Tes HBsAg (hepatitis B surface antigen) adalah tes yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mendeteksi penyakit hepatitis B. Jika hasil tes menunjukkan hasil positif, hal tersebut menandakan bahwa virus hepatitis B terdeteksi di dalam tubuh Anda.
Hepatitis B merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan di Indonesia. Berdasarkan hasil riset Kementerian Kesehatan tahun 2013, ada sekitar 2.981.075 penduduk Indonesia yang menderita penyakit hepatitis, dengan 21,8% atau sekitar 649.874 orang di antaranya menderita hepatitis B.
Penyakit hepatitis B sering kali tidak terdeteksi, karena sebagian penderitanya tidak merasakan adanya gejala. Meski demikian, ada beberapa gejala yang bisa dialami oleh penderita hepatitis B, di antaranya:
- Kulit dan mata menguning
- Kehilangan nafsu makan
- Nyeri perut
- Demam
- Lelah yang berkepanjangan
- Feses berwarna keputihan
- Urine berwarna gelap
Untuk mendiagnosis hepatitis B, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, tes fungsi hati, dan serologi hepatitis B termasuk tes HBsAg melalui sampel darah. Sebagai langkah deteksi dan penanganan dini, tes HBsAg pada ibu hamil dan bayi baru lahir juga penting dilakukan.
Peran Tes HBsAg dalam Mendeteksi Penyakit Hepatitis B
HBsAg merupakan protein yang terdapat pada permukaan virus hepatitis B. Tes HBsAg yang menunjukkan hasil positif, menandai bahwa seseorang terinfeksi virus hepatitis dan kemungkinan dapat menulari virus tersebut kepada orang lain.
Namun, tes ini tidak bisa menjadi satu-satunya patokan untuk mendeteksi hepatitis B. Hal ini dikarenakan hasil tes HBsAg yang positif juga bisa terjadi dalam waktu 18 hari setelah seseorang menerima vaksin hepatitis B.
Jika diperlukan, dokter akan melakukan tes tambahan untuk memastikan infeksi hepatitis B, yaitu tes anti-HBc, anti-HBs, dan IgM anti-HBc. Selain mendiagnosis hepatitis B, serangkaian tes tersebut juga dapat mengetahui jenis hepatitis B yang diderita, yaitu akut atau kronis.
Hepatitis akut
Pada penyakit hepatitis B akut, hasil tes akan menunjukkan:
- HBsAg positif
- Anti-HBc positif
- IgM anti-HBc positif
- Anti-HBs negatif
Infeksi hepatitis B akut biasanya akan terjadi dalam waktu singkat, yaitu sekitar 1–3 bulan. Setelah terjadi infeksi hepatitis B, tubuh bisa kembali pulih sepenuhnya dalam kurun waktu beberapa bulan dengan dukungan sistem kekebalan tubuh yang baik.
Jika sistem kekebalan tubuh tidak bisa melawan tuntas virus, maka hepatitis akut ini dapat berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Hepatitis kronis
Pada hepatitis B kronis, hasil tes menunjukkan:
- HbsAg positif
- Anti-HBc positif
- IgM anti-HBc negatif
- Anti-HBs negatif
Apabila infeksi hepatitis B terjadi selama lebih dari 6 bulan, maka kondisi ini termasuk hepatitis B kronis. Gejala hepatitis B kronis biasanya lebih ringan atau tidak bergejala dan terkadang sering kambuh.
Penderita infeksi hepatitis B kronis mungkin dapat menderita penyakit ini sepanjang hidupnya. Jika tidak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti sirosis dan kanker hati.
Untuk mendapat perlindungan dari penyakit hepatitis B, Anda perlu mendapat vaksinasi hepatitis B, menjalani pola hidup sehat, serta menghindari perilaku berisiko seperti seks bebas dan berbagi jarum suntik.
Selain itu, lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke dokter, termasuk tes HBsAg, sebagai salah satu langkah penting dalam mendeteksi dini penyakit hepatitis B.