Manipulatif adalah tindakan mengendalikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri. Orang yang manipulatif bisa berbohong, menyangkal, atau menyalahkan orang lain, demi kepentingannya sendiri.
Sejatinya hubungan antarmanusia memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Namun, “manipulator” atau pelaku manipulatif melakukan semua cara yang bisa dilakukan hanya demi keuntungannya sendiri. Manipulatif bisa terjadi dalam hubungan sehari-hari, misalnya dalam hubungan pekerjaan, pertemanan, hingga percintaan.
Jenis-jenis Tindakan Manipulatif dan Tandanya
Manipulatif adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk memengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain sehingga menguntungkan pelakunya.
Cara yang dilakukan bisa beragam, tetapi akan melibatkan mental dan emosional korbannya. Korban tindakan manipulatif juga sering tidak menyadari sedang berada di dalam jebakan sang manipulator. Beberapa cara yang masuk dalam kategori manipulatif adalah sebagai berikut:
1. Gaslighting
Gaslighting merupakan teknik manipulatif yang cukup sering ditemukan dalam hubungan percintaan. Saat melakukan gaslighting pelaku akan melontarkan kalimat-kalimat yang membuat korbannya meragukan dirinya sendiri.
Akibatnya, korban akan termanipulasi dan menganggap semua masalah atau kejadian yang terjadi sepenuhnya disebabkan oleh perilaku atau tindakannya.
Tindakan manipulatif satu ini bisa dilakukan dengan menyangkal yang dituduhkan, membalikkan pernyataan seolah-olah korban yang menjadi sumber masalah, meremehkan emosi korban, bahkan menuduhnya bereaksi berlebihan.
Selain itu, manipulator biasanya berupaya untuk mengalihkan topik saat diajak berdiskusi atau sama sekali tidak mau berdiskusi.
Misalnya, saat ketahuan selingkuh, pelaku justru meyalahkan pasangannya dengan berkata, 'Aku begini, karena kamu enggak bisa merawat diri' atau 'siapa sih yang betah sama cewek yang enggak bisa dandan,' atau bisa juga 'aku malu bawa kamu, abisnya penampilan kamu malu-maluin.'
Tuduhan-tuduhan seperti ini bisa membuat pasangannya jadi tidak percaya diri bahkan meragukan dirinya. Akhirnya, pasangan justru menyalahkan dirinya dan menganggap perselingkuhan yang dilakukan pelaku adalah hal yang wajar dan akibat dari ketidakmampuannya merawat diri.
2. Love bombing
Love bombing adalah teknik manipulatif yang dilakukan dengan cara memberikan ungkapan cinta yang tidak wajar, bisa berupa perhatian atau pujian yang berlebihan, hadiah mahal, dan berbagai ekspresi cinta, agar seluruh perhatian korban hanya untuk dirinya.
Namun, semua ungkapan cinta ini hanyalah kedok atau topeng untuk membuat korbannya jatuh hati dan berhasil masuk dalam jebakan pelaku.
Saat sudah berada dalam kendali, pelaku akan mulai menunjukkan tujuan utamanya, entah itu untuk mendapatkan uang, kepuasan seks, hingga perhatian penuh yang sampai membuat korbannya terisolasi dari lingkungan pertemanan dan keluarganya.
3. Child grooming
Child grooming merupakan tindakan manipulatif yang dilakukan orang dewasa kepada anak-anak. Pelaku akan memengaruhi pikiran anak secara perlahan sehingga akhirnya mengikuti kemauannya.
Pelaku akan memosisikan dirinya sebagai orang yang paling mengerti perasaan “si anak” sehingga terbangun kedekatan dan kepercayaan. Anak-anak atau remaja yang menjadi korban tindakan manipulatif ini biasanya akan merasa bahwa mereka sedang berada hubungan yang membuat mereka aman dan nyaman.
Hal tersebut membuat korban tidak menyadari bahwa mereka sedang dimanipulasi. Saat anak sudah terjebak, barulah pelaku akan menunjukkan tujuan aslinya. Biasanya, tujuan pelaku adalah untuk mengeksploitasi atau melakukan pelecehan seksual terhadap anak yang menjadi korbannya.
