Dokter bedah umum adalah dokter spesialis yang mengobati penyakit, cedera, atau kondisi gawat darurat pada tubuh melalui metode bedah dan obat-obatan. Untuk menjadi dokter bedah, seseorang harus menyelesaikan pendidikan dan profesi dokter umum kemudian menempuh pendidikan spesialis ilmu bedah selama 4–5 tahun.
Dokter spesialis bedah biasanya menerima rujukan dari dokter umum atau dokter spesialis lain terkait kondisi pasien yang membutuhkan tindakan bedah. Lalu, dokter bedah akan melakukan diagnosis sesuai keahlian dan ilmu yang dimiliki untuk menentukan perlu atau tidaknya prosedur bedah dilakukan.
Dalam menangani pasien, dokter bedah umum bertugas merawat pasien sebelum, selama, dan setelah prosedur pembedahan. Dokter bedah akan bekerja sama dengan dokter anestesi dan perawat saat prosedur bedah dilakukan.
Seorang dokter bedah umum memahami 9 bidang dasar pembedahan, yaitu:
- Saluran pencernaan
- Kulit dan jaringan lunak, termasuk payudara
- Kepala dan leher
- Pembuluh darah dan jantung
- Sistem endokrin (hormon dan kelenjar)
- Perawatan bedah kanker
- Penanganan bedah cedera traumatis
- Perawatan pasien kritis dengan kebutuhan bedah
Subspesialisasi Dokter Bedah Umum
Setelah menempuh program spesialis, seorang dokter bedah umum dapat mendalami keahliannya dalam ilmu bedah dengan menempuh pendidikan subspesialisasi. Berikut ini adalah subspesialisasi dokter bedah umum:
- Bedah digestif atau saluran cerna
- Bedah anak
- Bedah saraf
- Bedah onkologi
- Bedah mulut dan maksilofasial
- Bedah ortopedi
- Bedah payudara
- Bedah ginekologi
- Bedah endokrin
- Bedah pembuluh darah (vaskular dan endovaskular)
- Kegawatan dan cedera (traumatologi)
- Perawatan dan bedah transplantasi (pencangkokan organ)
Tindakan yang Dapat Dilakukan Dokter Bedah Umum
Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh seorang dokter bedah umum, yaitu:
- Konsultasi, informasi, dan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terkait penyakit yang diderita
- Pemeriksaan fisik kondisi tertentu, misalnya pemeriksaan fisik pada wasir
- Diagnosis penyakit berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti laparoskopi, endoskopi, USG, foto Rontgen, CT scan, MRI, dan PET scan
- Biopsi atau pengambilan sampel jaringan, misalnya pada benjolan atau tumor di bagian tubuh tertentu seperti benjolan di paha, tulang, kulit, usus, atau kelenjar getah bening
- Terapi dalam bentuk bedah invasif (operasi terbuka) maupun invasif minimal (sayatan kecil atau bahkan tanpa sayatan) beserta penanggulangan komplikasinya
- Pembedahan pada usus buntu, mastektomi (pengangkatan payudara), kolektomi (pengangkatan usus besar), pengangkatan kandung empedu, dan amputasi
- Bedah emergensi, seperti pada kasus perforasi usus buntu, peritonitis, abses hati, pecahnya varises esofagus, komplikasi tukak lambung (perdarahan atau bocor lambung), hernia inkarserata, dan pneumothorax
- Pembuatan akses untuk prosedur cuci darah melalui pembuluh darah atau rongga perut
- Manajemen dan perawatan luka, termasuk luka bakar, luka infeksi, dan luka pascaoperasi
- Perawatan pasien sebelum, selama, dan setelah prosedur bedah, termasuk merencanakan terapi rehabilitasi kasus bedah
Penyakit yang Dapat Ditangani Dokter Bedah Umum
Selain beberapa kondisi yang telah disebutkan di atas, dokter spesialis bedah juga dapat menangani berbagai penyakit lain yang memerlukan pembedahan sebagai upaya pengobatan. Beberapa penyakit tersebut meliputi:
- Usus buntu
- Peritonitis
- Abses hati
- Tumor jinak, seperti lipoma, fibroma, dan adenoma
- Tumor atau kanker pada organ tertentu, seperti kanker payudara, kanker usus, dan kanker lambung
- Hernia
- Cedera atau luka, seperti luka tusuk dan bakar
- Kelainan kongenital atau cacat bawaan lahir
- Katarak
- Kelainan empedu, seperti batu empedu serta infeksi dan radang empedu
- Patah tulang dan dislokasi tulang
Hal yang Harus Dipersiapkan sebelum Bertemu Dokter Bedah
Agar dokter bedah dapat memutuskan perlu tidaknya dilakukan operasi atau tindakan lainnya, pasien akan diminta menjalani serangkaian pemeriksaan medis, terutama jika memiliki kondisi berikut ini:
- Kebiasaan merokok berat atau konsumsi minuman beralkohol
- Tekanan darah tinggi
- Masalah pembekuan darah
- Diabetes atau kadar gula darah tinggi sebelum operasi
- Apnea tidur obstruktif, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya henti napas atau tersedak saat tidur
- Alergi obat, termasuk alergi obat bius
- Kelainan jantung, hati, dan ginjal
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan sebelum operasi meliputi:
- Pemeriksaan fisik lengkap
- Tes laboratorium, termasuk hitung darah lengkap dan gula darah
- EKG (elektrokardiogram), untuk menilai kerja listrik jantung
- Endoskopi
- Foto Rontgen, CT scan, MRI, dan PET scan
Pada saat konsultasi, ada beberapa pertanyaan yang perlu Anda tanyakan kepada dokter bedah seputar prosedur operasi yang akan dijalani, yaitu:
- Bagaimana prosedur bedah dilakukan?
- Apa jenis sayatan yang akan dilakukan? Apakah operasi terbuka, noninvasif atau invasif minimal, atau laparoskopi?
- Apakah harus menjalani puasa sebelum operasi dilakukan?
- Apa saja risiko dari operasi yang akan dijalani?
- Berapa lama proses penyembuhan?
- Bagaimana merawat luka pascaoperasi?
Jika ingin menggunakan BPJS atau memiliki asuransi lainnya, pastikan rumah sakit tempat Anda menjalani tindakan pembedahan telah bekerja sama dengan asuransi yang Anda miliki. Jangan lupa untuk mempersiapkan berkas yang diperlukan untuk mempermudah proses administrasi.
Selain beberapa hal di atas, Anda juga bisa minta rekomendasi dokter bedah umum yang tepat melalui Chat Bersama Dokter. Dengan begitu, Anda bisa lebih nyaman dalam berkonsultasi dan lebih yakin dalam menjalani prosedur pembedahan yang akan dijalani.