Deteksi dini kanker serviks merupakan langkah penting untuk mencegah terjadinya kanker leher rahim pada wanita. Makin dini kanker serviks terdeteksi, makin cepat juga langkah penanganan yang dapat dilakukan sehingga peluang penderita kanker serviks dapat sembuh pun tinggi.
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim atau serviks. Pada tahap atau stadium awal, kanker serviks sering kali tidak menunjukkan gejala, sehingga banyak wanita yang tidak menyadarinya. Umumnya, gejala kanker serviks baru muncul ketika kanker ini sudah makin parah atau memasuki stadium lanjut.
Pada wanita, kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling mematikan, selain kanker payudara. Oleh karena itu, upaya deteksi dini kanker serviks penting dilakukan guna mencegah penyebaran sel-sel kanker.
Metode Deteksi Dini Kanker Serviks
Setiap wanita disarankan melakukan pemeriksaan awal untuk mendeteksi kemungkinan adanya sel kanker serviks meski tidak merasakan gejala apa pun. Deteksi dini kanker serviks akan membantu dokter untuk memberikan penanganan sesegera mungkin, sehingga hasil pengobatan pun lebih baik.
Berikut ini adalah beberapa jenis pemeriksaan awal atau skrining untuk mendeteksi kanker serviks:
1. Pap smear
Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel jaringan sel dari leher rahim menggunakan alat khusus yang disebut spekulum. Melalui prosedur ini, dokter dapat mendeteksi ada tidaknya kelainan pada sel atau jaringan abnormal yang mengarah ke kanker serviks.
Wanita berusia 21–29 tahun dianjurkan untuk menjalani pap smear setidaknya 3 tahun sekali. Sementara itu, pada wanita berusia 30–64 tahun, pap smear bisa dilakukan setiap 5 tahun sekali. Metode deteksi dini kanker serviks ini biasanya dikombinasikan dengan pemeriksaan HPV.
Pap smear umumnya dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan atau kandungan. Prosedur ini biasanya berlangsung selama 10–20 menit. Berikut ini adalah tahapan yang dilakukan oleh dokter pada prosedur pap smear:
- Dokter akan meminta pasien untuk berbaring di meja pemeriksaan dengan posisi lutut menekuk dan paha terbuka lebar.
- Dokter akan memasukkan spekulum ke dalam vagina. Alat ini berguna untuk membuka dinding vagina sehingga bagian leher rahim dapat terlihat jelas.
- Dokter akan mengambil sampel jaringan di leher rahim menggunakan spatula plastik khusus. Setelah itu, dokter akan menyimpan sampel dan memeriksanya di laboratorium.
Jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan adanya pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi kanker, pasien akan disarankan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan.
2. Kolposkopi
Pemeriksaan kolposkopi bertujuan untuk memperkuat diagnosis kanker serviks dan mendeteksi keberadaan sel yang berisiko menjadi kanker atau cervical intraepithelial neoplasia (CIN). Pemeriksaan ini dilakukan dengan alat yang disebut kolposkop untuk melihat kondisi leher rahim secara lebih detail.
Kolposkopi biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 10–20 menit, mulai dari pemeriksaan menggunakan kolposkop hingga pengambilan sampel jaringan leher rahim. Namun, pemeriksaan ini kadang menimbulkan rasa tidak nyaman.
Berikut ini adalah prosedur dan langkah pemeriksaan kolposkopi:
- Pasien diminta untuk melepas pakaian bagian bawah dan pakaian dalam.
- Pasien berbaring di kursi khusus dengan posisi lutut ditekuk dan kedua kaki dilebarkan serta diletakkan di tempat penopang kaki.
- Dokter akan memasukkan spekulum ke vagina agar bagian dalam vagina hingga serviks dapat terlihat jelas.
- Dokter akan mengusapkan asam asetat atau yodium di area leher rahim untuk mendeteksi sel serviks yang bersifat abnormal.
