Sama halnya dengan sukrosa atau gula pasir, fungsi fruktosa adalah sebagai pemanis. Karena 1,5 kali lebih manis dari gula pasir dan harganya lebih terjangkau, fruktosa banyak digunakan pada makananan dan minuman kemasan. Namun, tidak semanis rasanya, konsumsi fruktosa secara berlebihan justru dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan.
Fruktosa sebenarnya adalah gula atau karbohidrat yang secara alami terdapat dalam buah-buahan, sayuran, dan juga madu. Namun, jumlah fruktosa dalam bahan alami tergolong kecil. Produksi makanan dan minuman kemasan membutuhkan fruktosa dalam jumlah besar yang biasa diperoleh dari tebu, jagung, dan bit.
Gangguan Kesehatan Akibat Konsumsi Fruktosa
Fruktosa yang telah melalui proses kimia memiliki tekstur seperti kristal padat atau bubuk, berwarna putih, sangat manis, tidak berbau, dan larut air.
Konsumsi fruktosa secara berlebihan dan untuk waktu yang lama sering dikaitkan dengan berbagai kondisi medis berikut ini:
1. Malabsorbsi fruktosa
Tidak semua tubuh orang mampu menyerap fruktosa. Kondisi ini dikenal dengan malabsorbsi fruktosa. Malabsorbsi fruktosa terjadi lantaran sel-sel di usus kecil tidak mampu menyerap fruktosa, sehingga fruktosa menumpuk pada saluran cerna.
Malabsorbsi fruktosa dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan bakteri di usus, asupan makanan olahan secara belebihan, mengalami sindrom iritasi usus besar, dan radang usus. Beberapa gejala yang sering dikeluhkan adalah gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, sakit perut, perut kembung, dan diare.
2. Obesitas
Kelebihan konsumsi fruktosa dapat menyebabkan resistensi leptin, yang kemudian mengganggu pengaturan lemak tubuh dan meningkatkan risiko terjadinya obesitas.
Leptin adalah hormon yang bertugas mengirim sinyal ke hipotalamus otak sehingga otak akan memproses sinyal lapar dan kenyang. Leptin juga bertugas memberi tahu otak bahwa tubuh telah memiliki simpanan lemak yang cukup, sehingga akan mencegah Anda makan berlebih.
Resistensi leptin akibat konsumsi fruktosa berlebih dapat menyebabkan otak kehilangan sinyal tersebut, sehingga nafsu makan menjadi tidak terkontrol dan menyebabkan terjadinya obesitas.
3. Hipertensi
Konsumsi fruktosa secara berlebihan dan jangka panjang dapat meningkatkan penyerapan garam (natrium) di ginjal dan usus. Kadar natrium yang tinggi dalam tubuh berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit darah tinggi (hipertensi).
Kadar natrium yang tinggi akan menarik air lebih banyak ke dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan volume darah. Peningkatan aliran darah ini membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Studi mengungkap bahwa konsumsi fruktosa dan natrium meski dalam jumlah sedang, tetap dapat meningkatkan tekanan darah secara signifikan.
4. Penyakit jantung
Selain meningkatkan tekanan darah, konsumsi fruktosa berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menyebabkan penumpukan lemak di sekitar organ dalam (visceral fat). Faktor-faktor tersebut berkontribusi pada peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung.
5. Kerusakan ginjal
Konsumsi fruktosa juga dapat meningkatkan risiko terjadinya gagal ginjal. Risiko ini masih berkaitan dengan hipertensi yang telah dijelaskan sebelumnya.
Tekanan darah tinggi akan mempersempit pembuluh darah di ginjal yang dapat menghambat kerja ginjal. Ketika fungsi ginjal terganggu, ginjal tidak mampu membuang kelebihan cairan dan zat sisa dari tubuh.
Cairan yang menumpuk akan membuat tekanan darah makin meningkat dan menghasilkan beban yang lebih besar bagi ginjal. Jika siklus ini terus berulang dan terjadi dalam jangka panjang, gagal ginjal pun dapat terjadi.
6. Asam urat
Fruktosa adalah satu-satunya karbohidrat yang menghasilkan asam urat selama proses penyerapannya. Menurut penelitian, kadar asam urat seseorang terbukti meningkat tidak lama setelah mengonsumsi fruktosa secara berlebihan.
Kelebihan asam urat yang menumpuk di persendian akan menyebabkan pembentukan kristal di sendi. Kristal ini dapat menyebabkan peradangan yang ditandai dengan nyeri sendi, jari yang membengkak dan tampak kemerahan. Kondisi ini merupakan gejala penyakit asam urat (gout).
7. Diabetes
Fruktosa dan glukosa sama-sama termasuk golongan gula yang dinamakan monosakarida. Ini merupakan jenis gula yang paling kecil dan tidak dapat dipecah lagi. Sementara itu sukrosa atau gula pasir termasuk dalam golongan disakarida karena terdiri dari 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa.
Dibandingkan dua jenis gula lainnya, fruktosa memiliki rasa paling manis, tetapi paling sedikit berdampak pada gula darah. Meski demikian, bukan berarti konsumsi fruktosa tidak terkait dengan diabetes. Peningkatan kadar asam urat karena konsumsi fruktosa diduga dapat memicu resistensi insulin yang menjadi salah satu faktor penyebab diabetes.
8. Perlemakan hati
Agar bisa dicerna, fruktosa perlu diubah menjadi glukosa di hati untuk digunakan sebagai energi. Kelebihan fruktosa dapat membebani kerja hati dan meningkatkan kadar asam urat yang berkontribusi pada akumulasi lemak di hati.
Perlemakan hati umumnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan melakukan perubahan gaya hidup. Namun, pada beberapa kasus, perlemakan hati dapat memicu terbentuknya jaringan parut pada hati. Kondisi ini dapat berujung pada sirosis yang bisa meningkatkan risiko terjadinya gagal hati dan kanker hati.
Untuk membatasi asupan fruktosa, Anda dianjurkan untuk membaca label kemasan terlebih dahulu sebelum mengonsumsi makanan atau minuman kemasan. Selain tertera sebagai fruktosa pada kemasan, pemanis ini juga bisa ditemukan pada gula tebu dan sirup jagung.
Beberapa makanan dan minuman yang biasanya memakai fruktosa sebagai pemanis adalah permen, biskuit kemasan, minuman bersoda, saus, selai, sirup maple, dan es krim.
Agar terhindari dari berbagai kondisi medis akibat konsumsi fruktosa berlebih, pastikan Anda tidak mengonsumi lebih dari 50 miligram gula per hari, atau setara dengan 4 sendok makan. Untuk mengetahui saran makan dan pilihan sumber gula yang sehat dan sesuai dengan kondisi Anda, konsultasikanlah dengan dokter, terutama jika Anda menderita kondisi medis tertentu, seperti diabetes.