Mati rasa adalah kondisi ketika bagian tubuh tertentu tidak mampu merasakan rangsangan yang diterima. Kondisi ini dapat terjadi di salah satu sisi tubuh atau kedua sisi tubuh (simetris). Meski dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, mati rasa paling sering terjadi di lengan, kaki, serta jari-jari.

Pada kondisi normal, rangsangan pada kulit akan dialirkan menuju otak dan saraf tulang belakang. Akan tetapi, pada orang yang mengalami mati rasa, aliran ini mengalami gangguan. Gangguan itu sendiri dapat disebabkan oleh kerusakan, iritasi, atau tekanan pada saraf.

Reye_s Syndrome

Oleh sebab itu, penderita mati rasa tidak bisa merasakan rangsangan sentuhan, getaran, serta dingin atau panas pada kulit. Selain itu, orang yang mengalami mati rasa atau baal juga bisa tidak sadar dengan posisi bagian tubuh yang mengalami mati rasa sehingga keseimbangan dan koordinasi anggota tubuh terganggu.

Penyebab Mati Rasa

Mati rasa terjadi akibat kerusakan, iritasi, atau tekanan pada saraf. Kondisi tersebut membuat rangsangan yang dialirkan ke otak dan saraf tulang belakang mengalami gangguan.

Meski dapat disebabkan oleh banyak hal, mati rasa paling terjadi sering akibat terlalu lama duduk atau berdiri. Mati rasa yang terjadi karena kedua hal tersebut tidak berbahaya dan dapat hilang setelah beberapa saat.

Mati rasa juga dapat disebabkan oleh penyakit yang menekan jaringan saraf. Beberapa penyakitnya adalah:

Selain disebabkan oleh tekanan pada saraf, mati rasa atau baal juga dapat timbul karena beberapa kondisi, yaitu:

  • Kurangnya aliran darah ke bagian tubuh tertentu, seperti pada penyakit vaskulitis atau stroke
  • Infeksi saraf, seperti pada penyakit kusta atau penyakit Lyme
  • Infeksi virus herpes zoster
  • Kelainan genetik, seperti pada penyakit ataksia Friedrich
  • Gangguan metabolisme tubuh, seperti akibat penyakit diabetes, kekurangan vitamin B12, atau keracunan
  • Radang pada jaringan saraf, seperti pada sindrom Guillain-Barre atau multiple sclerosis
  • Serangan beku (frostbite)
  • Penyakit lain yang menyerang saraf, seperti amiloidosis, sindrom paraneoplastik, sindrom Sjogren, sifilis, atau penyakit Charcot-marie-tooth

Faktor risiko mati rasa

Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami mati rasa, yaitu:

  • Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
  • Mengalami cedera akibat kecelakaan
  • Mempraktekkan postur tubuh yang kurang baik ketika bekerja, misalnya terlalu membungkuk atau duduk terlalu lama
  • Mengonsumsi obat-obatan yang dapat merusak saraf, seperti obat kemoterapi
  • Menjalani prosedur operasi, seperti operasi kanker payudara

Gejala Mati Rasa

Mati rasa merupakan gejala dari suatu gangguan pada saraf. Mati rasa dapat disertai dengan gejala lain, seperti:

  • Sensasi terbakar
  • Kesemutan
  • Rasa seperti tertusuk jarum
  • Kejang otot
  • Gatal-gatal
  • Ruam kulit

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami mati rasa, terutama jika terjadi secara berulang, ketika melakukan aktivitas tertentu, atau makin memburuk.

Mati rasa umumnya tidak berbahaya. Namun, segera ke dokter jika mati rasa terjadi dalam kondisi berikut:

  • Terjadi secara tiba-tiba dan menyebar ke bagian tubuh lain dengan cepat
  • Muncul di paha, kaki, atau seluruh lengan
  • Muncul di bagian wajah atau bagian kelamin
  • Disertai lemah otot pada bagian tubuh yang mengalami mati rasa
  • Kesulitan dalam mengontrol buang air kecil atau besar (inkontinensia)
  • Sesak napas

Diagnosis Mati Rasa

Untuk mendiagnosis mati rasa, dokter akan bertanya mengenai gejala yang dialami pasien, seperti kapan gejala muncul dan mereda, serta aktivitas yang memicu mati rasa.

Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien, baik yang sedang maupun yang pernah diderita. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada fungsi saraf, yang meliputi:

  • Rangsangan terhadap suhu
  • Rangsangan terhadap sentuhan
  • Refleks bagian tubuh yang mati rasa
  • Fungsi otot di bagian tubuh yang mati rasa

Untuk menetapkan diagnosis, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Tes darah, untuk mengukur kadar gula darah dan fungsi organ-organ lain
  • Pungsi lumbal, untuk memeriksa otak dan saraf tulang belakang dengan mengambil sampel cairan saraf tulang belakang
  • Tes konduksi saraf, untuk memeriksa fungsi sinyal listrik pada saraf
  • Elektromiografi, untuk menilai aktivitas listrik dalam otot
  • Pemindaian dengan foto Rontgen, USG, CT Scan, atau MRI, untuk mendeteksi kelainan yang memengaruhi saraf tulang belakang

Pengobatan Mati Rasa

Pengobatan mati rasa tergantung pada penyebabnya sehingga metode pengobatannya dapat berbeda-beda pada tiap pasien. Selain untuk mengatasi penyebabnya, tindakan untuk mengatasi mati rasa bertujuan untuk mencegah kerusakan saraf lebih lanjut.

Berikut ini adalah beberapa jenis pengobatan mati rasa yang disesuaikan dengan penyebabnya:

  • Pemberian obat diabetes, untuk mengontrol kadar gula darah pada pasien mati rasa yang menderita diabetes
  • Pemberian obat untuk melebarkan pembuluh darah, seperti isoxsuprine, untik melancarkan aliran darah ke bagian yang mati rasa
  • Pemberian obat kebas dan kesemutan, seperti vitamin B1, B6, dan B12, yang dapat mendukung penyembuhan saraf
  • Terapi fisik (fisioterapi), untuk memperkuat tulang belakang dan memudahkan pergerakan tubuh
  • Operasi, untuk memperbaiki gangguan pada tulang belakang

Komplikasi Mati Rasa

Penderita mati rasa akan mengalami penurunan kemampuan merasakan rangsangan, terutama terhadap suhu, sentuhan, dan nyeri. Hal ini mengakibatkan penderita lebih mudah mengalami cedera, seperti luka bakar atau luka iris.

Terkadang, penderita mati rasa bahkan tidak sadar bahwa dirinya mengalami luka tersebut. Oleh karena itu, penderita harus rutin memeriksa bagian tubuhnya agar segala bentuk cedera dapat diketahui dan segera ditangani.

Pencegahan Mati Rasa

Cara terbaik untuk mencegah mati rasa adalah dengan mencegah atau mengontrol penyakit yang dapat menyebabkan mati rasa, seperti diabetes. Selain itu, Anda juga dapat menurunkan risiko terjadinya mati rasa dengan melakukan upaya berikut:

  • Tidak merokok
  • Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang, termasuk sayur-sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan
  • Berolahraga secara rutin
  • Menjaga berat badan agar tetap ideal
  • Membatasi konsumsi minuman beralkohol
  • Menggunakan alat pelindung diri ketika berkendara atau bekerja di luar ruangan