Ataksia adalah gangguan pada fungsi koordinasi saraf otak dan otot yang membuat penderitanya sulit menggerakkan anggota tubuh dengan baik. Gerakan tubuh yang tidak teratur dan sulit dikendalikan menyebabkan penderita ataksia mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Ataksia sebenarnya bukanlah suatu penyakit, melainkan sebuah tanda atau gejala dari penyakit atau kondisi medis tertentu yang menyerang otak kecil. Otak kecil merupakan bagian otak yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan dan koordinasi gerakan tubuh.
Ketika terkena ataksia dan gangguan koordinasi gerakan tubuh, seseorang akan mengalami berbagai keluhan yang dapat membuatnya sulit untuk bekerja atau beraktivitas, misalnya tubuh gemetaran atau tremor, otot lemah, serta sulit berbicara, berdiri, duduk, dan berjalan.
Beberapa Kemungkinan Penyebab Ataksia
Ada beberapa penyakit atau kondisi medis yang dapat menyebabkan terjadinya ataksia, di antaranya:
- Kelainan genetik, seperti ataksia Friedreich, atau cacat bawaan lahir pada otak kecil atau saraf tulang belakang
- Gangguan pada otak kecil, misalnya tumor otak, stroke, pendarahan
- Cerebral palsy atau lumpuh otak
- Penumpukan cairan otak atau hidrosefalus
- Kelainan autoimun, seperti multiple sclerosis
- Cedera kepala atau saraf tulang belakang (spinal cord injury)
- Gangguan hormon, misalnya kelainan pada hormon tiroid dan hormon paratiroid
- Malnutrisi atau kurang gizi, terutama defisiensi atau kekurangan vitamin B12 dan vitamin E
- Keracunan bahan kimia, misalnya merkuri, kadmium, barium, arsenik, dan timbal
- Efek samping obat-obatan, seperti obat epilepsi, litium, dan kemoterapi
- Infeksi
Selain itu, ataksia juga bisa disebabkan oleh kebiasaan tidak sehat, seperti sering mengonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah berlebihan.
Jenis dan Gejala Ataksia
Ketika terkena gangguan pada saraf dan otak yang mengatur koordinasi gerakan tubuh, seseorang akan mengalami gejala ataksia berikut ini:
- Susah berbicara, kata-kata yang diucapkan tidak jelas, dan tempo bicara menjadi lambat
- Sulit berjalan dan menjaga keseimbangan
- Sering tersandung atau terjatuh ketika berjalan atau berdiri
- Susah menggerakkan tangan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya makan, menulis, mengancingkan pakaian, atau mengambil benda
- Gangguan mengendalikan gerakan mata atau nistagmus, sehingga penglihatan tampak kabur dan sulit untuk membaca atau melihat
- Sulit menelan, sehingga sering tersedak ketika makan atau minum
- Mudah lelah
Gejala-gejala di atas bisa menyerupai gejala dari kondisi lain, seperti stroke, tumor otak, atau penyakit Parkinson. Oleh karena itu, untuk memastikan apakah gejala yang muncul merupakan gejala ataksia dan menentukan penyebabnya, diperlukan pemeriksaan oleh dokter saraf.
Untuk mendiagnosis ataksia dan menentukan penyebabnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang meliputi tes darah, analisis cairan otak atau pungsi lumbal, tes genetik, elektromiografi atau EMG, serta pemeriksaan radiologi pada otak seperti CT Scan atau MRI.
Beberapa Langkah Pengobatan Ataksia
Setelah menentukan diagnosis, dokter akan menentukan langkah pengobatan sesuai dengan penyebabnya. Misalnya, jika ataksia disebabkan oleh kekurangan nutrisi, dokter akan memberikan suplemen nutrisi tambahan.
Selain itu, dokter juga dapat memberikan beberapa metode penanganan, seperti:
1. Fisioterapi
Fisioterapi bertujuan untuk mengembalikan kemampuan tubuh penderita ataksia dalam bergerak, mengambil dan memindahkan objek, serta melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2. Terapi wicara
Terapi wicara dilakukan untuk menangani penderita ataksia yang mengalami kesulitan dalam berbicara, menelan, atau menggerakkan otot rahang dan mulut.
3. Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan membantu meningkatkan kualitas hidup dan membantu penderita ataksia agar bisa hidup mandiri tanpa banyak dibantu oleh alat bantu atau orang lain. Dengan terapi okupasi, penderita ataksia akan dilatih dan dibimbing untuk bisa makan, berpakaian, mandi, hingga menulis.
4. Pemberian obat-obatan
Tujuan dari pemberian obat-obatan adalah untuk mengatasi gangguan pada otot, mata, saraf, dan bagian lain yang diakibatkan oleh ataksia. Obat-obatan juga bisa diberikan untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan ataksia, misalnya antibiotik untuk mengobati infeksi pada otak.
Hingga saat ini, belum terdapat cara yang terbukti efektif untuk mencegah atau menyembuhkan ataksia. Penanganan ataksia secara umum hanya bertujuan untuk membantu penderita ataksia agar bisa beraktivitas secara normal.
Oleh karena itu, jika Anda atau ada keluarga Anda yang mengalami gejala-gejala ataksia seperti yang telah disebutkan di atas, segera berkonsultasi dengan dokter saraf untuk mendapatkan penanganan sedini mungkin.
Jika terdeteksi sejak dini, ataksia mungkin masih bisa diatasi. Namun, jika sudah berlangsung terlalu lama, ataksia bisa menyebabkan kerusakan otak dan gangguan fungsi koordinasi gerakan tubuh yang bersifat permanen.