Subvarian Centaurus adalah mutasi baru dari virus Corona yang menyebabkan COVID-19. Subvarian baru ini diketahui telah menyebar ke berbagai negara dan diduga memiliki tingkat penularan lebih cepat daripada subvarian sebelumnya.
COVID-19 subvarian Centaurus merupakan istilah yang mengacu pada Omicron BA.2.75. Sejak pertama kali ditemukan pada Mei 2022 di India, subvarian tersebut kini menjadi dominan di sana.
Selain di India, subvarian Centaurus juga diketahui telah menyebar ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Lantas, apakah perbedaan subvarian ini dengan subvarian Omicron lainnya? Untuk mengetahuinya lebih jauh, mari simak pembahasannya berikut ini.
Fakta Seputar COVID-19 Subvarian Centaurus
Subvarian Centaurus masih “satu keluarga” dengan subvarian Omicron lainnya, yaitu BA.2, BA.4, dan BA.5. Dengan begitu, para pakar meyakini bahwa subvarian Centaurus memiliki kemiripan karakteristik dengan subvarian Omicron lainnya.
Saat ini, subvarian Centaurus masih dalam pengawasan ketat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Belum ada pernyataan maupun penelitian pasti terkait seberapa cepat penularan, risiko terjadinya gejala berat, maupun efektivitas vaksin COVID-19 terhadap subvarian ini.
Dugaan sementara, COVID-19 subvarian Centaurus tidak menimbulkan gejala yang parah. Namun, peneliti mengkhawatirkan kecepatan penularannya karena Centaurus merupakan hasil mutasi dari varian Omicron yang memiliki tingkat penularan sangat cepat.
Gejala COVID-19 Subvarian Centaurus
Sejauh ini, belum terdapat laporan mengenai gejala khas dari infeksi subvarian Centaurus. Gejala COVID-19 yang disebabkan oleh infeksi subvarian ini diperkirakan tidak jauh berbeda dengan gejala COVID-19 varian Omicron, yaitu:
- Sakit kepala
- Mudah lelah
- Pilek
- Sakit tenggorokan
- Bersin
- Batuk
- Demam
- Hilangnya kemampuan indra penciuman (anosmia) atau hilangnya kemampuan indra perasa (ageusia)
Tingkat Keparahan COVID-19 Subvarian Centaurus
Karena terbilang baru, saat ini belum ada penelitian mengenai tingkat keparahan subvarian Centaurus.
Namun, perlu diingat bahwa tingkat keparahan COVID-19 tidak hanya ditentukan dari jenis virusnya, melainkan dipengaruhi juga oleh berbagai faktor, seperti usia, riwayat merokok, dan penyakit komorbid, contohnya hipertensi, diabetes, serta penyakit jantung.
Riwayat vaksin juga memengaruhi tingkat keparahan COVID-19. Orang yang telah mendapatkan dosis lengkap vaksin COVID-19 diperkirakan tidak akan mengalami gejala yang parah.
Untuk saat ini, vaksinasi COVID-19 masih dinilai efektif dalam menekan penularan infeksi dan mengurangi risiko terjadinya gejala berat maupun kematian. Selalu mematuhi protokol kesehatan juga merupakan salah satu upaya pencegahan COVID-19.
Meski informasi mengenai subvarian Omicron lainnya dapat digunakan sebagai acuan, perlu diketahui bahwa informasi mengenai subvarian Centaurus masih belum pasti dan baru sekadar prediksi. Oleh karena itu, para pakar masih terus meneliti karakteristik, gejala, dan tingkat keparahan yang ditimbulkan oleh subvarian ini.
Apabila Anda masih memiliki pertanyaan mengenai subvarian Centaurus atau hal-hal lainnya seputar COVID-19, jangan ragu untuk bertanya langsung kepada dokter melalui fitur chat di aplikasi ALODOKTER. Anda juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter jika diperlukan pemeriksaan langsung.