Tes infertilitas atau tes kesuburan menjadi salah satu cara untuk mengetahui penyebab pasangan belum diberi momongan. Rangkaian tes ini dapat dilakukan oleh pria maupun wanita guna menentukan solusi yang tepat untuk keberhasilan program hamil.
Jika sudah lebih dari setahun menikah dan berhubungan seks secara rutin tanpa alat kontrasepsi tetapi belum juga dikaruniai anak, sebaiknya pertimbangkan untuk melakukan tes infertilitas.
Wanita memang lebih sering menjalani tes infertilitas karena kesuburan wanita akan menurun seiring pertambahan usia, tetapi pemeriksaan ini sebaiknya juga dilakukan oleh pria, Hal ini karena banyak faktor yang dapat menyebabkan sulit punya anak, bukan hanya dari wanita atau pria seorang.
Tes Infertilitas pada Wanita
Ada beberapa jenis tes infertilitas pada wanita yang umum dilakukan, mulai dari tes hormon, tes kondisi kesehatan umum, tes penyakit menular, hingga tes Rhesus darah. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Tes hormon
Beberapa tes hormon yang bisa dilakukan pada wanita, antara lain:
- Tes FSH (Follicle-Stimulating Hormone), yaitu tes untuk mengukur jumlah hormon FSH yang berperan dalam mengendalikan siklus menstruasi dan produksi sel telur pada wanita
- Tes LH (Luteinizing Hormone), yakni tes untuk mengetahui apakah wanita sedang berovulasi atau sudah mencapai masa menopause
- Tes estradiol, yaitu tes untuk memeriksa kinerja ovarium, plasenta, dan kelenjar adrenal guna mengetahui adanya tanda-tanda tumor ovarium, kelainan pada organ reproduksi, atau untuk mengevaluasi keberhasilan terapi hormon
- Tes AMH (Anti-Müllerian Hormone), yakni tes untuk memeriksa adanya kelainan di ovarium yang menjadi penyebab infertilitas pada wanita dan mengetahui jumlah sel telur yang ada di dalam tubuhnya
2. Tes kesehatan umum
Tes ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan wanita secara umum yang berdampak terhadap kesuburan dan kehamilan. Adapun tes kesehatan umum yang bisa dilakukan pada wanita adalah:
- Tes TSH (Thyroid-Stimulating Hormone), yaitu tes untuk mengukur jumlah hormon TSH dalam darah, karena rendahnya kadar hormon tiroid dalam tubuh dapat mengganggu pelepasan telur dari ovarium (ovulasi)
- Tes HbA1c, yaitu tes untuk menunjukkan rata-rata tingkat gula darah (glukosa) selama 3 bulan terakhir, dan memberi tahu seberapa baik wanita mengendalikan diabetes yang dapat memengaruhi keberhasilan program hamil
- Tes vitamin D, yaitu tes untuk mengetahui kadar vitamin D dalam tubuh, karena vitamin ini berperan dalam sistem reproduksi wanita dan memengaruhi hormon seks
- Tes genetik, yaitu tes untuk mengetahui adanya kelainan pada sel, karena beberapa kelainan genetik bisa membuat wanita menjadi sulit hamil atau menyebabkan keguguran
3. Tes penyakit menular
Sebagian penyakit menular diketahui bisa memengaruhi tingkat kesuburan wanita. Oleh karena itu, ada beberapa tes yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit menular yang menimbulkan infertilitas, seperti tes untuk penyakit hepatitis B, hepatitis C, HIV/AIDS, hingga sifilis (tes VDRL).
4. Tes golongan darah atau Rhesus (Rh) darah
Susah memiliki keturunan juga bisa disebabkan oleh perbedaan Rhesus (Rh) darah, yaitu protein yang ada di permukaan sel darah merah, antara ibu dan janin.
Perbedaan Rhesus antara ibu dan janin dapat menyebabkan terjadinya keguguran, kehamilan ektopik, anemia hemolitik, hingga janin meninggal dalam kandungan.
Tes Infertilitas pada Pria
Selain wanita, tes infertilitas juga sebaiknya dijalani oleh pria. Ada beberapa jenis tes infertilitas pada pria yang serupa dengan tes pada wanita, seperti tes hepatitis B antigen, hepatitis b antibody, hepatitis C, HIV 1&2, dan VDRL.
Selain itu, pria juga umumnya melakukan beberapa tes berikut ini untuk mengetahui penyebab infertilitas:
1. Analisis air mani
Analisis air mani biasanya menjadi tes pertama yang dilakukan untuk membantu mengetahui penyebab sulit memiliki keturunan. Ini karena sekitar separuh kasus infertilitas sering kali disebabkan oleh masalah pada air mani atau sperma.
Tes ini dilakukan untuk mengetahui volume air, pH, kadar gula (fruktosa), dan ada tidaknya darah pada mani ketika ejakulasi. Selain itu tes ini juga digunakan untuk mengetahui konsistensi, bentuk, dan pergerakan sperma.
Semua faktor tersebut menentukan apakah kondisi air mani ideal untuk membuahi sel telur atau tidak. Pengumpulan sampel air mani bisa dilakukan dengan masturbasi dalam ruangan pengambilan sampel.
2. Tes hormon
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari, hipotalamus, dan testis berperan penting dalam sistem reproduksi, termasuk produksi sperma. Oleh sebab itu, kelainan pada sistem hormon bisa menjadi salah satu penyebab infertilitas.
Tes hormon dilakukan untuk memeriksa hormon FSH, LH, dan testosteron pada pria.
3. USG
Pemeriksaan USG dilakukan untuk memeriksan ada tidaknya kelainan pada skrotum, gangguan lain pada testis, maupun kelainan pada prostat yang dapat memengaruhi produksi dan penyaluran air mani.
4. Tes genetik
Sama seperti pada wanita, tes genetik pada pria juga dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada kromosom yang dapat menyebabkan infertilitas.
Jika Anda dan pasangan tidak kunjung memiliki anak setelah rutin berhubungan seksual tanpa pengaman selama 1 tahun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan, termasuk melakukan tes infertilitas, untuk menentukan penyebab dan memberikan saran yang sesuai demi keberhasilan program hamil Anda dan pasangan.