- Dokter mulai mengamati area serviks menggunakan kolposkop dan melihat ada tidaknya bagian yang tidak normal, lalu mengambil foto atau video dari bagian jaringan tersebut.
Bila hasil pemeriksaan kolposkopi menunjukkan adanya pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi kanker atau CIN, maka diperlukan penanganan lebih lanjut.
3. Pemeriksaan IVA
Pemeriksaan IVA merupakan metode deteksi dini kanker serviks yang dinilai terjangkau, mudah, murah, dan hasilnya bisa langsung didapatkan.
Prosedur ini dilakukan dengan membuka vagina menggunakan alat khusus yang disebut spekulum. Setelah itu, dokter akan mengoleskan asam asetat (asam cuka) dengan kadar 3–5% pada permukaan mulut rahim.
Jaringan serviks yang sehat tidak akan mengalami perubahan warna setelah dioleskan asam asetat. Namun, jika ada jaringan serviks yang abnormal, permukaan serviks akan muncul bercak putih setelah diolesi asam asetat.
4. Pemeriksaan HPV DNA
Pemeriksaan HPV DNA bertujuan untuk mendeteksi keberadaan virus HPV, yakni virus yang kerap menyebabkan kanker serviks. Sama seperti pap smear, pemeriksaan ini dilakukan dengan membuka vagina dengan spekulum. Setelah itu, dokter akan mengambil sampel jaringan serviks menggunakan sikat khusus. Sampel tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut.
Wanita berusia lebih dari 30 tahun dianjurkan untuk menjalani tes HPV DNA setiap 5–10 tahun sekali. Sementara itu, wanita yang menderita HIV disarankan menjalani tes HPV DNA mulai usia 25 tahun, setiap 3–5 tahun sekali.
Pengobatan Kanker Serviks
Pengobatan kanker serviks ditentukan berdasarkan beberapa faktor, yaitu stadium kanker, jenis kanker, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Untuk mengobati kanker serviks, dokter dapat memberikan kemoterapi dan terapi radiasi serta tindakan operasi.
Berikut ini adalah beberapa jenis tindakan operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kanker serviks:
- LLETZ (large loop excision of the transformation zone), untuk mengangkat jaringan yang mengandung sel-sel yang berpotensi menjadi kanker serviks. Pengangkatan jaringan dilakukan menggunakan kawat berbentuk spiral yang dialiri listrik.
- Konisasi atau biopsi kerucut, prosedur ini dilakukan menggunakan pisau bedah, laser, atau kawat tipis yang dialiri listrik (LEEP) untuk mengangkat sel kanker.
- Trakelektomi radikal, untuk mengangkat serviks, sebagian vagina, dan kelenjar getah bening di area panggul melalui teknik bedah laparoskopi. Pada prosedur ini, rahim tidak ikut diangkat sehingga masih memungkinkan pasien memiliki keturunan.
- Histerektomi, untuk mengangkat rahim dan leher rahim yang telah terjangkit kanker serviks. Prosedur ini bisa dilakukan melalui sayatan di perut atau dengan laparoskopi.
- Bedah laser, untuk menghancurkan sel kanker serviks dengan cara menembakkan sinar laser melalui vagina.
- Koagulasi, untuk menghancurkan sel-sel abnormal menggunakan energi panas atau listrik.
- Krioterapi, untuk membekukan dan menghancurkan sel kanker menggunakan nitrogen cair.
Guna mencegah terjadinya kanker serviks, penting bagi setiap wanita untuk melakukan vaksinasi HPV, menerapkan seks yang aman dengan menggunakan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan seksual, serta melakukan pemeriksaan serviks secara rutin.
Jika masih memiliki pertanyaan seputar metode deteksi dini kanker serviks dan langkah pengobatannya, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter. Ingatlah selalu bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, upaya deteksi dini kanker serviks sangatlah penting dilakukan.