Anemia aplastik adalah penyakit langka akibat kelainan pada sumsum tulang, yang menyebabkan organ ini tidak dapat menghasilkan cukup sel darah, baik itu sel darah merah, sel darah putih, trombosit, atau ketiganya sekaligus. Kondisi ini bisa membahayakan apabila jumlah darah yang berkurang sangat banyak dan tidak mendapatkan pengobatan.
Anemia aplastik bisa datang tiba-tiba atau berkembang secara perlahan. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Namun, anemia aplastik lebih sering terjadi pada anak remaja, orang dewasa muda usia awal 20-an tahun, dan lansia.
Penyebab Anemia Aplastik
Berdasarkan penyebabnya, terdapat dua jenis anemia aplastik, yaitu:
Acquired aplastic anemia
Acquired aplastic anemia adalah anemia aplastik yang terjadi setelah seseorang lahir dan bukan diturunkan dari orang tua. Jenis anemia aplastik ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa.
Sebagian besar kasus anemia aplastik yang terjadi tidak diketahui penyebabnya. Namun, ada teori yang menunjukkan bahwa kondisi ini sebagian besar disebabkan oleh gangguan autoimun. Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang organ sehat, yang dalam hal ini adalah sumsum tulang.
Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui bahwa anemia aplastik yang didapat setelah lahir ini lebih berisiko terjadi pada orang yang memiliki beberapa faktor risiko berikut:
- Infeksi virus, seperti hepatitis B, HIV, cytomegalovirus (CMV), dan virus Epstein-Barr
- Efek samping pengobatan tertentu, seperti kemoterapi untuk kanker dan obat-obatan lain, misalnya antibiotik, antikejang, OAINS, dan acetazolamide
- Terpapar zat kimia atau racun, seperti logam berat, benzena (bahan bensin), pestisida, dan insektisida
- Sering terpapar radiasi berkekuatan tinggi atau pernah menjalani terapi radiasi
- Kehamilan
Anemia aplastik bawaan (inherited aplastic anemia)
Anemia aplastik bawaan disebabkan oleh kelainan genetik yang diwariskan dari orang tua. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Penderita anemia aplastik jenis ini berisiko mengalami kanker tertentu, seperti leukemia.
Gejala Anemia Aplastik
Orang yang menderita anemia aplastik akan menunjukkan gejala sesuai jenis darah yang jumlahnya berkurang. Namun secara umum, penderita anemia aplastik dapat menunjukkan beberapa gejala berikut:
- Luka sulit sembuh
- Kelelahan
- Sesak napas
- Pusing
- Kulit pucat
- Sakit kepala
- Nyeri dada
- Dada berdebar
- Mudah mengalami infeksi dan demam
- Sering mengalami perdarahan, misalnya mimisan, perdarahan gusi, mudah lebam dan memar, dan BAB berdarah
Diagnosis Anemia Aplastik
Jika Anda mengalami beberapa gejala di atas, segeralah periksakan diri ke dokter. Jika dokter mencurigai bahwa keluhan dan gejala tersebut disebabkan oleh anemia aplastik, kemungkinan Anda akan dirujuk ke dokter spesialis hematologi yang menangani penyakit berkaitan dengan darah.
Untuk menentukan diagnosis dan mencari penyebab anemia aplastik yang diderita, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menyarankan pemeriksaan penunjang yang meliputi tes darah lengkap, biopsi sumsum tulang, tes fungsi hati dan ginjal, serta tes genetik.
Setelah hasil tes tersebut keluar, dokter akan menentukan apakah pasien menderita anemia aplastik atau bukan. Jika pasien terbukti menderita anemia aplastik, dokter akan memberikan pengobatan sesuai tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien secara umum.
Pengobatan pada Anemia Aplastik
Untuk mengobati anemia aplastik, dokter dapat melakukan beberapa langkah penanganan berikut ini:
1. Transfusi darah
Transfusi darah tidak dapat menyembuhkan penyakit anemia aplastik, tetapi dapat meringankan gejala anemia dan menyediakan sel-sel darah yang tidak bisa diproduksi oleh sumsum tulang.
Penderita anemia aplastik berat mungkin akan membutuhkan transfusi darah berulang kali. Hal ini bisa meningkatkan risiko komplikasi transfusi darah, seperti infeksi, reaksi kekebalan tubuh terhadap darah yang didonorkan, hingga penumpukan zat besi pada sel darah merah (hemokromatosis).
2. Transplantasi sel induk
Transplantasi sel induk atau yang biasa disebut transplantasi stem cell atau sel punca bertujuan untuk menyusun kembali sumsum tulang dengan sel induk dari donor. Metode pengobatan ini masih dianggap satu-satunya pilihan pengobatan untuk penderita anemia aplastik berat.
Transplantasi sel induk umumnya dilakukan untuk orang-orang yang berusia muda dan memiliki kecocokan dengan donor, yang biasanya saudara kandung. Metode ini bisa dilakukan melalui transplantasi sumsum tulang.
Meski merupakan pilihan terapi utama untuk mengobati anemia aplastik, prosedur transplantasi sel induk atau transplantasi sumsum tulang ini juga mempunyai risiko, yaitu reaksi penolakan terhadap sumsum tulang dari donor.
3. Obat penekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan)
Imunosupresan bekerja dengan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Pengobatan ini biasanya dilakukan bagi orang-orang yang tidak dapat menjalani transplantasi sumsum tulang karena memiliki kelainan autoimun.
Imunosupresan dapat menekan aktivitas sel-sel kekebalan tubuh yang merusak sumsum tulang, sehingga membantu sumsum tulang untuk pulih dan menghasilkan sel-sel darah baru.
Dalam mengobati anemia aplastik, biasanya obat penekan sistem kekebalan tubuh ini diberikan bersamaan dengan obat-obatan golongan kortikosteroid.
4. Stimulan sumsum tulang
Obat-obatan tertentu seperti sargramostim, filgrastim dan pegfilgrastim, serta epoetin alfa, juga dapat digunakan untuk merangsang sumsum tulang memproduksi sel-sel darah baru. Golongan obat-obatan ini dapat digunakan bersamaan dengan obat imunosupresan.
5. Antibiotik dan antivirus
Anemia aplastik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh akibat jumlah sel darah putih yang menjadi lebih sedikit. Hal ini membuat penderita anemia aplastik rentan mengalami infeksi. Untuk mencegah infeksi, dokter dapat memberikan antibiotik maupun antivirus tergantung penyebab infeksinya.
Anemia aplastik yang disebabkan oleh paparan radiasi dan kemoterapi biasanya akan membaik setelah perawatan selesai. Sementara itu, jika disebabkan oleh efek samping obat tertentu, maka kondisi ini akan hilang setelah pengobatan dihentikan.
Jika Anda menderita anemia aplastik, hindari olahraga atau aktivitas fisik berat yang rentan menyebabkan cedera dan perdarahan. Selain itu, cuci tangan lebih sering, lakukan vaksinasi setiap tahun sesuai rekomendasi dokter, dan hindari keramaian untuk mengurangi risiko tertular infeksi.
Jika mendapati adanya gejala anemia aplastik atau sedang menjalani pengobatan untuk anemia aplastik, jangan lupa berkonsultasi ke dokter secara rutin untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan sesuai dengan kondisi Anda.