
Meski demikian, ada beberapa cara yang bisa orang tua lakukan untuk melindungi anak dari penderita penyimpangan seksual, yaitu:
- Kenalkan anak terhadap pendidikan seksual sejak dini, seperti mengenali bagian-bagian tubuh tertentu yang tidak boleh dilihat maupun disentuh oleh orang asing.
- Tunjukkan kepada anak nama-nama organ kelamin, seperti payudara dan penis, agar anak dapat bercerita jika ada orang asing yang menyentuh bagian tersebut.
- Ajarkan anak untuk selalu terbuka menceritakan hal yang sedang dihadapinya.
- Beri tahu anak agar menolak pemberian mainan, makanan, atau minuman dari orang asing.
- Berikan pemahaman agar anak menolak bepergian dengan orang asing tanpa izin dari orang tua.
- Pastikan lingkungan tempat bermain anak aman dan memiliki teman bermain sebaya.
Tak jarang pelaku penyimpangan seksual adalah orang-orang yang berada di sekitar anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk lebih waspada terhadap orang-orang di lingkungan bermain anak.
Jika ada orang di sekitar Anda yang memiliki kecenderungan terhadap penyimpangan seksual, jangan ragu untuk membawanya ke psikiater atau psikolog agar dapat dilakukan penanganan dengan tepat.