Telur asin adalah istilah umum untuk telur yang diawetkan dengan cara diasinkan. Jenis telur yang digunakan biasanya yaitu telur itik atau telur bebek. Telur asin memang sering dijadikan sebagai lauk untuk makan, tetapi jangan dikonsumsi secara berlebih karena bisa menyebabkan gangguan kesehatan.
Cita rasa asin gurih dan tekstur kuning telurnya yang berpasir membuat telur asin banyak digemari. Selain dimakan langsung sebagai pendamping nasi, telur asin juga digunakan sebagai bumbu utama dalam masakan ‘salted egg’.
Dari segi nutrisi, telur asin mengandung lemak, protein, karbohidrat, kalsium, zat besi, dan vitamin A. Meski nutrisinya sangat beragam, Anda perlu mewaspadai bahaya telur asin jika dikonsumsi secara berlebihan. Hal ini karena telur asin mengandung natrium (sodium) dan kolesterol yang tinggi.
Risiko Mengonsumsi Telur Asin secara Berlebihan
Telur asin mengandung banyak garam atau natrium klorida (NaCI). Ini karena dalam proses pengolahannya dibutuhkan banyak garam supaya rasa telur menjadi asin. Natrium dalam telur asin sebenarnya dibutuhkan untuk berbagai macam fungsi tubuh, tetapi konsumsi natrium, termasuk telur asin, perlu untuk dibatasi dengan bijak.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyarankan Anda untuk membatasi asupan garam atau natrium tidak lebih dari 5 gram (setara dengan natrium 2.000 mg), atau kurang dari 1 sendok teh per hari.
Karena konsumsinya perlu untuk dibatasi, jangan tergoda untuk mengonsumsi telur asin terlalu banyak. Ini karena ada beragam risiko yang mengintai jika Anda mengonsumsi telur asin secara berlebih, seperti:
- Kadar garam yang tinggi dalam telur asin bisa mengakibatkan penimbunan cairan di dalam tubuh, yang dapat menyebabkan peningkatan beban kerja jantung sehingga muncul pembengkakan di kaki.
- Kandungan garam yang tinggi di dalam telur asin juga dapat menyebabkan hipertensi, sehingga meningkatkan risiko terkena penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal.
- Pola makan tinggi garam dapat meningkatkan pertumbuhan Helicobacter pylori, yaitu bakteri yang dapat menyebabkan peradangan dan ulkus lambung, serta meningkatkan risiko kanker lambung. Selain itu, asupan tinggi garam juga dapat merusak lapisan lambung, sehingga lebih rentan terpapar karsinogen.
Agar terhindar dari penyakit-penyakit di atas, Anda disarankan untuk mengonsumsi makanan asin, termasuk telur asin, secara bijaksana.
Tips Mengurangi Konsumsi Tinggi Natrium
Selain membatasi konsumsi telur asin, Anda juga perlu mengontrol asupan garam dengan menerapkan pola makan sehat dan seimbang. Berikut ini adalah beberapa tips dalam mengatur pola makan untuk menghindari asupan tinggi natrium atau garam:
- Pilih makanan yang berlabel rendah natrium.
- Gunakan bahan masakan segar, bukan makanan kemasan atau makanan yang melalui pemrosesan.
- Kurangi pemberian garam ketika sedang memasak atau mengolah makanan.
- Batasi penggunaan bumbu tambahan, seperti saus, kecap manis, kecap asin saus tiram, dan mayones, karena mengandung garam.
- Gunakan bumbu dari bahan-bahan alami atau rempah-rempah.
- Konsumsi lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan, karena rendah natrium.
- Minum air putih yang cukup setelah makan telur asin.
Telur asin memang nikmat disantap. Namun, Anda disarankan untuk tidak mengonsumsinya secara berlebihan guna menghindari berbagai efek samping konsumsi telur asin. Berkonsultasilah dengan dokter untuk menentukan batas aman konsumsi telur asin, terutama bila Anda memiliki kondisi medis tertentu.