Di era yang serba digital ini, kamu mungkin perlu mengenal anxious attachment sytle sadfishing atau umbar kesedihan agar memperoleh simpati dari orang lain. Dengan memahami istilah tersebut, kamu jadi tahu bahwa hal ini bisa saja ada kaitannya dengan kondisi kejiwaan.
Anxious attachment style merupakan kondisi di mana seseorang menginginkan hubungan atau ikatan kuat dengan orang yang disayangi. Namun, keinginan ini diiringi dengan keraguan dan perasaan cemas, sehingga muncul rasa khawatir bahwa ia bisa saja ditinggalkan sewaktu-waktu.
Sedangkan sadfishing adalah suatu perbuatan atau tingkah laku di mana individu mengumbar perasaan, biasanya berupa kesedihan, secara berlebihan melalui media sosial. Tujuannya adalah untuk mencari perhatian dari orang lain.
Memahami Anxious Attachment Style Sadfishing
Kalau anxious attachment style dan sadfishing disatukan, maka terjadi kondisi di mana ada seseorang yang mengumbar kesedihan melalui media sosial tentang hubungannya dengan individu lain.
Ia mungkin akan mendramatisir ceritanya, misalnya di satu sisi betapa ia sayang dan cinta terhadap pasangannya, serta mesra hubungannya. Namun, di sisi lain, ia meragukan kesetiaan hingga mencurigai pasangannya. Ini semua dikisahkan secara gamblang alias diumbar demi mendapat perhatian dari para “pemirsa” dunia maya.
Untuk memahami mengapa anxious attachment style sadfishing atau AASS bisa terjadi, maka perlu diketahui apa yang menjadi penyebabnya.
Apa sih yang menyebabkan anxious attachment style sadfishing?
Penyebab kondisi ini belum diketahui secara pasti. Namun, orang dengan anxious attachment style sadfishing diduga merupakan individu yang memiliki kecendrungan untuk bergantung dengan orang lain. Hal ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman di masa kecil.
Misalnya, anak-anak yang terus menerus diabaikan oleh orang tua, termasuk saat anak mengutarakan perasaannya, bisa membuat ia menjadi pribadi yang cemas dan membutuhkan perhatian dari orang lain. Pengalaman tersebut juga bisa menyebabkan ia kurang menghargai diri sendiri.
Adanya keinginan untuk didengar dan diperhatikan bisa membuat anak tumbuh menjadi seorang people pleaser yang rela melakukan apa pun demi menjaga hubungan dengan orang yang disukainya.
Kemudian, saat ini dengan adanya media sosial dan mudahnya akses memberikan dan mendapatkan informasi, terciptalah ladang curhat. Media sosial terkemuka, seperti facebook, twitter, hingga instagram dijadikan sarana curhat untuk mengumbar cerita seprivasi apa pun, termasuk tentang hubungan asmara.
Seseorang yang mengalami anxious attachment style sadfishing biasanya ingin mendapatkan perhatian dan simpati dari banyak orang. Walaupun orang-orang yang mungkin membaca, merespons, hingga memberi saran adalah orang yang sama sekali asing baginya.
Cara menyikapi anxious attachment style sadfishing
Kalau kamu merasa sedang mengalami kondisi seperti ini, ada beragam hal yang dapat dilakukan. Berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa kamu coba:
- Sadari kondisimu, bila perlu minta bantuan orang terdekat untuk mengingatkanmu saat kamu mulai melakukan umbar kesedihan atau curhat berlebihan di sosial media.
- Setiap orang membutuhkan perhatian, begitupun dirimu. Jangan malu untuk menyatakan kebutuhanmu akan perhatian dari orang terdekat secara baik-baik dan biasakan diri juga untuk saling mendengarkan.
- Walaupun respons dan tanggapan pengguna sosmed mungkin bisa membuatmu merasa diperhatikan, ingatlah bahwa tidak semua orang mampu menilaimu dengan objektif. Jangan sampai hal-hal yang harusnya privasi menjadi konsumsi publik. Ingat, jejak digital sulit untuk dihapus, lho.
- Jika hubungan yang sedang dijalani justru membuatmu menjadi cemas, khawatir, bahkan takut yang berlebihan, mungkin kamu perlu mengevaluasi hubungan yang sedang dijalani. Bila perlu, minta bantuan orang terdekat supaya kamu bisa mendapatkan opini netral.
Anxious attachment style sadfishing perlu disadari dan dipahami. Terutama, untuk mencegah akibat yang dapat ditimbulkannya, seperti kurang terjaganya privasi, hingga risiko kejahatan yang marak terjadi akibat meladeni orang asing di media sosial.
Oleh karena itu, pilah-pilih informasi yang ingin dibagikan di dunia maya. Perbanyak berbincang dengan orang-orang terdekat secara langsung, bukan dengan curhat di media sosial. Satu hal lagi, kalau uneg-uneg yang terpendam sudah mengganggu kehidupanmu, tidak usah sungkan atau malu untuk melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater, ya.