Code blue adalah salah satu kode gawat darurat di rumah sakit. Kode ini menandakan bahwa ada pasien yang mengalami henti jantung atau gagal napas dan perlu segera mendapatkan pertolongan. Jadi, code blue asthma bisa diartikan bahwa ada pasien yang mengalami henti napas akibat asma.
Dalam protokol perawatan pasien di rumah sakit dikenal istilah kode. Kode ini diwakili dengan beragam warna dan setiap warnanya memiliki makna yang berbeda. Kode tersebut memungkinkan petugas medis di rumah sakit untuk merespons dengan cepat setiap kondisi darurat atau kondisi lainnya sesuai warna kode.
Salah satu kode yang kerap digunakan di rumah sakit adalah kode biru atau code blue. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kode biru dikeluarkan ketika ada pasien yang mengalami henti jantung atau henti napas.
Kondisi gawat darurat ini dapat terjadi pada pasien yang menderita penyakit tertentu, seperti:
- Masalah pada jantung, misalnya serangan jantung, gagal jantung, atau gangguan irama jantung (aritmia)
- Serangan asma
- Syok
- Stroke
Nah, code blue asthma berarti ada pasien di rumah sakit yang mengalami henti napas atau gagal napas akibat penyakit asma.
Bagaimana Prosedur Penanganan dalam Code Blue Asthma?
Setiap rumah sakit memiliki protokol code blue asthma yang berbeda-beda. Namun, tujuan dari prosedur penanganan darurat ini tetap sama, yaitu menyelamatkan pasien yang mengalami gagal napas akibat asma.
Protokol code blue asthma melibatkan dokter, perawat, dan tim anestesi. Berikut ini adalah langkah-langkah penanganan pasien bila terjadi code blue asthma:
Langkah 1
Jika pasien mengalami henti napas di ruang rawat inap, maka pertolongan medis akan dilakukan di tempat tidur pasien. Jika henti napas terjadi bukan saat pasien sedang dirawat inap, maka pertolongannya dilakukan di IGD.
Ketika menangani pasien yang berada dalam kondisi code blue asthma, dokter pertama kali akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien, seperti denyut nadi, pernapasan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran pasien.
Langkah 2
Selanjutnya, dokter akan melakukan prosedur resusitasi jantung paru (RJP) agar pasien tetap mendapatkan pasokan oksigen dan aliran darah di dalam tubuhnya tidak berhenti. Tindakan RJP yang juga disebut CPR ini dilakukan dengan cara membuka atau melapangkan jalur pernapasan, memberi bantuan napas, dan menekan dada.
Langkah 3
Jika pasien masih belum bisa bernapas sendiri dan denyut jantungnya tidak terdeteksi atau tidak teratur, dokter akan memberikan aliran listrik melalui alat kejut jantung yang disebut defibrilator.
Penggunaan defibrilator yang dikombinasikan dengan RJP bertujuan untuk mengembalikan dan menstabilkan irama jantung pasien. Bila usaha pertama belum berhasil mengembalikan denyut jantung pasien, dokter akan melakukan kejut jantung dan RJP lagi, biasanya dengan aliran listrik yang lebih besar.
Langkah 4
Jika jantung pasien sudah berdetak kembali, dokter atau perawat akan memasang alat bantu napas untuk memberikan oksigen kepada pasien dan selang infus untuk menyalurkan cairan dan obat-obatan guna menstabilkan kondisi pasien.
Langkah 5
Setelah dokter telah memastikan kondisi pasien telah stabil dan pertolongan gawat darurat dalam code blue tersebut telah dilakukan, pasien akan menjalani perawatan dan pemantauan. Dokter juga akan melakukan penanganan lebih lanjut untuk mengatasi penyebab pasien mengalami gagal napas.
Untuk pasien gagal napas yang disebabkan oleh asma, dokter akan memberikan obat-obatan asma untuk melebarkan jalan napas dan mencegah kekambuhan atau perburukan asma kembali. Bila perlu, dokter mungkin akan memasang ventilator untuk membantu pasien bernapas.
Obat-obatan untuk asma, seperti bronkodilator, adrenalin, dan kortikosteroid, bisa diberikan melalui infus maupun melalui selang yang terhubung ke saluran napas pasien (endotracheal tube/ETT).
Pertolongan Pertama pada Penderita Asma dengan Sesak Napas yang Parah
Ketika penderita asma mengalami sesak napas yang parah atau tidak kunjung reda dengan pengobatan yang biasa digunakan, lakukanlah hal-hal berikut:
Hubungi bantuan medis
Segera hubungi ambulans atau persiapkan transportasi untuk membawa penderita asma ke rumah sakit. Jika kesulitan memanggil ambulans, penderita asma perlu meminta bantuan orang lain untuk mencari pertolongan.
Sambil menunggu ambulans datang, penderita asma disarankan untuk tidak panik. Duduklah dalam posisi tegak atau agak condong ke depan dan longgarkan pakaian agar tidak semakin sesak.
Gunakan obat pereda gejala asma (controller)
Ketika sesak napasnya kambuh, penderita asma perlu menggunakan obat asma yang berfungsi untuk meredakan serangan asma. Obat yang berfungsi sebagai controller ini biasanya tersedia dalam sediaan hirup dan dipakai menggunakan inhaler atau nebulizer.
Untuk menggunakan obat asma dalam bentuk inhaler, lepaskan tutup inhaler, lalu kocok dan sambungkan inhaler ke spacer. Selanjutnya, pasang mouthpiece pada spacer.
Setelah itu, tempatkan mouthpiece ke dalam mulut, kemudian tekan inhaler sebanyak 1 kali. Setelah itu, tarik napas melalui mulut secara perlahan dan tahan napas selama 10 detik.
Semprotkan inhaler sebanyak 4 kali dengan jarak waktu 1 menit tiap semprotan. Jika sesak napas masih dirasakan tidak membaik atau penderita asma masih sulit bernapas, berikan kembali 4 semprotan inhaler dengan jarak waktu yang sama.
Bila tetap tidak ada perubahan, lakukan hal yang sama dengan memberikan 4 semprotkan inhaler setiap menitnya hingga ambulans tiba.
Selama serangan asma berlangsung, selalu dampingi penderita dan usahakan agar penderita tetap tenang. Bila penderita asma panik, sesak napas yang dialaminya bisa semakin parah.
Henti napas yang menjadi indikasi code blue asthma merupakan kondisi gawat darurat yang dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, orang yang jatuh dalam kondisi code blue asthma, baik di dalam maupun di luar rumah sakit, perlu mendapatkan pertolongan dokter secepat mungkin.