Mastektomi preventif merupakan prosedur pengangkatan payudara sehat dengan tujuan untuk mencegah kanker payudara. Mastektomi preventif disarankan bagi wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara, misalnya memiliki ibu atau saudara kandung yang menderita kanker payudara.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, kanker payudara Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, kanker payudara.
Kanker payudara tumbuh dalam jaringan payudara, terutama pada saluran dan kelenjar penghasil air susu. Mastektomi preventif merupakan salah satu cara mencegah kanker payudara.
Tujuan dari operasi ini adalah menghilangkan semua jaringan payudara yang berpotensi berkembang menjadi kanker payudara.
Siapa Sebaiknya Menjalani Mastektomi Preventif?
Operasi mastektomi preventif dilakukan pada wanita yang berisiko tinggi menderita kanker payudara. Risiko seorang wanita untuk mengalami kanker payudara akan meningkat jika:
- Memiliki ibu atau saudara kandung yang menderita kanker payudara
- Memiliki hasil biopsi payudara yang menunjukkan adanya kanker payudara stadium awal atau karsinoma lobular in situ (LCIS)
- Memiliki mutasi genetik BRCA 1 atau BRCA 2. Ini adalah indikasi utama dilakukannya operasi mastektomi preventif pada kedua payudara
- Memiliki kanker payudara pada salah satu payudara
- Melakukan terapi pengganti hormon lebih dari lima tahun setelah menopause
- Memiliki riwayat terapi radiasi pada daerah dada sebelum usia 30 tahun
Risiko untuk terkena kanker payudara juga lebih besar pada wanita yang belum pernah hamil setelah usia 30 tahun, mendapat menstruasi sebelum usia 12 tahun, atau menopause setelah usia 55 tahun.
Hal yang Perlu diperhatikan Sebelum Operasi Mastektomi Preventif
Sebelum menjalani operasi mastektomi, pasien harus menjalani pemeriksaan medis lengkap terlebih dahulu. Prosedur yang digunakan untuk mendeteksi kanker payudara adalah pemeriksaan fisik, mammogram, USG payudara, MRI payudara, tes genetik, dan biopsi payudara.
Setelah pemeriksaan dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa pasien memiliki risiko tinggi terkena kanker payudara, maka dokter mungkin akan menyarankan tindakan mastektomi preventif.
Walau secara umum cukup aman dilakukan dan pasien tetap dapat memiliki bentuk payudara yang ideal, tidak dapat disangkal bahwa operasi ini dapat memengaruhi kondisi psikologis pasien, terutama yang kedua payudaranya diangkat.
Masalah psikologis yang dapat dialami wanita setelah mastektomi antara lain tidak pecaya diri hingga depresi.
Sama dengan operasi pada umumnya, prosedur mastektomi juga memiliki beberapa risiko efek samping, seperti pendarahan, infeksi, nyeri, dan komplikasi terkait efek samping pembiusan.
Mencegah Kanker Payudara Setelah Mastektomi Preventif
Setelah mastektomi, pasien tetap perlu menjalani pemeriksaan payudara secara rutin. Beberapa hal yang dapat dilakukan pasien untuk mengurangi risiko terkena kanker payudara di masa mendatang adalah:
Melakukan pemeriksaan dini
Wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara disarankan rutin memeriksakan diri ke dokter sesuai jadwal yang disarankan dokter. Semakin awal terdeteksi, semakin tinggi peluang untuk sembuh dari kanker payudara.
Mengonsumsi obat-obatan
Terdapat obat-obatan tertentu, seperti tamoxifen dan raloxifene, yang dapat menghalangi efek estrogen sehingga pertumbuhan sel kanker payudara terhambat.
Namun, obat-obatan tersebut memiliki efek samping, sehingga penggunaannya harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter.
Menjalani pola hidup sehat
Wanita yang mengalami obesitas setelah menopause lebih berisiko terkena kanker payudara. Oleh karena itu, jagalah pola makan dan berolahragalah secara teratur untuk menjaga berat badan.
Menghindari kebiasaan merokok, stres berlebih, dan membatasi konsumsi minuman beralkohol juga dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara.
Tiap orang memiliki kondisi kesehatan dan tingkat risiko yang berbeda-beda untuk terkena kanker. Untuk bisa menentukan apakah mastektomi preventif memang perlu dilakukan atau tidak, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk memastikan tindakan yang sesuai.