Merawat bayi yang lahir prematur tidaklah mudah. Ada sejumlah risiko gangguan tumbuh kembang bayi prematur yang perlu diwaspadai, mulai dari aspek perkembangan fisik hingga emosionalnya.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir saat usia kehamilan belum mencapai 37 minggu. Karena lahir terlalu cepat, organ tubuh bayi prematur belum berkembang sempurna. Hal ini membuat bayi prematur lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan selama masa pertumbuhan daripada bayi yang lahir cukup bulan.
Menghitung Usia Bayi Prematur
Usia bayi prematur dapat dihitung dengan dua cara, yaitu usia kronologis dan usia koreksi. Kedua metode perhitungan usia bayi prematur ini memiliki kegunaan yang berbeda.
Usia kronologis merupakan usia bayi prematur yang dihitung mulai dari hari ia dilahirkan. Perhitungan usia ini biasanya digunakan untuk menentukan jadwal pemberian imunisasi pada bayi prematur.
Sementara itu, usia koreksi digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur secara tepat. Usia ini diperoleh dari pengurangan usia kronologis dengan jumlah jeda minggu atau bulan bayi dilahirkan.
Sebagai contoh, usia kronologis bayi prematur adalah 8 bulan, tetapi ia dilahirkan 2 bulan atau 8 minggu lebih awal dari hari perkiraan lahirnya, berarti usia koreksinya adalah 6 bulan.
Dengan demikian, tahap perkembangan bayi prematur tersebut perlu disesuaikan dengan bayi berusia 6 bulan yang terlahir cukup bulan.
Nah, jika Si Kecil lahir prematur, Anda dapat menggunakan perhitungan usia koreksi ini guna memantau tumbuh kembangnya dan mewaspadai berbagai masalah kesehatan yang mungkin ia alami.
Gangguan Tumbuh Kembang Bayi Prematur
Ada beberapa risiko gangguan tumbuh kembang bayi prematur yang perlu Anda waspadai sejak dini, di antaranya:
1. Perkembangan fisik
Pada masa awal pertumbuhannya, bayi prematur cenderung memiliki tubuh lebih kecil dan berat badan lebih ringan daripada bayi seusianya yang terlahir cukup bulan.
Tak hanya itu, bayi prematur juga mungkin membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengembangkan keterampilan motorik atau geraknya, seperti berguling dan tengkurap, merangkak, berjalan, atau memegang benda.
Meski demikian, keterlambatan perkembangan motorik ini umumnya masih tergolong ringan dan dapat membaik seiring pertumbuhannya.
2. Perkembangan sensori
Dibandingkan bayi yang terlahir cukup bulan, bayi prematur lebih rentan untuk mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan, mulai dari hilangnya kemampuan untuk mendengar, rabun dekat, rabun jauh, mata juling, hingga kebutaan.
Gangguan pendengaran dan penglihatan pada bayi prematur perlu dideteksi sejak dini guna menghindari komplikasi berupa terhambatnya perkembangan kemampuan sosial, bahasa, dan komunikasinya.
3. Perkembangan kognitif
Mayoritas anak yang terlahir prematur sebenarnya memiliki kemampuan berpikir dan belajar yang baik serta dapat berprestasi layaknya anak-anak lain yang terlahir cukup bulan.
Meski demikian, beberapa anak yang terlahir prematur bisa saja mengalami gangguan kognitif, seperti kesulitan untuk belajar membaca atau mengerjakan suatu tugas hingga selesai.
Tak jarang gangguan kognitif tersebut baru disadari ketika anak mengalami kesulitan di sekolah. Bila hal ini terjadi, Anda perlu memberikan perhatian lebih untuk membantu proses belajar Si Kecil, terutama pada usia awal sekolahnya.
4. Perkembangan kemampuan bahasa
Sebagian besar bayi prematur dapat memiliki kemampuan bahasa yang baik. Hanya saja, perkembangan kemampuan bahasanya mungkin akan lebih terlambat dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan.
Bayi prematur cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat berbicara dengan lancar, mengekspresikan diri, dan memahami apa yang dikatakan padanya.
5. Perkembangan sosial dan emosional
Selama masa pertumbuhannya, anak yang terlahir prematur dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dan bersosialisasi, baik dengan orang dewasa maupun teman sebayanya.
Pada kondisi tertentu, anak yang terlahir prematur juga lebih rentan untuk mengalami attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan kecemasan, dan depresi.
Meski demikian, kasus gangguan kesehatan terkait perkembangan sosial dan emosional pada anak yang terlahir prematur tergolong jarang terjadi.
Beberapa risiko gangguan tumbuh kembang pada bayi prematur di atas penting untuk diketahui agar Si Kecil dapat mendapatkan pertolongan yang tepat, guna meminimalkan dampaknya pada proses tumbuh kembang anak.
Meski demikian, Anda tidak perlu khawatir, sebab bayi prematur umumnya dapat mengejar keterlambatan perkembangannya dari bayi yang terlahir cukup bulan saat ia menginjak usia 2 atau 3 tahun.
Tak hanya itu, untuk mendukung tumbuh kembang dan menjaga kesehatan Si Kecil secara maksimal, Anda juga perlu memenuhi asupan nutrisinya dengan memberikan ASI eksklusif dan MPASI, setidaknya setelah ia mencapai usia koreksi 6 bulan.
Anda juga bisa berkonsultasi ke dokter untuk mengantisipasi gangguan tumbuh kembang bayi prematur sejak dini. Selama sesi konsultasi, dokter juga dapat memberikan tips untuk mendukung pertumbuhan Si Kecil sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.