Luka hati bukanlah sesuatu yang bisa diantisipasi dan disembuhkan dengan mudah. Jika tidak dikelola atau dikendalikan dengan benar, luka hati bisa memengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang.
Timbulnya luka hati bisa diartikan sebagai tanda ketulusan seseorang pada sesuatu yang ia miliki atau jalani. Luka hati bisa terbentuk saat seseorang yang disayangi pergi, kehilangan anggota keluarga untuk selamanya, perceraian, cinta tak berbalas, gagal dalam melakukan sesuatu, atau masalah lain di dalam kehidupan.
Efek Luka Hati pada Kesehatan
Meski tidak selalu terlihat secara kasat mata, bukan berarti luka hati tidak berpengaruh kepada kesehatan seseorang. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif luka hati bagi kondisi kesehatan tubuh yang bisa muncul:
1. Imunitas tubuh melemah
Luka hati dapat berpengaruh terhadap penurunan imunitas tubuh. Kondisi ini dapat terjadi karena luka hati dapat menyebabkan tubuh memproduksi hormon stres secara berlebihan.
Jika kondisi ini terus terjadi, imunitas tubuh akan menurun karena stres kronis bisa menurunkan kadar limfosit, yaitu sel darah putih yang berperan melawan infeksi virus dan bakteri.
2. Nyeri dada
Salah satu efek buruk luka hati bagi kesehatan yang mungkin muncul adalah nyeri dada. Penelitian menunjukkan bahwa rasa sakit, baik fisik maupun emosional seperti luka hati, diproses di bagian otak yang sama.
Saat seseorang mengalami luka hati, sistem saraf tubuhnya akan bereaksi dan memunculkan perasaan tidak nyaman, seperti munculnya rasa sakit di dada. Kondisi ini disebut dengan sindrom patah hati. Pada sebagian orang, sindrom patah hati ini sering disalahartikan sebagai serangan jantung karena memiliki gejala yang serupa.
3. Nyeri tubuh
Selain nyeri dada, orang yang memiliki luka hati juga dapat mengalami nyeri pada bagian tubuh lainnya, seperti sakit kepala. Kondisi ini dapat disebabkan karena gangguan psikosomatik akibat dari stres yang terjadi secara terus-menerus.
4. Nafsu makan berubah
Orang yang memiliki luka hati bisa mengalami perubahan nafsu makan. Nafsu makannya bisa meningkat atau justru menurun. Ketika mengalami stres berat atau luka di hati, produksi hormon pemicu rasa lapar di dalam tubuh akan meningkat. Hal ini bisa membuat seseorang lebih sering lapar dan makan terus ketika stres (stress eating).
Namun, pada sebagian orang bisa juga yang terjadi justru sebaliknya. Stres akibat luka hati bisa membuatnya sulit untuk memikirkan hal lain, termasuk untuk sekedar makan. Hal ini membuat nafsu makan berkurang.
5. Susah tidur
Stres akibat luka hati yang tidak tertangani dengan baik dapat membuat penderitanya susah tidur, bahkan mengalami insomnia. Pasalnya, ketika tubuh mengalami stres, detak jantung akan meningkat dan menyebabkan penderitanya menjadi sulit tidur.
Selain itu, stres juga membuat tubuh menjadi tetap terjaga sehingga mata menjadi sulit dipejamkan.
6. Depresi dan kecemasan
Efek buruk yang mungkin muncul terkait luka hati yang terjadi secara berlarut-larut bisa membuat penderitanya kehilangan motivasi, bahkan menjadi depresi. Pasalnya, kejadian yang menimbulkan luka di hati bisa meninggalkan berbagai tekanan yang membuat penderitanya mengalami stres.
Bahkan, penderitanya bisa menarik diri dari keluarga atau sahabat. Hal ini merupakan reaksi emosional yang bisa menyebabkan masalah psikologis berlanjut, yang jika tidak tertangani bisa membuat orang yang mengalaminya memiliki ide untuk mengakhiri hidup.
Cara Mengatasi Luka Hati
Luka hati hanya dapat membaik seiring berjalannya waktu. Namun, beberapa cara berikut ini bisa dilakukan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi luka hati yang muncul akibat patah hati:
Menceritakan kepada orang terdekat
Curahkan perasaan Anda pada orang terdekat dan saringlah saran dari mereka yang dapat membantu Anda menyembuhkan luka hati. Selain itu, habiskan waktu bersama orang tersayang dengan berjalan-jalan atau menonton film yang disukai.
Menulis diary
Ungkapkan luka hati yang dirasakan melalui tulisan di buku harian atau diary. Kegiatan ini bisa dilakukan bila Anda merasa sulit untuk bercerita mengenai apa yang Anda rasakan kepada orang lain.
Beristirahat dari media sosial
Hindari bermain media sosial untuk sementara waktu bila Anda merasa stres setelah melihat hal-hal yang ditayangkan di media sosial. Apalagi jika luka hati terbentuk akibat perpisahan dengan pasangan.
Bermain media sosial bisa menimbulkan keinginan untuk mencari tahu apa yang sedang mantan pasangan lakukan, termasuk keinginan untuk menghubunginya kembali.
Menyibukkan diri
Persibuk diri dengan kegiatan yang bermanfaat, seperti berolahraga secara rutin. Olahraga yang dilakukan secara rutin beberapa kali dalam seminggu selama 3–6 bulan dapat mengurangi depresi.
Membuang barang-barang kenangan
Singkirkan semua barang atau segala sesuatu yang dapat mengingatkan Anda kepadanya. Selain itu, cobalah untuk menata ruangan dengan memindahkan perabotan atau memberinya sentuhan warna-warna cerah.
Bermeditasi
Cobalah untuk melakukan meditasi setidaknya selama 10 menit setiap harinya. Meditasi bisa membantu menenangkan pikiran sekaligus meredakan stres.
Mengonsumsi makanan mengandung serotonin
Konsumsilah makanan yang mengandung serotonin tinggi, seperti nanas, tahu, susu, yoghurt, keju, kacang-kacangan, salmon, dan telur. Makanan-makanan tersebut bisa membuat Anda merasa lebih bahagia.
Selama mengalami luka hati, jangan mengurung atau menyalahkan diri sendiri akan apa yang terjadi. Jadikan peristiwa yang membuat luka hati terbentuk sebagai pelajaran di kehidupan selanjutnya.
Menghilangkan luka hati membutuhkan waktu yang tidak singkat. Jadi, jangan paksakan diri untuk bisa move on dengan cepat dari peristiwa yang meninggalkan luka hati.
Apabila luka hati yang dirasakan membuat Anda sulit menjalani aktivitas sehari-hari, bahkan memunculkan perasaan negatif hingga terpikir untuk melukai diri atau bunuh diri, segera konsultasikan ke dokter. Konsultasi dapat dilakukan tanpa tatap muka melalui Chat Bersama Dokter.