Tes Widal kerap dilakukan sebagai salah catu cara untuk mendiagnosis penyakit tifus. Meski tingkat akurasinya dianggap tidak terlalu tinggi, tetapi pemeriksaan ini dinilai lebih praktis, murah, dan hasilnya pun bisa diperoleh dengan cepat.
Demam tifoid atau lebih dikenal dengan istilah tifus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini dapat ditemukan di dalam makanan atau sumber air yang terkontaminasi. Di dalam tubuh, bakteri Salmonella akan berkembang biak dan menyebar melalui aliran darah.
Ketika bakteri Salmonella masuk ke dalam tubuh, sistem imun akan memberi respons dengan memproduksi zat antibodi khusus untuk melawan bakteri tersebut. Tes Widal dilakukan untuk mengetahui jumlah antibodi dalam tubuh yang menandakan adanya tifus.
Penyakit tifus ditandai dengan demam yang disertai gangguan pencernaan, seperti sembelit atau diare, penurunan berat badan, kelelahan, sakit kepala, serta demam yang umumnya berlangsung selama 7 hari.
Bagaimana Cara Melakukan dan Membaca Tes Widal?
Seperti telah disebutkan sebelumnya, tes Widal dilakukan sebagai salah satu cara untuk memastikan apakah seseorang menderita tifus atau tidak. Dalam pemeriksaan Widal, pasien akan diminta menjalani proses pengambilan darah. Setelah itu, sampel darah akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.
Di laboratorium, sampel darah akan ditetesi dengan bakteri Salmonella yang sudah dimatikan dalam bentuk antigen O dan antigen H. Antigen O sendiri adalah senyawa dari badan bakteri, sedangkan antigen H merupakan ekor atau flagel bakteri.
Selanjutnya, sampel darah diencerkan sebanyak puluhan hingga ratusan kali. Bila setelah diencerkan berkali-kali ditemukan kadar antibodi terhadap Salmonella, pasien dianggap mengalami demam tifoid atau tifus.
Hanya saja, standar pembacaan tes ini bervariasi di berbagai wilayah, tergantung tingkat endemis dari penyakit tifus di wilayah tersebut.
Contohnya, akibat banyak ditemukan kasus tifus di Indonesia, pembacaan tes Widal umumnya baru dianggap kuat bila hasil tes menunjukkan kadar antibodi sebesar 1/320 atau lebih. Hal tersebut berarti antibodi Salmonella ditemukan pada pengenceran 320 kali.
Diagnosis tifus dapat dipastikan melalui tes Widal ulang yang dilakukan 5–7 hari setelah tes pertama. Pasien dinyatakan positif menderita tifus bila jumlah antibodi Salmonella naik sampai 4 kali lipat dibandingkan dengan tes pertama.
Apakah Hasil Tes Widal Akurat?
Tes Widal sebenarnya kurang dapat diandalkan karena ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat akurasinya. Faktor tersebut meliputi kualitas sampel darah atau antigen yang digunakan, cara pemeriksaan, dan pembacaan hasil tes.
Selain itu, seseorang bisa saja mendapatkan hasil positif pada tes Widal meski tidak memiliki gejala tifus. Hal ini bisa terjadi bila pasien adalah pembawa (carrier) bakteri penyebab tifus dan memiliki daya tahan tubuh baik, sehingga tidak sakit.
Orang yang belum lama sembuh dari tifus juga bisa mendapatkan hasil positif, karena antibodi terhadap bakteri Salmonella bisa tetap berada di dalam tubuh hingga 2 tahun lamanya.
Di sisi lain, hasil Widal negatif juga belum tentu menandakan seseorang tidak menderita tifus. Kondisi ini bisa saja terjadi akibat gizi buruk, konsumsi obat-obatan jangka panjang, atau menderita penyakit tertentu yang menurunkan daya tahan tubuh.
Tes Widal merupakan salah satu diagnosis tifus yang cepat dan mudah di wilayah dengan fasilitas kesehatan terbatas. Hanya saja, untuk beberapa kondisi, tes Widal dapat memberi hasil positif palsu maupun negatif palsu.
Selain tes Widal, dokter dapat menyarankan pemeriksaan diagnostik lain yang lebih akurat untuk mendeteksi tifus, seperti tes TUBEX, yang bisa dilakukan di rumah sakit atau laboratorium. Namun, pemeriksaan ini memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga jarang dijadikan pilihan.
Meski begitu, tes Widal tetap bisa dijadikan alat diagnosis tifus, terutama jika ada peningkatan kadar antibodi terhadap Salmonella dan disertai gejala tifus yang khas. Jadi, bila Anda mengalami gejala tifus, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.