4. Pasif agresif
Teknik manipulatif lain yang juga sering dilakukan orang manipulator adalah melakukan tindakan pasif agresif. Pelaku pasif agresif akan melakukan sindiran berupa kalimat sarkas untuk menunjukkan kemarahan atau kekecewaan. Hal ini dilakukan untuk membuat korbannya merasa tertekan karena ucapan si manipulator.
Misalnya, dalam sebuah rapat, seseorang ditunjuk untuk mengerjakan sebuah tugas. Orang tersebut sebenarnya tidak setuju untuk mengerjakannya, tetapi tidak memberikan penolakan.
Nah, selama proses pengerjaan, orang tersebut akan melakukan tindakan manipulatif pasif agresif dengan berulang kali berdecak, mengeluh, atau justru tidak kunjung menyelesaikan tugas hingga tenggat waktu yang diberikan.
5. Selalu menyalahkan
Pelaku manipulatif biasanya akan terus-menerus menyalahkan orang atau pihak lain ketika muncul masalah atau kendala. Contohnya, dalam suatu kelompok kerja, tugas sudah dibagi-bagi sesuai porsinya. Saat mendekati batas waktu pengumpulan, rekan kelompok Anda ternyata belum selesai.
Alih-alih meminta maaf, rekan Anda justru menyalahkan dengan berkata, 'Kamu sih tidak memberitahuku dengan jelas apa yang harus aku lakukan. Kalau saja kamu lebih komunikatif, mungkin aku sudah menyelesaikannya.'
6. Penyangkalan
Penyangkalan adalah upaya untuk mengatasi perasaan tertekan. Ketika tertekan, orang yang manipulatif akan menolak untuk mengakui kenyataan atau fakta yang ada.
Misalnya dalam sebuah pertemanan, Anda menemukan bukti bahwa seorang teman telah menyebarkan rumor tentang Anda. Ketika Anda bertanya kepadanya untuk meminta penjelasan, teman tersebut dengan cepat menjawab, 'Aku? Menyebarkan rumor tentang kamu? Enggak mungkin! Kamu tahu kan aku bukan tipe orang yang melakukan hal seperti itu.'
7. Penghindaran
Taktik lain yang biasanya juga dipakai orang yang manipulatif adalah penghindaran. Pelaku tindakan manipulatif bisanya menghindar untuk membuat orang lain merasa bersalah atau terjebak dengan masalah yang sebenarnya berkaitan dengan pelaku.
Contohnya, ketika Anda bekerja dengan orang yang manipulatif dalam sebuah proyek. Setiap kali Anda bertanya tentang kemajuan kerjanya, orang manipulatif akan selalu mengalihkan topik pembicaraan dengan mengatakan, 'Nanti kita bicarakan,' atau 'saya sedang sibuk, nanti saja saya jelaskan,' padahal Anda yang harus melaporkan kemajuan tugas tersebut kepada atasan.
Cara Menghadapi Sifat Manipulatif
Dalam jangka panjang, tindakan manipulatif ini akan merusak mental dan emosional korbannya. Memanipulasi pikiran orang lain akan membuat orang tersebut meragukan pilihan dan keputusan yang diambilnya, merusak kepercayaan dirinya, bahkan meningkatkan risiko terjadinya depresi.
Jika merasa bahwa ada seseorang yang berusaha memanipulasi Anda, sadari terlebih dahulu bahwa perilaku ini tidak dapat dicegah. Anda tidak bertanggung jawab atas perilaku tersebut, tetapi bisa mengurangi dampak perilaku ini pada diri Anda.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi perilaku manipulatif adalah dengan tidak meladeni manipulator, seperti mendebat atau mengkritik. Anda juga sebaiknya tidak menyalahkan diri sendiri. Bila hal tersebut dilakukan, Anda hanya akan masuk ke dalam permainan dan melanggengkan taktik manipulatif.
Cobalah untuk menjaga jarak dengan orang-orang yang memiliki perilaku manipulatif. Jika tidak kunjung melepaskan diri dari orang yang manipulatif, bukan tidak mungkin bisa kondisi mental dan emosional Anda justru akan memburuk.
Jika semua upaya sudah dilakukan dan Anda tidak kunjung bisa melepaskan diri dari tindakan manipulatif, berkonsultasilah dengan psikolog. Selain itu, Anda juga bisa meminta bantuan teman dan keluarga terdekat untuk mendapatkan dukungan secara mental dan emosional.