Ada berbagai mitos darah kotor yang beredar di masyarakat. Ada yang menganggap bahwa darah kotor adalah darah yang keluar saat haid, ada pula yang menganggapnya penyebab bisul dan jerawat. Artikel ini membahas fakta dari mitos darah kotor yang dipercaya banyak orang.
Istilah darah bersih dan darah kotor sebenarnya juga dikenal dalam dunia medis. Dikatakan darah bersih karena mengandung kadar oksigen tinggi, sedangkan darah kotor mengandung zat sisa hasil metabolisme dari jaringan tubuh dan tidak lagi mengandung oksigen.
Darah kotor mengalir dari seluruh tubuh ke jantung, lalu dialirkan lagi menuju paru-paru untuk memperoleh oksigen. Darah yang sudah mengandung oksigen, kemudian dialirkan kembali ke jantung dan seluruh tubuh. Gangguan dalam proses ini sering kali dikaitkan dengan kelainan jantung.
Kondisi Medis Terkait Darah Kotor
Tidak ada bukti medis yang menyatakan bahwa darah kotor bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Namun, ada beberapa kondisi kesehatan yang sering dikaitkan dengan darah kotor, di antaranya:
1. Haid
Wanita yang sedang haid tidaklah dalam kondisi “kotor”. Darah haid yang keluar pun tidak kotor atau berbahaya jika dilihat dari sisi medis. Darah dan jaringan yang keluar pada saat menstruasi berasal dari penebalan lapisan dalam rahim yang diperlukan untuk proses kehamilan.
Ketika tidak terjadi kehamilan, dinding rahim yang telah menebal dan sel telur yang tidak dibuahi akan luruh ke luar rahim dalam bentuk darah menstruasi. Kekentalan atau warna darah menstruasi dapat berubah-ubah berdasarkan hitungan hari masa haid dan tingkat hormon.
2. Jerawat
Munculnya jerawat tidak dapat dikaitkan dengan darah kotor. Ada empat faktor yang memengaruhi munculnya jerawat, yaitu produksi minyak berlebih, pori-pori tersumbat, penumpukan sel kult mati, dan infeksi bakteri di kulit.
Nah, jerawat timbul ketika pori-pori di kulit tersumbat oleh minyak dan sel kulit mati. Kondisi tersebut akan mempermudah tumbuhnya bakteri sehingga terjadilah peradangan yang sering disebut jerawat.
Timbulnya jerawat juga dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal, konsumsi obat tertentu, stres, atau sedang menjalani diet tertentu.
3. Bisul
Berbeda dengan anggapan masyarakat, bisul juga tidak disebabkan oleh darah kotor. Bisul terjadi ketika bakteri menginfeksi folikel rambut pada kulit sehingga terjadilah peradangan.
Bisul umumnya muncul sebagai benjolan merah dan lunak yang akan makin besar karena terisi nanah dan terasa sakit. Namun, jangan pernah memencet atau memecahkan bisul sendiri karena justru bisa membuat infeksi makin menyebar. Konsultasikan ke dokter bila kemunculannya disertai demam dan terjadi selama lebih dari 2 minggu.
4. Alergi
Alergi juga sering kali dikaitkan dengan darah kotor. Padahal, mitos tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Alergi merupakan respons sistem imunitas tubuh yang berlebihan terhadap zat-zat asing.
Gejala yang muncul akibat reaksi alergi bisa berbeda pada setiap orang, mulai dari hidung tersumbat, bersin, mata merah dan berair, kulit gatal, bengkak, hingga serangan asma.
Alergen atau pemicu alergi pada setiap orang pun berbeda. Beberapa pemicu alergi yang paling umum adalah serbuk sari, debu, jamur, makanan atau minuman tertentu, dan obat-obatan. Terkadang, rangsangan dari luar tubuh, seperti suhu dingin, juga bisa memicu munculnya gejala alergi.
Mitos darah kotor bisa menyebabkan gangguan kesehatan nyatanya tidak terbukti secara medis meski masih dipercaya oleh sebagian orang. Jika Anda mengalami gejala dari berbagai gangguan kesehatan di atas, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter guna memastikan kondisi dan mendapatkan penanganan yang tepat.