Anak penderita autisme memerlukan perhatian dan dukungan ekstra dari orang tuanya. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui cara mendampingi anak dengan autisme agar dapat menunjang tumbuh kembangnya dan membantunya beraktivitas dengan lebih mandiri.
Cara mendampingi anak dengan autisme tentu berbeda dengan anak lain yang tidak memiliki kondisi serupa. Hal ini karena autisme membuat anak sulit berkomunikasi dan menunjukkan emosinya kepada orang lain.
Oleh karena itu, orang tua perlu mengetahui bagaimana cara mengasuh dan mendampingi anak penderita autisme guna mendukung tumbuh kembangnya dan membangun interaksi sosialnya dengan orang lain.
Sekilas tentang Gangguan Autisme
Autisme atau dikenal juga dengan gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorder) adalah gangguan tumbuh kembang yang membuat penderitanya sulit berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Kondisi ini diduga terjadi akibat beberapa faktor, yaitu kelainan genetik dan gangguan pada otak.
Terbatasnya kemampuan dalam berkomunikasi, membuat anak penderita autisme tidak mampu mengutarakan keinginan dan emosi yang sedang dirasakan, baik secara lisan maupun melalui bahasa tubuh. Meski demikian, anak dengan kondisi ini bisa saja ahli dalam keterampilan lain, seperti seni, musik, dan matematika.
Kondisi autisme dapat diatasi dengan meningkatkan kemampuan anak secara menyeluruh. Dengan demikian, penting bagi orang tua untuk mengumpulkan, mempelajari, dan memahami informasi terkait autisme.
Beberapa Gejala Gangguan Autisme pada Anak
Gejala autisme umumnya dapat terlihat sejak anak berusia 3 tahun. Namun, ada pula yang menunjukkan gejala sejak anak lahir. Beberapa gejala yang ditunjukkan anak penderita autisme adalah:
- Menghindari kontak mata dan jarang menunjukkan ekspresi wajah
- Melakukan gerakan berulang (stimming), misalnya mengulang kata (termasuk latah) dan mengayunkan tubuh ke depan dan ke belakang
- Menghindari atau menolak kontak fisik dengan orang lain
- Berbicara dengan nada tidak biasa, misalnya datar seperti robot
- Tidak merespons saat namanya dipanggil, meski kemampuan mendengarnya normal
- Tidak mau berbagi, berbicara, atau bermain dengan orang lain
- Tidak memiliki minat bermain bersama anak-anak lainnya
- Tidak mampu memulai atau meneruskan percakapan, bahkan hanya untuk meminta sesuatu
- Senang menyendiri seperti memiliki dunia sendiri
Semakin dini autisme ditangani, semakin efektif penanganan yang diberikan. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menyadari gejala yang dialami anak penderita autisme.
Cara Mendidik dan Membimbing Anak Penderita Autisme
Apabila Si Kecil telah didiagnosis menderita autisme, Bunda dan Ayah perlu mencari informasi sebanyak mungkin mengenai autisme melalui situs kesehatan yang terpercaya atau berkonsultasi dengan dokter anak atau psikiater anak terkait cara mendampingi dan menemani anak dengan autisme.
Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan autisme. Namun, anak dengan autisme bisa mendapatkan penanganan untuk menunjang tumbuh kembangnya dan mendukung proses belajarnya.
Upaya mendidik dan membimbing anak yang menderita autisme juga penting untuk melatih keterampilan sosial, komunikasi, serta perilakunya, agar ia dapat beradaptasi dengan lebih baik terhadap lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua yang memiliki anak penderita autisme untuk rutin berkonsultasi dengan dokter guna menemukan cara mendidik dan membimbing anak dengan autisme sesuai kebutuhannya.
Anak dengan autisme sering kali dapat merespons program pendidikan yang terstruktur seperti di sekolah. Ada berbagai pilihan sekolah yang dapat Ayah dan Bunda pilih untuk menunjang pendidikannya, seperti homeschooling, sekolah luar biasa (SLB), dan sekolah inklusi.
Pentingnya Dukungan Keluarga dan Orang Sekitar bagi Anak Penderita Autisme
Dukungan anggota keluarga dan orang sekitar sangatlah penting bagi tumbuh kembang anak dengan autisme. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajaknya bermain dan berinteraksi secara rutin setiap harinya.
Selain itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan anggota keluarga di rumah dalam berinteraksi dengan anak penderita autisme, di antaranya:
- Pahami gerak tubuh atau isyarat dari anak dengan autisme saat ia menunjuk atau menginginkan sesuatu.
- Hindari menunjukkan perilaku kasar di depan anak dengan autisme.
- Terapkan jadwal kegiatan terstruktur untuk membantu anak beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain secara teratur.
- Biarkan anak tetap memiliki kesempatan untuk menyendiri, tetapi dengan pengawasan.
Penanganan untuk Anak yang Menderita Autisme
Hingga saat ini, gangguan autisme belum bisa disembuhkan. Namun, terdapat beberapa pilihan pengobatan atau terapi yang dapat dilakukan untuk membantu anak penderita autisme agar bisa belajar dan menjalani aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
Berikut ini adalah beberapa penanganan yang dapat dilakukan untuk anak dengan autisme:
Pemberian obat-obatan
Dokter dapat memberikan obat-obatan, misalnya obat antidepresan, stimulan, atau obat antipsikotik untuk mengurangi gejala autisme, seperti hiperaktif, sulit konsentrasi, atau sering tantrum.
Pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang
Cara memantau dan menstimulasi tumbuh kembang anak dengan autisme tentu berbeda dengan anak yang tidak memiliki kondisi serupa. Oleh karena itu, orang tua dari anak yang menderita autisme perlu berkonsultasi dengan dokter mengenai berbagai cara untuk mendukung tumbuh kembang anak.
Metode ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya terapi bermain, menggambar, atau bermain musik.
Psikoterapi
Terapi perilaku kognitif atau CBT (cognitive behavioral therapy) bertujuan untuk melatih cara berpikir atau fungsi kognitif dan cara bertindak anak dengan autisme.
Terapi ini bertujuan melatih anak penderita autisme agar dapat berinteraksi dengan sekitarnya dan melakukan berbagai kegiatan secara mandiri.
Selain itu, ada pula pilihan terapi lain yang juga dapat digunakan untuk menstimulasi tumbuh kembang anak dengan autisme, yaitu terapi wicara dan okupasi.
Mendidik dan mendampingi anak penderita autisme memerlukan kesabaran lebih dan pengetahuan yang benar tentang kondisi ini. Oleh karena itu, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter atau psikiater untuk memantau perkembangan Si Kecil dan mendapatkan saran yang tepat.