COVID-19 varian Omicron pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan. Varian ini telah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) ke dalam varian yang perlu diwaspadai (variant of concern) karena tingkat penularan yang cepat.
Varian Omicron (B.1.1.529) merupakan salah satu hasil mutasi virus Corona. Berdasarkan bukti yang ada sejauh ini, varian Omicron memiliki tingkat mutasi yang tinggi sehingga bisa berdampak terhadap karakteristik virus, termasuk tingkat penularan virus dan keparahan penyakit yang ditimbulkan. Subvarian terakhir yang ditemukan adalah subvarian Omicron BA.4, BA.5, XBB , dan XBB 1.5 (virus Kraken) yang juga sudah terdeteksi di Indonesia.
Selain itu, bukti awal lainnya menduga bahwa varian Omicron lebih berisiko menyebabkan infeksi berulang bila dibandingkan dengan varian lainnya, misalnya varian Delta.
Fakta Seputar Varian COVID-19 Omicron
Hingga saat ini, belum ada bukti atau informasi mengenai gejala khas dari infeksi varian Omicron. Ini berarti gejala COVID-19 varian Omicron tidak jauh berbeda dengan gejala COVID-19 pada umumnya, yaitu:
- Demam
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Mudah lelah
- Diare
- Kehilangan indra penciuman (anosmia) atau perasa (ageusia)
Tingkat penularan virus dan keparahan penyakit akibat infeksi COVID-19 varian Omicron pun masih terus diteliti. Data awal menunjukkan bahwa ada peningkatan kasus COVID-19 dan pasien rawat inap di Afrika Selatan seiring dengan menyebarnya varian Omicron.
Kendati demikian, hal ini bisa saja disebabkan oleh campuran kasus COVID-19 akibat beragam varian, bukan varian Omicron saja. Sejauh laporan awal yang ada, varian ini cenderung menyebabkan gejala yang ringan.
Selain itu berdasarkan data klinis lainnya, jumlah rawat inap diperkirakan lebih tinggi pada COVID-19 varian Delta.
Di sisi lain, varian Omicron turut diduga meningkatkan kejadian infeksi berulang. Artinya, orang yang sebelumnya pernah terinfeksi virus Corona varian apa pun, lebih berisiko terinfeksi ulang dengan varian Omicron. Namun, hal ini juga masih dalam tahap penelitian lebih lanjut.
Kemampuan Vaksin COVID-19 dalam Melawan Varian Omicron
Saat ini, WHO dan sejumlah besar peneliti di seluruh dunia sedang melakukan studi untuk lebih memahami varian Omicron, termasuk kinerja vaksin, tes diagnosis COVID-19, dan efektivitas pengobatan.
Vaksin COVID-19 jenis apa pun dinilai masih tetap efektif dalam mengurangi tingkat keparahan penyakit dan kematian.
Tes PCR untuk mendiagnosis COVID-19 juga masih digunakan untuk mendeteksi infeksi berbagai varian virus, termasuk varian Omicron. Sementara itu, studi masih dilakukan untuk menentukan apakah varian ini berdampak pada jenis tes COVID-19 lain, misalnya tes antigen.
Untuk pengobatan COVID-19, kortikosteroid dan IL6 receptor blockers dinilai masih efektif dalam menangani pasien COVID-19 gejala berat. Perawatan lain masih terus dievaluasi untuk melihat apakah masih efektif dalam menangani infeksi varian Omicron, mengingat adanya perubahan pada karakteristik virus.
WHO akan terus memantau dan mengevaluasi data yang tersedia serta menilai bagaimana mutasi pada varian Omicron mengubah perilaku virus.
Dalam menanggapi kehadiran varian Omicron, Anda disarankan untuk tidak segera panik dan dianjurkan tetap waspada serta mematuhi protokol kesehatan guna mengurangi risiko tertular.
Langkah-langkah pencegahan penularan virus Corona varian Omicron pun sama seperti pencegahan COVID-19 pada umumnya, yaitu:
- Melakukan vaksinasi dosis penuh
- Menjaga jarak fisik dengan orang lain, minimal 1 meter
- Memakai masker yang benar
- Meningkatkan ventilasi saat berada dalam ruangan tertutup
- Menghindari keramaian
- Mencuci tangan secara teratur
- Menutup hidung dan mulut dengan siku atau tisu saat batuk dan bersin
Jika masih memiliki pertanyaan terkait varian Omicron, Anda bisa bertanya langsung ke dokter atau melalui fitur chat di aplikasi ALODOKTER. Melalui aplikasi ini, Anda juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit jika memerlukan pemeriksaan langsung.