Katarsis adalah pelepasan emosi atau keluh kesah yang tersimpan di dalam batin. Dalam ilmu psikologi, katarsis juga dimaknai sebagai cara untuk melampiaskan emosi secara positif agar seseorang merasa lebih lega dan bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan perasaan yang lebih baik.
Marah, sedih, takut, dan kecewa merupakan bentuk emosi yang normal dialami oleh setiap manusia. Meski normal, emosi tersebut sebaiknya disalurkan agar tidak menumpuk di dalam batin. Namun, diperlukan cara yang tepat untuk melampiaskan emosi. Salah satunya adalah dengan katarsis.
Bila tidak disalurkan dengan baik, emosi dapat memperparah masalah yang sedang dihadapi atau menimbulkan masalah baru. Bahkan, tak jarang emosi yang tidak tersalurkan menyebabkan stres atau depresi.
Definisi dan Pengertian Katarsis
Katarsis berasal dari bahasa Yunani katharsis yang berarti pemurnian atau pembersihan. Dalam ranah psikologi, katarsis diartikan sebagai upaya untuk membersihkan diri dari perasaan negatif, seperti kemarahan, dendam, kesedihan, atau luka batin yang terpendam.
Dengan meluapkan perasaan tersebut, seseorang bisa merasa lebih lega dan tenang. Menurut teori psikoanalitik, pelepasan emosi ini berkaitan dengan kebutuhan untuk meredakan konflik yang tidak disadari.
Jadi, stres dan frustrasi sebenarnya bisa menjadi sinyal bahwa ada konflik yang butuh diselesaikan atau ada perasaan yang sedang ditekan dan butuh dilampiaskan.
Emosi yang terpendam dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental orang yang mengalaminya. Inilah yang menjadi alasan betapa pentingnya mengidentifikasi, mengatasi, dan meluapkan emosi dengan cara yang positif.
Berbagai Cara Melakukan Katarsis
Katarsis dapat dilakukan sebagai salah satu bentuk psikoterapi dengan bantuan psikolog atau psikiater. Selain itu, katarsis juga dapat diterapkan sebagai kebiasaan sehari-hari untuk mengatasi stres.
Berikut ini adalah beberapa contoh katarsis yang dapat dilakukan dalam keseharian:
1. Bercerita atau curhat dengan teman
Orang yang kesepian lebih rentan terkena berbagai masalah kesehatan, mulai dari penyakit jantung, stroke, hingga depresi. Sebaliknya, dengan memiliki teman curhat yang baik, seseorang akan merasa lebih semangat menjalani hidup serta tidak mudah putus asa dan depresi.
Curhat merupakan bentuk katarsis yang sangat mudah untuk dilakukan dan terbukti baik untuk kesehatan mental. Saat bercerita kepada orang lain, Anda bisa mengeluarkan emosi, ide, pikiran, atau keluh kesah. Dengan demikian, Anda bisa lebih lega setelahnya.
2. Berolahraga
Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Aktivitas ini dapat memicu pelepasan berbagai hormon di otak, seperti endorfin, serotonin, dan dopamin. Hormon-hormon tersebut berfungsi untuk menimbulkan rasa tenang, mengatasi stres, memperbaiki mood, hingga mengurangi nyeri.
Inilah yang menjadikan olahraga sebagai salah satu bentuk katarsis yang baik. Jenis olahraga apa pun, mulai dari yang ringan hingga berat, bisa digunakan sebagai katarsis.
3. Bernyanyi
Mendengarkan lagu dan bernyanyi merupakan salah satu cara untuk melepas rasa jenuh dan penat serta melupakan sejenak masalah yang ada. Tanpa disadari terkadang bernyanyi bisa menjadi media untuk menyalurkan emosi, sehingga membuat Anda merasa lebih baik.
4. Berteriak
Berteriak juga bisa menjadi salah satu bentuk katarsis yang baik. Dengan berteriak, secara tidak langsung Anda dapat meluapkan dan melepaskan emosi serta beban pikiran yang tersimpan.
5. Menulis
Berbagai studi mengungkapkan bahwa ada banyak manfaat menulis bagi kesehatan mental, terutama bagi orang yang sulit mengekspresikan emosi dan isi hatinya.
Menuangkan keluh kesah melalui tulisan dapat membantu Anda melepaskan emosi yang terpendam. Tidak hanya itu, menulis juga bisa menjadi cara yang kreatif untuk meredakan stres dan rasa cemas.
Selain cara-cara di atas, Anda juga dapat melakukan katarsis melalui aktivitas lain, selama tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, misalnya, melukis atau mencoba doodling, menonton film, atau memasak.
Melepaskan emosi mungkin tidak selalu mudah dilakukan, terutama jika selama ini Anda terbiasa memendam emosi atau memiliki trauma dan luka batin. Meski terkesan sepele, mengabaikan dan memendam emosi bisa berdampak pada kesehatan fisik dan mental, termasuk meningkatkan risiko terjadinya depresi.
Apabila Anda sudah mencoba berbagai cara untuk meluapkan perasaan atau emosi melalui katarsis tetapi masih merasa ada hal yang mengganjal atau mengganggu, Anda bisa berkonsultasi dengan psikolog untuk mengetahui penyebab dan cara mengatasinya.