Lelah, tertekan, dan jenuh sering kali dirasakan orang tua saat mengurus anak. Hal ini bisa menimbulkan parental burnout. Meski umum, parental burnout tidak boleh dianggap remeh. Yuk, kenali tanda–tanda parental burnout sekaligus cara mengatasinya.
Parental burnout adalah kumpulan keluhan yang disebabkan oleh paparan stres yang terjadi terus-menerus dalam jangka waktu lama ketika menjadi orang tua. Kondisi ini dapat memicu kelelahan fisik, mental, dan emosi. Bahkan, bila tidak ditangani dengan tepat, hal ini bisa berujung pada depresi.
Gejala Parental Burnout
Parental burnout bukanlah suatu kondisi langka. Diperkirakan sekitar 30% orang tua mengalaminya. Meski begitu, banyak orang tua tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami parental burnout dan hanya menganggap hal ini layaknya stres biasa.
Penyebab kondisi ini cukup beragam, mulai dari tuntutan yang seakan tiada akhir, pandangan masyarakat, standar orang tua yang berlebihan, hingga rasa ragu pada diri sendiri.
Untuk mengetahui apakah Bunda dan Ayah sedang mengalami parental burnout, kenali beberapa tanda dan keluhan berikut:
- Frustasi atau merasa tak pantas lagi menjadi orang tua
- Kerap melampiaskan emosi pada anak atau anggota keluarga
- Timbul anggapan semua hal yang dilakukan sebagai orang tua selalu salah
- Merasa tidak lagi dihargai, baik sebagai ibu, ayah, istri, maupun suami
- Tumbuh rasa kesal, bahkan benci pada anak
- Menjauhkan diri dari anak dan anggota keluarga, bahkan ingin melarikan diri
Cara Mengatasi Parental Burnout
Bila Bunda atau Ayah mengalami sejumlah tanda-tanda parental burnout di atas, coba lakukan beberapa tips berikut ini untuk menanganinya:
1. Luangkan waktu untuk beristirahat
Mencari waktu istirahat mungkin tampak mustahil dengan banyaknya tanggung jawab sebagai orang tua. Namun, tetap sempatkan, ya. Ingat, Bunda dan Ayah bukan robot. Bagaimanapun, kesehatan fisik maupun mental juga wajib dijaga.
Cobalah untuk ikut tidur saat Si Kecil tidur, agar waktu istirahat tercukupi. Bila Bunda atau Ayah sedang melakukan hobi, sesekali mengajak buah hati ikut bersama juga tidak apa-apa, kok. Malahan, momen ini bisa menjadi sarana belajar untuknya dan bagian refreshing atau family time, lho.
Selain itu, seminggu sekali makanlah di luar bersama keluarga. Tidak hanya menyenangkan, kegiatan ini juga bisa mengurangi beban memasak sendiri.
2. Berbagi cerita
Siapa bilang semua masalah harus disimpan sendiri? Coba mulai curhat dengan pasangan, saudara, orang tua, bahkan sahabat yang bisa dipercaya. Cara ini bisa meringankan stres bahkan memberi solusi.
Lewat cara ini, Bunda dan Ayah bisa mengetahui bahwa setiap orang tua bisa merasakan lelah, khawatir, dan takut yang sama. Namun, ingat, setiap informasi harus tetap disaring baik-baik dan jangan diterima mentah-mentah. Pilihlah saran positif dan yang sesuai dengan kondisi yang sedang dialami.
3. Pahami bahwa tidak ada yang sempurna
Setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun, tidak ada orang tua dan anak yang sempurna, karena setiap orang, apa pun perannya diharuskan untuk belajar sepanjang hidup.
Contohnya, sebagai orang tua mungkin Bunda dan Ayah ingin memiliki anak yang pintar dan memiliki nilai akademik yang baik. Namun, bukan berarti Si Kecil harus dipaksa untuk ikut semua jenis les hingga tak punya waktu bermain. Cobalah untuk memahami juga bahwa setiap anak memiliki bakat dan kesenangannya sendiri.
Dengan memahami ini, Bunda dan Ayah bisa lebih santai untuk menjalani hidup dan mengarahkan anak sesuai bakat mereka.
4. Berpikir positif
Semua hal yang terjadi di kehidupan bisa menjadi masalah atau anugerah, tergantung bagaimana cara pandang yang diambil. Maka dari itu, yuk mulai menjadi pribadi yang positif dan optimis. Lihatlah segala sesuatu dari sisi positif dan fokuslah pada hal-hal positif.
Untuk mempertahankan motivasi ini, Bunda dan Ayah bisa menuliskan hal-hal baik yang telah dicapai setiap hari. Dengan begitu, kalian berdua pun bisa jadi pribadi yang lebih bersyukur dan bahagia, sehingga rasa jenuh atau burnout bisa berkurang.
5. Dekatkan diri dengan anak-anak
Hubungan dekat antara anggota keluarga akan menguatkan ikatan. Untuk itu, Bunda dan Ayah bisa lebih sering membuat acara keluarga bersama, misalnya semua anggota keluarga wajib berbagi cerita sehabis makan malam atau menyisihkan waktu untuk jalan-jalan bersama setiap minggu.
Selain membuat ikatan setiap anggota keluarga semakin kuat, adanya kegiatan ini juga bisa mengurangi rasa jenuh dan burnout yang dialami orang tua.
Orang tua juga bisa semakin tertekan di rumah jika pikirannya dipenuhi urusan kantor atau pekerjaan sehari-hari. Stres di pekerjaan sebaiknya juga dikendalikan agar tidak merembet ke rumah. Dengan menjalin hubungan yang baik dengan teman kantor dan bersyukur setiap hari, dapat menjadi cara agar lebih bahagia di kantor.
Nah, itulah informasi seputar parental burnout dan cara mengatasinya yang perlu orang tua ketahui. Bila saat ini Bunda dan Ayah mulai mengalami tanda-tanda parental burnout, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau dokter untuk mendapatkan saran yang tepat.